Anda di halaman 1dari 33

CERITA PENDEK FIKSI (ILMIAH)

TENTANG INDONESIA TERAKHIR


DIKARANG OLEH : ROBERTO ZYM
(XI IPA I)

SMAN 1 BENGALON
Bersyukurlah kau bukan Indonesia yang terakhir.

Apakah kau benar-benar orang Indonesia?, tanya


seorang anak bertubuh besar di depanku mewakili
pertanyaan empat orang di belakangnya. Kelima anak itu
memiliki kulit pucat dengan kornea mata berwarna-warni.
Sungguh indah bagaikan pelangi.

Aku mengangguk untuk kesepuluh kalinya menjawab


pertanyaan itu. Mereka tampak heran dan malah asyik
berdiskusi sendiri. Mereka masih tak percaya. Apa yang
salah dengan diriku? Apa yang salah dengan
Indonesiaku? Mereka kan juga seorang Indonesia.

Mengapa mereka tak berhenti menanyakan pertanyaan


yang sama padaku. Bahkan mereka sama sekali tidak
menanyakan namaku. Hampir saja mereka menanyakan
hal itu untuk kesebelas kalinya, namun kelima anak itu
menjauh ketika sepasang manusia dewasa berkulit pucat
menghampiriku.
SMAN 1 BENGALON
Apakah kau yang bernama Awan? tanya pria pucat itu.
Mereka mengenakan kemeja putih dengan setelan jas
yang serasi dengan kacamata hitamnya.

Aku mengangguk. Aku senang mereka menanyakan hal


lain di awal pertemuan ini.

Mari ikut bersama kami, ajak pria pucat yang satu lagi.

Aku mengikuti mereka menyusuri lorong panjang. Ku lihat


di kanan-kiri lorong berwarna putih ini hanya terdapat
pintu-pintu besi, tanpa jendela. Ketika sampai pada pintu
dengan judul 45P di atasnya, kami bertiga memasuki
ruangan itu.

Ruangan kecil yang berukuran 3 x 3 meter ini seputih


lorong yang kami lewati tadi. Seorang wanita berada di
ujung ruangan memainkan sebuah layar berbentuk
lingkaran. Aku duduk di kursi depan meja wanita itu.
Wanita dengan rambut merah yang panjang sebahu
seolah-olah tampak tidak sehat karena warna kulitnya
SMAN 1 BENGALON
yang pucat.
Aku berusaha tersenyum padanya, namun ia hanya melihatku sekali
saja. Ya, hanya sekali. Melihatku dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan tatapan aneh meremehkan. Aku jadi tak ingin
menunjukkan senyuman pertamaku kepadanya.

Setelah ku amati lebih dekat, ternyata layar berbentuk lingkaran itu


mempunyai fungsi yang sama seperti komputer. Ia menekan-nekan
layarnya. Tanpa keyboard dan mouse seperti komputer yang ku
ketahui. Ia seperti berkomunikasi dengan seseorang di tempat yang
jauh di luar sana.

Kami berada di ruangan itu dalam kebisuan. Tak ada yang


memulai pembicaraan. Kedua pria di belakang, berdiri dengan sikap
sempurna di depan pintu layaknya penjaga sang presiden. Langit-
langit terlihat terang walau tak ada satupun jendela disana. Ku lihat
di sekitar tak ada rak-rak atau lemari-lemari penyimpan dokumen-
dokumen, tidak seperti ruangan kepala asrama pada umumnya.
Cuma ada meja, dua kursi yang kami duduki, layar berbentuk
lingkaran yang ku anggap komputer itu, juga beberapa lukisan di
dinding. Lukisan itu bergerak-gerak. Dari sembilan lukisan yang
terpampang disana, pandanganku tertuju pada lukisan yang paling
tengah. Sebuah peta Indonesia dengan pulau-pulau uniknya beserta
wilayah Asean yang ikut menjadi wilayah bagian dari Indonesia.
SMAN 1 BENGALON
Ehm , wanita itu mengawali pembicaraan kami.
Bawa Indonesia ini ke kamarnya, ia menyerahkan sebuah benda ,
yang entah darimana asalnya, berbentuk bintang dengan pegangan
seperti tutup poci kepada kedua pria itu.

Aku makin tidak menyukai wanita itu. Selain karena tatapan


matanya yang meremehkan, juga kata-katanya yang tidak
menyenangkan. Ia tak mengatakan kata tolong kepada pria pucat
itu, padahal ia tengah meminta tolong. Sungguh tidak sopan. Aku
meninggalkan ruangan dengan penuh emosi.

Kami berjalan menyusuri lorong-lorong lurus yang ku rasa tanpa


batas. Lorong putih yang mirip dengan lorong cerita horor rumah
sakit, bulu romaku berdiri seketika. Lorong ini dipenuhi anak yang
berlalu lalang. Setiap berpapasan, mereka selalu memandangku
dengan tatapan penuh tanda tanya. Tanda tanya itu seperti akan
keluar dari mata warna-warninya. Menghujamku dengan banyak
pertanyaan. Apakah aku memang aneh sehingga mereka begitu
terkejut bertemu denganku?

