Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK

SENIOR DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PUSKESMAS KTK

Oleh:
Deviana Yunita Sari
1110070100028
IDENTITAS PASIEN
Nama : M. Hazik
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pulai
Tanggal Kunjungan : 19 Januari 2017
JUDUL PENYAKIT : Demam Tifoid
No ICD X : A01.0 Typhoid fever

Masalah Kesehatan
Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini erat kaitannya dengan
kualitas hygene pribadi sanitasi lingkungan yang kurang
baik. Di Indonesia bersifat endemik dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah
sakit besar di Indonesia, tersangka demam tifoid
menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk
dan angka kematian antara 0.65% (KMK, 2006). Selain
tingkat insiden yang tinggi, demam tifoid terkait dengan
berbagai aspek permasalahan lain, misalnya: akurasi
diagnosis, resistensi antibiotik dan masih rendahnya
cakupan vaksinasi demam tifoid.
ANAMNESA

Keluhan Utama
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan demam
sejak 7 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Tumbang dengan keluhan demam sejak


7 hari. Demam dirasakan terutama sore hari,naik
berlahan dan kadang disertai menggigil.

Demam disertai mual dan muntah sebanyak 2 kali


gelas berisi apa yang diminum.

Pusing serta sakit kepala ada,pada saat demam.

Pasien juga mengeluhkan sakit perut dan nyeri ulu hati.


Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 1(Baru Lahir)
BCG : Umur 1 bulan,dilengan kanan,skar ditemukan.
DPT : 1 (umur 2 bulan,), 2 (umur 4 bulan), 3 (umur 6
bulan)
POLIO : 1 (umur 1 bulan), 2 (umur 2 bulan), 3 (umur 4
bulan)
CAMPAK : Umur 11 Bulan
Kesan : Imunisasi Lengkap
Badan terasa lemas.

Keluar darah dari hidung disangkal.

Perdarahan pada gusi disangkal.

BAB berdarah disangkal.

BAK normal
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama.

Riwayat Lingkungan
Tidak ada tetangga yang menderita sakit yang sama atau
demam tinggi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Vital Signs :
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tekanan Darah : - mmHg
Frekuensi Nadi : 90 x/menit, Reguler
Frekuensi Napas : 22 x/menit
Suhu : 38,9 C
Status Gizi :
Berat Badan : 17 kg
Tinggi Badan : cm
IMT : (Satus Gizi : Berat Badan Normal)
Status Generalisata
Kulit : Ikterik (-), sianosis (-)

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar


getah bening (KGB) submandimula, sepanjang
M.sternocleidomastoideus, supra/infraclavikula kiri dan kanan,
axilla kiri dan kanan, serta inguinal kiri dan kanan.
Kepala :
Bentuk : normochepal
Rambut : hitam, mudah rontok (-), mudah dicabut (-)
Wajah : edema (-), wajah simetris
Telinga : simetris kiri dan kanan
Hidung : deformitas (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (+) , lidah kotor (+), sianosis (-)

Leher: :
Benjolan/massa (-)
JVP 5 2 cmH2O
Paru-paru :
Inspeksi :
Bentuk dada : normal diameter transversal :
anteroposterior = 2 : 1
Dinding dada : sikatrik (-), pelebaran
pembuluh darah (-), jenis pernapasan
abdominotorakal, gerakan dinding dada
simetris, irama pernapasan teratur.
Palpasi :
Posisi trakea ditengah
Fremitus taktil kiri sama dengan kanan
Perkusi :
Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi :
Suara napas vesikular, wheezing (-/-),rhonki (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas jantung :
Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra
Batas kiri : RIC V linea midclavicularis
sinistra
Pinggang : RIC III linea parasternalis
sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 reguler, bunyi
jantung
tambahan (-), bising jantung (-)
Abdomen :
Inspeksi : sikatrik (-), pelebaran pembuluh
darah (-)
Palpasi :
Superfisial : Nyeri tekan pada epigastrium
(+)
Profunda :
Hepar : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : bimanual (-), ballotement (-), nyeri
ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (++) meningkat
Ekstremitas :
Akral Hangat (+), sianosis (-), edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan laboratorium kesehatan daerah,
dengan hasil:
Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 11,7 gr/dl
Ht : 36 %
Leukosit : 15.900 mm3
Trombosit :382.000 mm3

Tes Widal
WIDAL O` : 1/320
WIDAL H : 1/60
DIAGNOSA
Observasi Febris H-7 e.c Demam Typoid

DIAGNOSA BANDING
Demam Berdarah Dengue
Malaria
Hepatitis A
KOMPLIKASI

Tifoid Ensefalopati
Syok Septik
Perdarahan Dan Perforasi Intestinal (Peritonitis)
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI

Analgetik antipiretik ( Paracetamol 500mg, 4 X )


Antibiotik ( cefixime syr 2x 2cth )
NON FARMAKOLOGI

Promotif
Melakukan penyuluhan didalam dan diluar ruangan

Didalam ruangan :
Memberikan penyuluhan/ nasehat dan edukasi langsung ke
pasien atau orang tua yang datang ke puskesmas.
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan cara
penularannya.
Menganjurkan pola hidup bersih dan sehat.
Diluar Lingkungan

Door to door
Penyuluhan di sekolah dan posyandu
Konseling dan Edukasi

Edukasi pasien dan keluarga tentang tata cara:


Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari penyakit
demam typoid yang harus diketahui pasien dan
keluarganya

