Anda di halaman 1dari 34

SISTEM PERENCANAAN DAN

PENGENDALIAN PROYEK (SP3)

BAB XI
LINIER SCHEDULING METHOD ( LSM )

oleh:
Rizal Z. Tamin

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


1
IKHTISAR
1. PENDAHULUAN.
2. ELEMEN DASAR LSM:
a. Parameter Sistem Sumbu.
b. Tingkat Produktifitas Kegiatan.
c. Interupsi dan Restraint.
d. Buffer.
e. Interval Kegiatan.
f. Waktu Tenggang (Float).
g. Lintasan Kritis.
3. PENGGUNAAN LSM UNTUK PEMANTAUAN.
4. ANALISIS BIAYA - WAKTU.
5. KEGIATAN DISKRIT.
6. PENYESUAIAN JADWAL MUSIMAN.
7. KURVA KEMAJUAN.

2
PENDAHULUAN (1)
1. Dalam beberapa jenis proyek sering ditemui kegiatan-
kegiatan yang dilakukan bersamaan dalam suatu urutan
yang bersifat linier (tidak diskrit), seperti:
- Konstruksi/pemeliharaan jalan raya;
- Jalur pipa;
- Saluran irigasi;
- Kabel telepon, kabel listrik;
- Terowongan, dsb.
2. Proyek-proyek yang memiliki banyak kegiatan repetitif
meskipun bersifat diskrit dapat juga dianggap memiliki
karakteristik yang bersifat linier, seperti:
- Pembangunan unit-unit rumah dalam suatu kompleks
perumahan;
- Pekerjaan pembuatan lantai-lantai gedung bertingkat banyak;
- Jembatan panjang dengan jumlah tiang pilar yang banyak, dsb.
3. Pada kegiatan yang bersifat linier:
- penerapan metoda jaringan kerja akan menemui banyak
kesulitan sehingga kurang disukai oleh para kontraktor yang
akhirnya kembali hanya menggunakan barchart. 3
PENDAHULUAN (2)
4. Didalam barchart:
- ketergantungan antar kegiatan tidak diperlihatkan;
- demikian juga perubahan kecepatan pelaksanaan pekerjaan
tidak terlihat.
5. Linear Scheduling Method (LSM) :
- adalah salah satu teknik penjadwalan yang dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan perencanaan dan penjadwalan
pekerjaan- pekerjaan linier atau repetitif.
6. Penggambaran LSM:
- Sumbu tegak: menggambarkan lokasi sepanjang suatu proyek
(atau juga kuantitas pekerjaan yang diselesaikan untuk
pekerjaan- pekerjaan repetitif);
- Sumbu mendatar: menggambarkan waktu pelaksanaan proyek.
- Kegiatan-kegiatan proyek digambarkan dalam bentuk garis-
garis diagonal; kegiatan diskrit (jembatan) digambarkan dengan
garis horizontal;
- Kecepatan kemajuan kerja yang direncanakan dapat
diperlihatkan dengan mudah dan lokasi pekerjaan yang sedang
berjalan pada suatu saat dapat ditentukan pada gambar.
4
PENDAHULUAN (3)
7. Bentuk dasar presentasi LSM diperlihatkan pada contoh
diagram berikut:

8
Bridge
7
Location (Km)

6
ab

lder
Gr

se
r&

hou
de

Ba
Cel a

e
a

g
4
e

Bas
Gr

in

sh S
Cl

b
Su

v
b

Pa
Su

Fini
2

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140


Time (Working days)

5
PENDAHULUAN (4)
8. Beberapa teknik LSM:
- Metoda Line-of-Balance (LOB);
- Vertical Production Method (VPM);
- Time Space Scheduling;
- Time-Location Chart (TLC);
- Vector Diagram Method (VDM);
- Dll.
9. Pada LSM:
- Kelemahan-kelemahan pada barchart dapat diatasi;
- Fleksibel dalam penggunaannya untuk mengakomodasi
berbagai situasi yang bersifat linier atau repetitif.

6
ELEMEN DASAR LSM

1. Parameter sistem sumbu.


2. Tingkat produktifitas kegiatan.
3. Interupsi dan restraint.
4. Buffer.
5. Interval kegiatan.
6. Waktu tenggang (float).
7. Lintasan Kritis.

7
PARAMETER SISTEM SUMBU
1. Diagram LSM merupakan suatu ukuran kemajuan
pekerjaan:
- Lokasi dapat dinyatakan dengan berbagai cara;
- Ukuran dalam pembangunan gedung bertingkat banyak, atau
pembangunan komplek perumahan, dinyatakan dalam jumlah
lantai, jumlah rumah, dsb.nya.
2. Untuk proyek-proyek linier, jarak merupakan ukuran yang
cocok untuk diterapkan, misalnya:
- Dinyatakan dalam meter atau kilometer, atau
- Posisi stationing pada jalan, misalnya setiap 100 meter (Sta.
0+100 km, Sta. 0+200 km, dan seterusnya).
3. Untuk penjadwalan waktu dapat dinyatakan dalam:
- Jam, hari, minggu, bulan dsb.nya, dipilih yang sesuai
tergantung kebutuhan.
4. Untuk penjadwalan proyek, diagram LSM dapat
dinyatakan dalam:
- Jumlah hari kerja proyek yang nantinya dapat dikonversikan
ke hari kalender.
8
TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN
(1)
1. Tingkat produktivitas dari setiap kegiatan dapat
dihitung dengan cara estimasi biasa sesuai dengan
kemampuan kontraktor, sebagai fungsi dari:
- Jenis kegiatan;
- Peralatan yang digunakan;
- Pekerja;
- Kondisi kerja.
2. Tingkat produktifitas dinyatakan dengan kemiringan
rij:
- i menunjukkan kegiatan no. I;
- j menunjukkan perubahan tingkat produktifitas; jika
diperlukan sepanjang pelaksanaan kegiatan.
3. Waktu penyelesaian pekerjaan:
- ditentukan oleh volume dan tingkat produktifitas;
- persamaan: Volume/ri.

9
TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN
(2)
Lf
Lf r,
i2
r,
r, i3
i1

Lokasi
Lokasi

r
i

Ls Ls

Ts Tf Ts Tfi Tf2 Tf3


Waktu Waktu

ri = tingkat produktifitas - ri1 > ri2 > ri3;


kegiatan i - Biaya langsung ri1 > ri2 > ri3;
- Tapi mungkin biaya
keseluruhan akan lebih
rendah

10
TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN
(3)

r,
i3

- ri = tingkat produktifitas
kegiatan i;
Lokasi

r, - ri1; ri2; ri3 = tingkat produktifitas


i2
kegiatan 1 pada perioda 1, 2, 3,
dst.nya jika diperlukan.
r,
i1

Waktu

11
TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN
(4)
4. Penentuan tingkat produktivitas:
a. Dilakukan secara iteratif.
b. Pada awal penjadwalan:
- tingkat produktivitas dihitung berdasarkan biaya
langsung minimum (optimum) untuk setiap
kegiatan.
c. Pada tahapan berikutnya:
- tingkat produktivitas dapat diubah (diperbesar atau
diperkecil) selama proses
analisis biaya-waktu untuk
memperoleh biaya total proyek yang optimum.
d. Perubahan tingkat produktivitas suatu kegiatan akan
mengakibatkan:
- kenaikan biaya langsung untuk kegiatan tersebut;
- tetapi secara keseluruhan proyek, kenaikan biaya
tak langsung mungkin dapat
diimbangi oleh:
- penghematan dalam biaya tak langsung proyek
atau 12
- dihindarkan denda keterlambatan.
INTERUPSI DAN RESTRAINT (1)

1. Interupsi suatu kegiatan dapat digambarkan pada


diagram LSM sebagai garis terputus mendatar
untuk menunjukkan adanya penghentian kegiatan
atau tundaan (delay) untuk suatu waktu tertentu.
2. Restraint menunjukkan adanya ketergantungan
antara 2 kegiatan yang menggunakan sumberdaya
yang sama yang jumlahnya terbatas; pada gambar
diperlihatkan:
- Kegiatan 3 yang baru dapat dimulai setelah kegiatan
1 selesai;
- Kadang-kadang diperlukan waktu untuk transfer dan
set-up sumber daya sehingga kegiatan yang mengikuti
tidak dapat langsung dimulai setelah selesainya
kegiatan pendahulunya.