Aku baru menyadarinya. Hampir semua dari mereka memiliki kulit


yang sama pucatnya seperti kepala asrama itu. Dan aku berbeda
dari mereka. Pantas saja kelima anak
SMAN 1 tadi begitu terkejut dan tak
BENGALON
Pria pucat itu memberikan benda berbentuk bintang kepadaku. Dan mereka
meninggalkanku begitu saja di depan pintu yang bertuliskan 31081989. Pintu
ini tak bergagang dan tak ada lubang kunci. Apakah ada alat sensor seperti
sidik jari atau sidik pupil mata untuk membuka pintunya?

Tapi tak ada apa-apa disini, selain pintu besi bertuliskan nomor aneh yang
entah apa artinya. Kupandangi benda pemberian pria pucat tadi. Apa yang
harus aku lakukan dengan benda ini?

Tiba-tiba seorang perempuan keluar dari pintu tepat disamping pintuku. Aku
tak dapat melihat matanya ketika ia tersenyum padaku. Ia memiliki mata
sipit dan ia juga berkulit pucat.

Kau tak bisa membuka pintunya? Sini, aku ajari, ia meminta benda yang ku
anggap kunci itu. Ia memasangnya dengan posisi ujung bintang berada tepat
di angka pertama dari deretan angka di nomor pintuku. Kemudian ia
memutar bintangnya sebanyak angka terakhir dalam deretan angka tersebut
searah jarum jam. Dan pintu pun terbuka. Hebat. Sulap macam apa ini.

Oia, kenalkan aku Amy. Namamu siapa?.


Aku tersenyum. Aku melepaskan jabatan tanganku darinya. Ku keluarkan
sebuah benda mirip kalkulator yang ku anggap ajaib itu. Ku ketikkan namaku,
Awan. SMAN 1 BENGALON
Kau .
Aku tau ia pasti kaget mengetahuiku tak bisa bicara.
Kau Indonesia?, pertanyaan kesebelas yang ku dengar hari ini. Aku
mengangguk asal-asalan. Aku bosan dengan pertanyaan itu. Mengapa
semua orang menanyakannya?

Ehm makan siang dimulai sepuluh menit lagi. Ruang makan berada
di lantai dua, kau tau kan? Dan sebaiknya kau jangan melewatkannya.
Kabarnya menu siang ini sangat lezat. Hhmm yummy. Aku tunggu kau
disana ya. Bye Awan , Amy melambaikan tangannya padaku. Ia
berjalan riang menelusuri lorong.

Lantai dua dipenuhi dengan makanan. Hhmm akan ku ingat itu.


Aku menutup pintu dengan perlahan. Ku tekan gagang pintu. Klek.
Tiba-tiba pintu terkunci. Gawat! Kunci bintang itu masih menempel di
luar. Dan sebuah gagang pintu? Bagaimana bisa?

SMAN 1 BENGALON
Aku melongok keluar. Meskipun kunci masih menempel di pintu ini namun
masih bisa dibuka dari dalam. Gagang pintu tidak berada di luar, namun
berada di dalam. Aku tahu pintu ini terbuat dari besi, namun pintu itu tak
terasa berat ketika ku dorong tadi. Pintu yang aneh.

Ruangan ini juga. Seperti halnya ruangan kepala asrama. Ruangan yang
begitu putih, lagi-lagi tanpa jendela. Tak ada ventilasi disini, namun udaranya
tetap sejuk meski tak sedingin udara AC. Ranjang kecil berada di pojok
ruangan. Dengan sebuah meja-kusi di sampingnya. Lemari merah itu menarik
perhatianku. Aku ingin tau apa isinya. Ternyata cuma dua stel pakaian. Kaos
dan celana, dan semuanya berwarna putih. Untuk apa memiliki dua baju
yang sama?

Aku coba pakaian itu. Pas. Bagaimana bisa? Aku menemukan sebuah tombol
yang mirip dengan kancing terletak di kaos bagian dalam dekat leher bagian
belakang. Ketika ku tekan tobol itu wuuss tiba-tiba kaos putih itu
berubah menjadi kemeja kotak-kotak. Wow keren sekali benda ini.

Tit tit tit tit tit tit.


Sesuatu berbunyi disini. Meja putih yang tadinya datar tiba-tiba muncul layar
berbentuk segitiga. Wajah Amy terpampang disitu.
SMAN 1 BENGALON
Awan, kemana saja kau. Cepat kesini kau akan ketinggalan menu lezat.
Wajah Amy menghilang, layar segitiga menutup, meja kembali datar. Perutku
berbunyi. Produksi asam lambungku meningkat. Aku membereskan pakaian itu.
Dan segera menuju ruang makan.

Ternyata di lorong yang ku pikir tak berujung ini terdapat sebuah tangga menuju
lantai dua. Terdengar sebuah nada ketika kakiku menginjak anak tangga
pertama, begitu pula anak tangga selanjutnya, suaranya indah sekali mirip
dentingan piano. Aku tak sabar untuk menghadapi keajaiban lainnya di lantai
dua.

Ruang makan yang begitu luas, dibangun dengan desain arsitektur minimalis
dipenuhi dengan meja-meja panjang dengan banyak makanan di atasnya. Aku
melihat lautan manusia berkulit pucat disini. Mulai dari ujung sana sampai di
tempat aku berdiri saat ini. Aku bingung. Mereka mempunyai wajah yang
hampir sama. Dari kejauhan terlihat tangan melambai-lambai ke arahku, itu
pasti Amy. Aku berjalan ke arahnya diiringi tatapan tatapan tajam ke arahku.
Aku duduk di sebelahnya. Amy tersenyum.
SMAN 1 BENGALON
Jangan kaget kalau banyak orang yang memandangmu seperti itu.
Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Ini makananmu, cobalah, ia menyerahkan semangkuk penuh makanan berwarna oranye. Ough
wortel.
Amy menyantap makanannya dengan sangat lahap. Kau tidak mau mencobanya? Makanan ini sangat
lezat loh. Ia menyuap sesendok penuh ke mulutnya.

Apa yang dipikirkan anak ini. Sebuah sayuran oranye yang disebut wortel ini adalah makanan lezat? Aku
tidak kepikiran untuk mencobanya, walaupun hanya sekali.
Ku perhatikan sekeliling, ternyata bukan Amy saja yang begitu menyukai makanan oranye ini, tetapi juga
semuanya. Memang kandungan wortel sangat besar, entah karena apa, namun dari dulu aku tak pernah
menyukai makanan ini.

Aku melihat keluar ruangan di balik jendela sana. Di luar dipenuhi pohon-pohon besar dengan diameter
yang melebihi rangkulan tanganku, pohon-pohon itu sepertinya berusia lebih dari 100 tahun. Ada bagian dari
ruangan ini yang menjorok ke arah pepohonan rindang itu, sebuah halaman yang tidak terlalu luas dan ada
satu-dua meja-kursi panjang disana. Hanya ada seseorang yang berada di luar sana, ia sedang asyik
menikmati hijaunya pepohonan. Alangkah terkejutnya aku begitu mengetahui bahwa ia berkulit cokelat sama
denganku.

SMAN 1 BENGALON
Aku bangkit dari tempat dudukku, berjalan ke arahnya.
Kau mau kemana?, aku sama sekali tak merespon pertanyaan Amy.

Begitu aku sampai di pintu keluar, ku dorong pintu itu. ku rasakan


harumnya daun-daun disinari matahari. Dan ketika aku maju selangkah,
terdengar teriakan dari belakang. Aku menoleh melihat tangan yang
memegang pundakku, tangan itu berubah menjadi merah. Ia terhempas ke
belakang.
AMY!

Amy menggosok-gosok tangannya yang kemerahan. Aku membantunya


berdiri. Ia masih meringis kesakitan.
Aku aku hanya ingin memperingatkanmu, pakailah kacamata ini. Sinar
matahari tak baik untuk dirimu, ia menyerahkah kacamata hitam besar
padaku.

SMAN 1 BENGALON
Kemudian ia berjalan menjauhi sinar matahari yang
menembus jendela-jendela besar di ruang makan itu,
Aku harus ke klinik untuk mengobatinya. Aku tak
mengerti mengapa kulitnya dapat berubah seperti itu.
sebenarnya aku ingin menemui seseorang berkulit
cokelat di luar sana, namun, lebih baik aku membantu
Amy.

Tak susah untuk mencarinya, klinik itu berada tepat di


bawah ruang makan. Amy berada disana, ia tengah
mengolesi tangannya yang merah dengan cairan
kebiru-biruan.
Awan?, ia tersenyum melihatku datang.
Ku keluarkan kalkulatorku, ku tanyakan padanya
apakah ia baik-baik saja.
Aku tidak apa-apa. Terima kasih kau mau menemaniku
disini.

Aku melihat rak-rak besar dipenuhi berbagai macam


cairan yang berada di belakang Amy. Mencoba
menelitinya satu-persatu, mengingat nama-nama yang
tertera di dinding kaca, namun tak bisa.

SMAN 1 BENGALON
Di ruang makan tadi sepertinya kau mau menuju
ruang luar? tanyanya, ia masih mengusapi
tangannya dengan obat.
Ku berikan kalkulatorku padanya. Ya, aku ingin
menemui seseorang di luar sana. Aku sangat
penasaran sekali dia di luar sana.

Siapapun orang yang akan kau temui, aku hanya


menyarankan satu hal saja. Jika kau mau pergi keluar
dengan matahari masih bersinar terik, pakailah
kacamata hitam dan juga seperangkat pakaian silver
untuk melindungimu dari bahaya sengatan matahari.
Sekarang matahari sangat ganas, jika kau melihatnya
secara langsung dengan mata telanjang, ia dapat
membutakan matamu. Dan bisa membunuh
seseorang hanya lewat pancaran sinarnya. Seperti
yang ku alami. Ia menjelaskan panjang lebar. Aku
tak menyangka sinar matahari sejahat itu

Aku melihat keadaan tangannya dan sekali-sekali


melongok ke luar, siapa SMAN
tau 1aku
BENGALON
akan bertemu
Awalnya aku tidak mau, tetapi Amy terus memaksa. Akhirnya aku keluar dari klinik dan menuju
ruang makan mencari orang itu. Namun ia tak berada lagi disana. Mungkin lain kali aku akan
bertemu lagi dengannya.

Aku berharap hari ini aku dapat bertemu dengannya, aku tak menyesal karena kemarin gagal
bertemu dengannya. Karena aku yakin aku akan bertemu dengannya, entah kapan. Amy juga
mau membantuku, ia mengajakku mengelilingi asrama.

Ia menunjukkan berbagai hal yang baru padaku. Seperti obat-obatan, meja-meja di setiap kelas
yang dipenuhi dengan layar segitiga seperti di kamarku, juga cara mandi.

SMAN 1 BENGALON
Aku sangat terkejut karena tak ada acara mandi dengan air disini. Air sangat
langka, katanya. Oleh karena itu penggunaan air sangat dihemat. Hanya
dipakai untuk kebutuhan-kebutuhan penting saja. Maka dari itu Amy
memperkenalkanku pada Akuatik, robot jangkung yang mempunyai enam
roda sebagai kakinya. Cukup berdiri di depannya, kau akan terkena sinaran
laser darinya berulang kali, dan kau akan bersih seketika. Dari baju, sepatu,
rambut sampai kulit, bahkan gigi juga lubang hidung dan telinga. Ajaib.

Bukan hanya penggunaan air saja yang dihemat disini, namun juga listrik, api,
penggunaan tisu, kertas, dan plastik. Amy bercerita padaku bahwa dampak
global warming terhebat sepanjang sejarah adalah pada tahun 2013. Karena
bencana itulah banyak negara lenyap karena kebakaran dan kekurangan air.
Tak heran banyak manusia bermutasi menjadi manusia yang berpenyakit.
Manusia yang dapat bertahan kemudian berkumpul menjadi satu membentuk
negara baru. Dan mulai saat itu penggalakan reboisasi dilakukan besar-
besaran. SMAN 1 BENGALON
Aku merinding ketakutan. Aku tak tahu berita
itu. Aku tak pernah mendengar sejarah
seperti itu di Indonesia, baru kali ini aku
mendengarnya. Lagi pula aku lahir tujuh
tahun sesudahnya, pasti pembaharuan telah
terjadi dimana-mana. Contoh yang nyata
adalah seperti yang kulihat saat ini, disini.
Semuanya penuh dengan teknologi.

Bahkan makanan yang selama ini tak pernah


ku sukai, sayuran segar, ternyata adalah
makanan langka yang harganya mencapai
ratusan juta. Tak heran, mereka sangat
menyukai menu makan siang kemarin.

Aku masuk ke dalam ruangan penuh buku,


tempat ini pasti perpustakaan.
Aku senang sekali dengan tempat ini, karena
aku dapat mengetahui sejarah yang tak ku
ketahui sebelumnya. Apakah kau suka
berkunjung ke museum juga, Awan?, Amy
bertanya padaku.

SMAN 1 BENGALON
Museum? Ruangan yang dipenuhi rak-rak buku segala
jaman ini disebut museum. Apa tidak salah? Ku berikan
kalkulatorku, katakan padanya bahwa ia salah mengatakan
tempat ini adalah museum. Tempat ini adalah
perpustakaan.

Amy tertawa, Kau yang salah. Tempat yang dipenuhi buku


ini adalah museum. Buku-buku ini adalah peninggalan dari
jaman lampau. Apalagi bahan sebagai pembuat kertas ini
adalah pohon. Kini pohon menjadi barang yang amat
langka disini, kau tahu bukan? Dan aku tidak tahu apa
yang disebut dengan perpustakaan.

Ku jelaskan padanya bahwa perpustakaan itu tempat


untuk memperoleh pengetahuan tentang apapun yang kita
cari.
Perpustakaan yang kau maksud untuk mencari
pengetahuan, semua bisa kau dapatkan disini, ia
menunjukkan sebuah layar segitiga. Kan ada internet!.

Aku manggut-manggut takjub.