Konsul diet makanan typoid, pentahapan mobilisasi, dan


konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat
langsung oleh dokter, dan keluarga pasien telah
memahami serta mampu melaksanakan.
Diet makan typoid:
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup.
Diet untuk penderita typoid, biasanya diklasifikasikan atas :
diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa. Bila keadaan
penderita baik, diet dapat dimulai dengan diet padat atau
tim. Tapi bila penderita dengan klinis berat sebaiknya
dimulai dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya irubah
secara bertahap sampai padat sesuai dengan tingkat
kesembuhan penderita.
Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien
dan keluarga supaya bisa segera dibawa kerumah sakit.
Preventif

Meningkatkan perilaku PHBS:


Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Memberi bayi ASI eksklusif
Menimbang bayi dan balita
Menggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Menggunakan jamban sehat
Memberantas jentik di rumah
Makan buah dan sayur setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok di dalam rumah
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat
tentang aspek pencegahan dan pengendalian Demam
Typoid,melalui:
a. Perbaikan sanitasi lingkungan, ada beberapa cara
dilakukan:
Penyedian air bersi untuk seluruh warga, penyediaan air
yang aman, khlorinasi, terlindung dan aman serta
terawasi, tidak tercemar oleh air limbah dan kotoran
lain. Untuk air minum masyarakat harus membiasakan
dengan memasak sampai mendidih, kurang lebih 10
menit.
Jamban keluarga yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Tidak terkontaminasi oleh lalat dan serangga
lain

Pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah, harus


benar, sehingga tidak mencemari lingkungan.

Kontrol dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan,


terlaksana dengan baik dan kesinambungan.
Peningkatan higiene makanan dan minuman
Perlu diingat Golden Rules Of WHO dalam promosi
kebersihan makanan:
Pilih hati-hati makanan yang sudah di proses, demi
keamanan
Panaskan kembali secara benar makanan yang sudah
dimasak
Hindarkan kontak antara makanan mentah dengan yang
sudah masak
Mencuci tangan dengan sabun
Permukaan dapur di bersihkan dengan cermat
Lindungi makanan dari serangga, binatang mengerat dan
binatang lainnya
Gunakan air bersih atau air yang dibersihkan
Menggunakan cara-cara cermat dan bersih dalam
pengolahan, pendinginan sampai penyajian untuk
dimakan.
Mendorong penggunaan ASI untuk bayi,serta
mendidihkan seluruh susu dan air yang akan digunakan
sebagai makanan bayi
Memasak dan pasteuresasi susu serta produk lainnya,
serta superfisi terhadap sanitasi produksinya.
Melaksanakan quality conrole terhadap semua hasil
pertanian yang dimakan dan diminum
Pengawasan terhadap restoran dan industri makanan
Pendidikan kesehatan masyarakat tentang tata cara hidup
bersih dan sehat, terutama kegiatan cucci tangan yang
benar
Peningkatan higiene perorangan :
Budaya cuci tangan yang benar
Setiap tangan kontak dengan feses,urine atau dubur
harus dan kalau bisa disikat
Pencegahan dengan imunisasi

Di Indonesia ada 3 vaksin:


a. Vaksin Oral Ty21 a Vivotif Berma
Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selangsehari
1 minggu. Satujam sebelum makan, vaksin ini dikontra
indikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita
immunokompromais, sedang demam, sedang minum
antibiotik dan anak kecil umur 6 tahun. Lama proteksi
dilaporkan 5 tahun.
b. Vaksin Parenteral sel utuh : typa Bio Farma
Vaksin ini mengandung sel utuh salmonella typhii yang
dimatikan yang mengandung kurang lebih 1 milyar kuman
setiap mililiternya. 2 jenis vaksin yakni, K Vaccine, (Actone
in active) dan L Vaccine ( Heat in actived-phenol preserved).
Daya proteksi K Vaccine adalah 79-89 % dan L Vaccine 51-
66 %.
c. Vaksin Polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Marrieux
Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari basil
salmonella. Mempunyai daya proteksi 60-70% pada orang
dewasa dan anak diatas 5 tahun. Vaksin ini tersedia dalam
alat suntik 0,5 ml yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam
buffer fenol isotonic. Vaksin diberikan secara intramuscular
dan boster setiap 3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan
pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui sedang
demam dan anak kecil 2 tahun.
RENCANA TINDAK LANJUT
Rujuk pasien jika terdapat kriteria sebagai berikut:

Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum


tampak perbaikan.
Demam typoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
Demam typoid dengan tanda-tanda komplikasi dan
fasilitas tidak mencukupi.
RENCANA MONITORING
Tanda-tanda dehidrasi
Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare
akut apabila ditemukan:
Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses
dianalisa lebih lanjut
Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri,
demam 38,50C, nyeri abdomen yang berat pada pasien
usia diatas 50 tahun
Pasien usia lanjut
Muntah yang presisten
Perubahan status mental seperti letargi, apatis dan
irritable
Terjadinya outbreak pada komunitas
Pada pasien yang immunocompromised
SARANA DAN PRASARANA
Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin, dan serologi
WIDAL
PROGNOSIS
Prognosis adalah bonam,namun ad sanationam dubia ad
bonam, karena penyakit dapat terjadi berulang.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Zahra
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

Terima Kasih
Pekerjaan
Alamat
: Pelajar
: Pulai
Tanggal Kunjungan : 17 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai