Anda di halaman 1dari 39

TEM PAT K EJA D IA N P ER K A R A (TK P )

D A N EK S H U M A S I

Rika Susanti
TKP
Ruang Lingkup

TKP yang berhubungan


dengan manusia kasus
penganiayaan, pembunuhan
dan kematian mendadak
(dengan kecurigaan)
Kehadiran D okter

Perlu tidaknya dokter di TKP oleh


penyidik sangat tergantung pada
kasusnya
Dipertimbangkan dari sudut :
korbannya, tempat kejadiannya atau
tersangka pelakunya.
Peran D okter

Membantu penyidik dalam


mengungkap kasus dari sudut
kedokteran forensik
Semua dokter dapat bertindak
sebagai pemeriksa di TKP, namun
dengan perkembangan spesialisasi
dalam ilmu kedokteran , akan lebih
baik bila dokter ahli forensik atau
dokter kepolisian yang hadir
D asar pem eriksaan

Yaitu Hexameter yakni menjawab 6


pertanyaan :
1. Apa yang terjadi?
2. Siapa yang tersangkut ?
3. Dimana terjadi ?
4. Kapan terjadi ?
5. Bagaimana terjadinya dan dengan
apa melakukannya ?
6. Kenapa terjadi peristiwa tersebut?
Pem eriksaan kedokteran forensik diTKP

harus mengikuti ketentuan yang


berlaku umum pada penyidikan di
TKP, yaitu menjaga agar tidak
mengubah keadaan TKP
Semua benda bukti yang ditemukan
agar dikirim ke laboratorium setelah
sebelumnya diamankan sesuai
prosedur
Tugas D okter
Bila perlu dokter dapat melakukan
anamnesa dengan saksi untuk
mendapatkan gambaran riwayat
medis korban
Beberapa tindakan dapat
mempersulit penyidikan seperti
memegang setiap benda di TKP
tanpa sarung tangan, mengganggu
bercak darah, membuat jejak baru
atau memeriksa sambil merokok
M em perkirakan Cara kem atian

Tidak mudah diperkirakan


penyidik menganut azas bahwa
segala hal yang diragukan dianggap
mengarah adanya tindak pidana
lebih dulu sebelum nanti dibuktikan
kebenarannya.
Membuat
Benda
Benda
Benda Bukti
Biologis
EK S H U M A S I
Penggalian kubur atau ekshumasi
Perlu dilakukan karena kecurigaan
unsur pidana penyebab kematian
seseorang yang timbul setelah
penguburan dilaksanakan, hatan
Penggalian kubur (ekshum asi)

Merupakan tindakan medis

Dilakukan atas dasar undang-undang

Dalam rangka pembuktian suatu


tindakpidana, termasuk pelanggaran HAM

Sering merupakan satu-satunya bukti ilmiah


mengenai suatu tindak pidana
IndikasiEkshum asi

Korban belum pernahdiperiksa


dokter

Korban TP PulangPaksa

Korban TP cumadiperiksa luar (PL)

Pencarian bukti-buktibaru, second


autopsy.
TIM PEM ERIKSA

Dokter spesialis forensik (SpF)

Ahli antropologi forensik

Ahli serologi forensik

Ahli DNA forensik

Ahli-ahli forensik lainnya: ahli odontologi forensik,


toksikologi forensik, balistik,

kimia forensik, fisika forensik, dsb.


Beberapa prinsip ekshum asi

Semakin dini dilakukan semakin baik

Pemeriksaan yang terbaik


adalahpemeriksaan pertama dan satu-
satunya

Pengamanan benda bukti


dilakukansemaksimal mungkin sejak dari
fasepenggalian: melibatkan ahli
Tujuan ekshum asi

Identifikasi jumlah korban


Identifikasi korban
Identifikasi jenis kekerasan dan
perlukaan,dalam kaitannya dengan
senjata penyebab
Penyebab dan mekanisme kematian
Rekonstruksi kejadian
Saat kematian
Pem inta ekshum asi

Tindak pidana biasa:penyidik POLRI


Pelanggaran HAM:penyelidik
KomnasHAM, penyidik JaksaAgung
D asar H ukum

Pasal 135 KUHAP


Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan perlu
melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
133 ayat (2) dan Pasal 134 ayat (1)
undang-undang ini.
Pasal222 KU H P

Barang siapa dengan


sengajamencegah,
menghalangi,
ataumenggagalkanpemeriksaan
mayat untuk pengadilan
dihukum denganpenjaraselama-
lamanya9
bulanatau denda sebanyak-
banyaknya tigaratus ribu rupiah.
H arus diingat

Hasil pemeriksaan terhadap mayat


yang telah lama dikubur tidak akan
memberikan hasil sebaik bila mayat
diperiksa saat masih segar
Prosedur Penggalian M ayat

Diperlukan surat permintaan


pemeriksaan dari penyidik
Perlu juga persiapan lain : koordinasi
dengan pihak pemerintahan daerah
yaitu dinas pemakaman untuk
penyediaan tenaga penggali kubur
Perlu disiapkan kantong plastik besar
dan kecil
Saat penggalian kubur

Perlu dilakukan dengan sangat hati-


hati agar mayat tidak terkena alat
penggali
Mayat diangkat untuk dibawa ke
instalasi forensik, karena
pemeriksaan di tempat sering kali
mendapat hambatan berupa
banyaknya penduduk yang
menonton, disamping perlunya
sarana meja otopsi dan air yang
Saat penggalian kubur

Bila tidak memungkinkan karena


lokasi instalasi kedokteran forensik
yang jauh, maka dapat dilakukan di
tempat yang dokter tidak terhambat
melakukan pemeriksaan

Perludibuatkan penyekat untuk


membatasi lokasi pemeriksaan
dengan para penonton
Pem eriksaan kedokteran
forensik

Pembersihan kerangka
Rekonstruksi tulang belulang
Deskripsi umum
Identifikasi personal
Pencarian kekerasan dan
penyebabkematia
Identifi
kasikorban

Ras
Jenis kelamin
Umur
Tinggi badan
Golongan darah
Gigi
Ciri khusus: pincang,bekas patah
tulang,bongkok
Wanita: parturitasPemastian
identitas:1.Gigi2.DNA
Bukti adanya kekerasan
Kekerasan padajaringan lunak ???
Kekerasan pada tulang
Ronsen: tulang dan proyektil
Ante atau post mortem
Yang mana luka yangmematikan ?
Benda disekitar m ayat

Koran
Pakaian dan dokumen
Kancing baju, rambut
Proyektil, fragmen proyektil, pelet,
senjata,serat
Kuku dan kerokan kuku
H am batan pem eriksaan

Benda bukti rusak karena waktu


Benda bukti rusak saat penggalian
Pencampuran benda bukti saat
penggalian
Keahlian pemeriksa
Fasilitas dan sarana kurang
Waktu pemeriksaan yang terbatas
Pasca pem eriksaan

Perawatan jenazah
Ritual adat/ agama
Penguburan kembali
Penarikan kesimpulan
Pembuatan VER
Pengam bilan sam pel
keracunan
Sumber dari logam berat juga adalah
tanah sehingga dokter pemeriksa
harus yakin kalau kadar logam berat
yang ditemukan pada tubuh korban
benar-benar berasal dari tubuh
korban karena peristiwa
peracunan/keracunan, dan bukan
berasal dari tanah sekitar
Bila curiga kematian akibat logam berat
sampel tanah di sekitar mayat harus
diambil untuk pemeriksaan laboratorium
toksikologi
TER IM A K A S IH

Anda mungkin juga menyukai