Aku melewati rak-rak buku penuh debu itu. Aku melihat
seseorang sedang asyik membaca sebuah peta dunia.
Padahal sudah jelas terpampang disana tulisan dilarang
SMAN 1 BENGALON
memegang!
Lewat kalkulator ajaibku, ku ceritakan padanya bahwa sejak
bencana terdahsyat melanda, aku pergi mengungsi dari
Indonesia. Selama lima tahun di negeri antah berantah itulah
aku menjadi gelandangan. Aku sangat merindukan kampung
halamanku, maka ketika ada seseorang yang menawariku
pulang akupun setuju. Dan sekarang aku telah pulang, pulang ke
Indonesia.
Ia mengernyitkan dahi, Kau percaya bahwa tempat ini adalah
Indonesia?.
Aku mengangguk tegas.
Bodoh!. Ia pergi meninggalkanku. Aku berusaha mengejarnya,
aku mempunyai banyak pertanyaan untuknya. Tentang tempat
ini dan tentang semuanya.
Aku setengah berlari mengikutinya dari belakang. Ketika sampai
di pintu besi bertuliskan 23071989, ia berbalik memandangku,
Akan ku tunjukkan semua hal yang tidak kau ketahui tentang
tempat ini.
Aku merasakan suasana yang berbeda ketika memasuki ruangan
ini. Ruangan ini empat kali luasnya dengan kamarku. Dan ia
mempunyai jendela. Satu-satunya jendela yang ku temui di
SMAN 1 BENGALON
Lintang marah ketika mengetahuiku melihat foto itu
tanpa izinnya. Ia memasukkannya ke dalam sakunya. Ia
memberikanku sebuah buku jadul dengan robekan disana
sini. Ku baca halaman yang ditunjukkan oleh Lintang.
Tertulis disana, ,,, ketika bencana itu datang, tak ada
yang dapat melawan. Kami semua terkena imbasnya,
dampak serius yang belum ada obatnya. Kami tak tahan
terkena paparan sinar matahari. Kulit kami menjadi
rentan ditumbuhi segala macam penyakit. Namun kami
masih dapat bertahan karena bantuan Indonesia itu, ia
merelakan pigmen kulitnya diambil untuk bahan
pengujian. Nyatanya pengujian itu tidak sukses dan ia
meninggal, karena kami lalai melaksanakan prosedur.
Tapi aku yakin ia meninggal dengan tenang, karena ia
membawa kebaikan pada kami semua hingga kami bisa
hidup sampai detik ini.
Kami sangat penasaran mengapa eksperimen yang kami
buat itu gagal. Menurut kawan yang telah berhasil
melakukannya, kuncinya adalah kami memerlukan tiga
Indonesia dengan perbandingan jenis kelamin pria :
wanita = 2 : 1. Kami harus mencari sang Indonesia
terakhir. SMAN 1 BENGALON
Kalimat itu terputus. Halaman selanjutnya robek dimakan

Kau tahu dimana ia berada?, Lintang terus saja berlari, aku tak
dapat menjawab pertanyaannya karena sangat susat memencet
abjad di kalkulator itu dengan keadaan setengah berlari.
Kami berkeliling ke seluruh asrama. Tidak mudah mencari kelinci
hitam di tengah ribuan kelinci putih. Akhirnya ku temukan dia di
tengah taman bunga.
Awan!, ia begitu senang melihatku. Ia memelukku erat sekali.
Seseorang yang selalu bersamaku hampir selama lima tahun, Airin.
Aku muak melihat adegan romantis ini. Cepatlah, kita tak punya
banyak waktu, Lintang selalu marah-marah dari tadi.
Siapa kau? Mengapa kau seenaknya menyuruh-nyuruh kami, Airin
kesal padanya.
Ku ceritakan lewat kalkulatorku bahwa
Ah kelamaan. Berpura-puralah agar perempuan itu mengerti jalan
cerita ini!, Lintang mendengus kesal.
Meski ada rasa tak percaya padanya, namun kami tetap
mengikutinya berlari dari belakang. Karena tak ada siapapun disini
yang dapat dipercaya.
Bung. Apakah kau punya berapa rencana untuk keluar dari tempat
ini?, tanya Airin.
Aku tidak punya banyak rencana. Kami melongo tak percaya.
Namun aku punya rencana terbaik, ia tersenyum. Senyuman khas
Lintang sangat memukau sekali.
Sebelum kami menuju hutanSMAN 1 BENGALON
belakang, Lintang membelokkan
Apakah kau yakin perahu motor ini dapat digunakan?, Airin
melihat banyak karat di permukaannya.
Lihat saja bagaimana aksinya!, tantang Lintang.
Lintang menaiki perahu motor itu. Disusul Airin. Ketika aku hendak
naik, tiba-tiba terdengar suara seseorang di dalam hutan sana,
Awan , ia memanggilku.
Amy!
Ia terlihat menyolok dengan baju silver dan kacamata hitamnya. Aku
tahu ia sangat protektif terhadap kulitnya. Untuk apa ia kesini
menemuiku? Apakah dari tadi ia mengikutiku?
Hati-hati. Aku tak yakin akan sikap polosnya itu, Airin membisikiku.
Aku mendekatinya berlahan.
Kau akan pergi, Awan? Kemana?, tanyanya sedih.
Aku mengeluarkan kalkulator itu, ku ketikkan disana sebuah negara
tercintaku, Indonesia.
Bawalah aku. Aku sangat ingin melihat Indonesia yang sebenarnya.
Aku mohon.
Aku tidak yakin ia dapat bertahan jika bersamaku.
Aku janji aku akan bertahan.
Aku merasa kasihan sekali padanya. Aku bujuk kedua temanku itu
agar Amy dapat ikut serta. Lintang menjawab acuh tak acuh. Airin
sangat tidak setuju, ia berpikir bahwa Amy hanyalah seorang mata-
mata yang dapat menghancurkan kami. Aku memohon pada
mereka. Setelah ku bujuk dengan susah payah, akhirnya mereka
SMAN 1 BENGALON
berdua setuju meskipun dengan setengah hati.
Ketika melewati zona ekonomi ekslusif sejauh 200 mil terdengar
bunyi sirine. Dua perahu motor hitam mengejar kami dibelakang.
Kedua mahkluk itu juga mengenakan pakaian yang sama dengan
Amy.
Kita ketahuan! Bagaimana ini?!, seru Amy.
Jangan panggil aku Lintang jika aku tidak dapat mengecoh mereka,
Lintang menjentikkan jarinya sombong.
Lintang membelokkan perahu motornya ke utara. Perahu motor itu
melaju secepat kilat.
Mau kau kemanakan perahu motor ini?, tanya Airin dengan wajah
ketakutan.
Antartika!.
Kau jangan bodoh. Kita akan mati karena hipotermia!, teriak Airin
tidak setuju.
Hipotermia tidak akan membunuh kita, sejak pemanasan global di
tahun 2013 efeknya tidak lagi berpengaruh kepada kita. Namun
sangat berpengaruh kepada mereka. Terang Lintang.
Ide yang bagus untuk membunuh kedua makhluk dibelakang yang
mengejar kita. Namun, apa kalian tidak memikirkan nasib Amy?!
Aku yakin aku dapat bertahan, Awan. Aku sudah berjanji padamu,
Amy memaksakan senyumnya mengembang dikala ia harus
melawan dinginnya Antartika.
Aku memeluknya erat. Ku harap pelukan ini dapat memberikan
sedikit kehangatan padanya.SMAN 1 BENGALON
Terima kasih, Awan.
Ketika melewati zona ekonomi ekslusif sejauh 200 mil terdengar
bunyi sirine. Dua perahu motor hitam mengejar kami dibelakang.
Kedua mahkluk itu juga mengenakan pakaian yang sama dengan
Amy.
Kita ketahuan! Bagaimana ini?!, seru Amy.
Jangan panggil aku Lintang jika aku tidak dapat mengecoh mereka,
Lintang menjentikkan jarinya sombong.
Lintang membelokkan perahu motornya ke utara. Perahu motor itu
melaju secepat kilat.
Mau kau kemanakan perahu motor ini?, tanya Airin dengan wajah
ketakutan.
Antartika!.
Kau jangan bodoh. Kita akan mati karena hipotermia!, teriak Airin
tidak setuju.
Hipotermia tidak akan membunuh kita, sejak pemanasan global di
tahun 2013 efeknya tidak lagi berpengaruh kepada kita. Namun
sangat berpengaruh kepada mereka. Terang Lintang.
Ide yang bagus untuk membunuh kedua makhluk dibelakang yang
mengejar kita. Namun, apa kalian tidak memikirkan nasib Amy?!
Aku yakin aku dapat bertahan, Awan. Aku sudah berjanji padamu,
Amy memaksakan senyumnya mengembang dikala ia harus
melawan dinginnya Antartika.
Aku memeluknya erat. Ku harap pelukan ini dapat memberikan
sedikit kehangatan padanya.SMAN 1 BENGALON
Terima kasih, Awan.
Lintang tertunduk lemas tak berdaya. Penantiannya selama tiga
tahun di asrama yang ia benci terbuang sia-sia. Ia menunduk,
melihat bayangannya di jernihnya air laut.
Aku, Airin, dan Amy saling berpandangan. Kami tidak tega
melihat kawan kami bersedih seperti itu. Kami memelukknya
ramai-ramai. Aku merasakan pundakku basah oleh air matanya.
Dulu tahun 2025 aku mengungsi dari sini sebelum bencana itu
terjadi. Bencana alam hebat melanda bumi pertiwi. Pada waktu
itu aku berusia lima tahun. Aku tak mengetahui apa-apa. Aku
hanya mendengar kabar bahwa luapan lumpur Lapindo tidak
dapat terbendung lagi. Dengan luapan dari dalam bumi yang
begitu besar, menyebabkan amblesnya setengah provinsi Jawa
Timur. Akibat pergeseran lempeng di bawah laut menyebabkan
tsunami besar-besaran, sehingga berakibat juga pada aktifitas
gunung berapi. Sebanyak gunung berapi yang terdapat di
Indonesia, sebanyak itulah gunung se-Indonesia meletus.
Menewaskan banyak korban, separuh jumlah penduduk di
Indonesia. Dan inilah yang terjadi saat ini, disini, Indonesia tahun
2030. Ia menghilang.
Lintang tiba-tiba bangkit.
SMANIa1 menuju
BENGALON bagasi perahu,
Lintang sama sekali tak mendengar ceramahan Airin yang
cerewet. Ia nekat terjun ke samudera dalam hanya untuk
mencari tanah airnya yang tercinta. Gelembung-gelembung
udara telah menghilang dari permukaan. Aku mencari alat selam
lainnya yang mungkin masih ada di bagasi. Aku tak mau
meninggalkannya Lintang sendirian dalam dinginnya lautan.
Ku temukan tiga set peralatan selam. Pakaian selam yang ringan
dengan tabung oksigen berukuran 500ml. Ku berikan dua
diantaranya pada Airin dan Amy. Airin mengomel tak karuan, ia
menolak ajakanku untuk masuk ke dalam laut. Namun, ketika ia
melihat Amy sudah memakai pakaian itu lengkap akhirnya ia
mau juga. Aku tahu Airin itu tipe orang yang tidak mau kalah.
Dalam hitungan ketiga kami menceburkan diri ke dalam lautan
yang dingin. Tak ada tanda-tanda Lintang berada disana. Kami
sepakat untuk berenang pelan-pelan agar tak kehilangan jejak.
Aku mengikuti Airin yang berada di depan, Amy selalu saja
ketinggalan di belakang. Nampaknya ia asyik menikmati
keindahan laut yang tak pernah ia rasakan seumur hidupnya.
Airin berhenti tiba-tiba, hampir saja aku menabraknya. Dengan
bahasa isyarat ia melarangSMAN
kami melangkah ke sana. Ada arus
1 BENGALON
yang kuat disana, katanya.
Aku tidak tahu dimana aku berada sekarang. Dimana Amy?
Dimana Airin? Dimana Lintang?
Dinginnya air laut menusuk tulangku. Aku terus berenang,
mencari kawan juga mencari perlindungan. Semakin lama aku
memasuki dalamnya lautan, suasana menjadi semakin gelap.
Tuk.
Kepalaku membentur sesuatu yang amat keras. Ku raba pakaian
selamku dan aku menemukan senter kecil yang berada di
pergelangan tangan. Ku nyalakan senter itu, ku amati sesuatu di
depanku. Hanya sebuah benda berlumut. Ku singkap lumut-
lumut yang menempel itu. Betapa terkejutnya aku ketika
mengetahui aku berdiri tepat di depan kubah raksasa dengan
manusia berlalu lalang di dalamnya.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Seseorang menembakkan
sebutir peluru itu tepat di lengan kananku. Aku dapat merasakan
biusnya merasuk ke dalam tubuhku. Suasana laut menjadi
semakin dingin dan semakin gelap. Aku terpejam.

Suasana menjadi terang sekali ketika aku mulai membuka


mata. Ku raba lengan kananku SMAN 1yang masih kaku. Aku tak dapat
BENGALON
merasakan apa-apa. Ku lihat disekitar, ruangan berwarna putih.
Kau takkan percaya akan hal ini, Awan. Ia menuntunku
berjalan.
Di luar sana, di tengah lapangan upacara, Lintang dengan
bangga memandangi bendera kebangsaannya. Bendera merah
putih.
Selamat datang di Indonesia 2030.
Aku tak percaya, sungguh tak percaya. Indonesia yang
dikabarkan hilang ternyata berdiri kokoh di tengah dalamnya
samudra.
Tempat ini di kelilingi kubah dengan kaca setebal 1mil. Cukup
untuk menahan ledakan bom nuklir. Dengan cahaya matahari
yang masuk dari permukaan air laut diteruskan melewati lensa
cembung yang berada di atas kubah. Sehingga cahaya menjadi
terpusat pada satu titik, di titik itulah cahaya dipantulkan ke
seluruh ruangan dalam kubah ini. Aliran listrik yang tak terputus
didapatkan dari pergerakan aliran arus laut yang diubah menjadi
tenaga listrik. Air jernih melimpah ruah yang dihasilkan dari
penyaringan air laut. Udara bersih tak tercemar ditambah
dengan jutaan pohon tumbuh di dalam kubah ini.
Lalu kemanakan Amy berada? Ku
SMAN 1 tanyakan pada Lintang.
BENGALON
Aku melihat ia berlari-lari di taman tadi, tapi sekarang aku tidak
Di tengah jalan setapak itu aku menemukan buku
yang tergeletak di tanah. Dengan tulisan-tulisan
tangan yang indah, mungkin ini buku milik Amy.
Kubaca kalimat demi kalimat.
Isu pemanasan global telah meresahkan masyarakat
dunia. Tetap saja tak ada yang mau menjaga
keseimbangan lingkungan. Alam pun menjadi murka.
Pada tahun 2013 terjadi pemanasan global
terdahsyat sepanjang sejarah peradaban manusia.
Banyak negara hancur karena kebakaran,
kekurangan air, bahkan penyakit. Begitu pula
Indonesia. Namun di tengah keterpurukan ini
Indonesia mencoba bangkit. Dengan sisa-sisa hutan
lindung dan sumber daya alam, kami bangun kembali
Indonesia sedemikian rupa agar terjadi
keseimbangan alam dan semoga saja dapat dinikmati
oleh anak cucu kami nantinya.
Kesuksesan itu ternyata menimbulkan kesenjangan
sosial di negara-negara maju di luar sana. Mereka
dengan nekat membuat tiruan Indonesia, dengan
SMAN 1 BENGALON
ambisi mendapatkan Indonesia yang sesungguhnya.
Namun di tahun 2025 terjadi bencana alam hebat
melanda bumi pertiwi. Luapan lumpur Lapindo tidak
dapat terbendung lagi. Dengan luapan dari dalam
bumi yang begitu besar, menyebabkan amblesnya
setengah provinsi Jawa Timur. Akibat pergeseran
lempeng di bawah laut menyebabkan tsunami besar-
besaran, sehingga berakibat juga pada aktifitas
gunung berapi. Sebanyak gunung berapi yang
terdapat di Indonesia, sebanyak itulah gunung se-
Indonesia meletus. Menewaskan banyak korban,
separuh jumlah penduduk di Indonesia.
Dengan sisa-sisa tenaga, ilmu, dan waktu, kami
membangkitkan penelitian yang hampir rampung itu.
Kami memberanikan diri untuk mengatakan bahwa
Indonesia telah menghilang, lenyap dari muka bumi.
Berita bohong itu cepat menyebar dan meluas ke
seluruh dunia hingga mereka tak dapat
menemukannya.
Disini, di 6LU-11LS dan 95BT-141BT, kau akan
menemukan Indonesia yang sebenarnya.
SMAN 1 BENGALON
Aku menghela napas panjang. Ternyata aku hidup
Aku ingin menanyakan banyak hal
padanya. Tentang rahasia yang selama ini
tidak ia ceritakan padaku. Namun, ia
masih asyik bercakap-cakap dengan layar
segitiganya. Ia sepertinya sedang
berkomunikasi dengan seseorang di luar
sana.
Aku telah menemukan Indonesia yang
sesungguhnya, Ibu.
Selesai
Aku terkejut melihat wajah kepala asrama

berada di layar itu. Amy kaget melihatku
mengetahui apa yang dilakukannya.
Mata warna-warninya berkaca-kaca.
SMAN 1 BENGALON
ABSTRAK : PARAGRAF 1
ORIENTASI : PARAGRAF 2
KOMPLIKASI: PARAGRAF 3
EVALUASI : PARAGRAF 4
RESOLUSI : PARAGRAF 5
KODA : PARAGRAF 6

TEMA : INDONESIA.

LATAR : SEKOLAH,JALAN,DLL
PENOKOHAN : AMY:BAIK
AWAN:BAIK
LINTANG:RAMAH
SUDUT PANDANG : ORANG KETIGA
ALUR : GABUNGAN

SMAN 1 BENGALON
Pantun Anak-Anak
Pergi ke sawah menanam padi,
Sawah dibajak dengan sapi.
Jadi anak yang baik hati,
Tentu tahu balas budi.
Pantun Nasehat
Kelapa Gading buahnya banyak,
Lebat berjurai dipangkal pelepah.
Bila berunding sesama bijak,
Kusut selesai, sengketapun sudah.
Pantun teka teki
Hari ini orang bertengkar,
Hari esok orang berkawan;
Kalau adik orang yang pintar,
Coba tebak binatang apa yang cantik rupawan?

SMAN 1 BENGALON
Pantun adat
Kembang merayu tidaklah padat
Kembang indah bukanlah tomat
Jagalah adat istiadat
Agar orang lain pada hormat
Pantun percintaan
Coba-coba menanam di padang,
moga-moga tumbuh kembang.
Coba-coba menjadi teman,
moga-moga menjadi sayang.

SMAN 1 BENGALON

Anda mungkin juga menyukai