13
INTERUPSI DAN RESTRAINT (2)

r,
i3
1 2 3

Lokasi
Lokasi

r,
i2
INTERUPSI
r,
i1
RESTRAINT

Waktu Waktu
- Kegiatan 3 menunggu alat
Kegiatan 1, dan perlu waktu
untuk set up.
14
BUFFER (1)
1. Untuk proyek dengan kegiatan-kegiatan yang menerus,
diperlukan:
- suatu jarak antara kegiatan-kegiatan; yang berfungsi
sebagai buffer;
- Buffer dalam bentuk interval jarak atau interval waktu;
- Ada 2 macam buffer, yaitu buffer jarak (BLi) dan buffer
waktu Bti. Buffer Waktu
Buffer Jarak

ri,2
ri,2 Kegiatan i
Kegiatan i

Lokasi
Lokasi

Kegiatan i+ 1
ri,1 ri,1
Kegiatan i+1

Waktu Waktu
15
BUFFER (2)
2. Interupsi pada suatu kegiatan i yang memiliki sejumlah
buffer minimum terhadap kegiatan berikutnya (i+1), akan
mengakibatkan juga interupsi kegiatan berikutnya
tersebut dalam jumlah yang sama.
3. Bila tingkat produksi berubah, maka kegiatan-kegiatan
yang mengikutinya harus menyesuaikan.
4. Konsep buffer minimum terdapat misalnya pada:
- Buffer jarak: Jarak operasi dari beberapa peralatan
yang bekerja pada kegiatan yang berbeda (motograder
dengan roller);
- Buffer waktu: waktu yang dibutuhkan untuk menunggu
proses curing pada cement stabilized base sebelum
menghampar lapisan aspal diatasnya; waktu antara
pembetonan dan buka bekisting.
5. Sedangkan buffer maksimum misalnya:
- Pada waktu yang tersedia setelah aspal digelar
sebelum digilas yang tidak boleh terlalu lama.
16
INTERVAL KEGIATAN (1)
1. Dalam LSM:
- suatu interval kegiatan menunjukkan waktu yang
diperlukan antara dimulainya suatu kegiatan sampai
selesainya kegiatan tersebut pada suatu lokasi tertentu
Lk ;
- bila untuk kegiatan tersebut dibutuhkan waktu yang
cukup banyak untuk menyelesaikan pekerjaan pada suatu
lokasi;
- misalnya blasting dan rock excavation atau pemadatan
dengan mesin gilas yang membutuhkan beberapa kali
lintasan.
2. Interval dapat ditunjukkan dengan:
- menggambarkan suatu jalur yang memiliki lebar
tertentu dan besarnya bisa berubah; sebagai ganti suatu
garis;
- dapat juga digambarkan dengan 2 garis yang masing-
masing menunjukkan garis mulai dan garis selesainya
kegiatan pada setiap lokasi;
- buffer waktu dan jarak dapat disisipkan diantara
17
kegiatan- kegiatan berinterval; kadang-kadang buffer
INTERVAL KEGIATAN (2)

10
9

7
Lokasi

6
2 5 6
5 4
1 3
4

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu

18
WAKTU TENGGANG FLOAT
1. Sama halnya dengan prosedur CPM, pada LSM:
- Dapat ditentukan besarnya waktu tenggang atau float.
- Ada dua macam float yaitu FF dan TF.
2. Free float adalah waktu tenggang yang masih
memungkinkan penundaan pelaksanaan suatu kegiatan
tanpa mempengaruhi saat mulainya kegiatan yang
mengikutinya pada satu lokasi yang sama. Untuk LSM
besarnya FF adalah:
FFi,l = Si+1,l - Fi,l.
3. Total float adalah waktu tenggang yang masih
memungkinkan penundaan pelaksanaan suatu kegiatan
tanpa mempengaruhi penyelesaian waktu proyek secara
keseluruhan:
TFi,l = Total (FFi,l), l = 1, 2, 3, 4, 5;
Di mana:
Si,l = saat memulai kegiatan i dilokasi l;
Fi,l = saat selesai kegiatan i dilokasi l;
i = 1,2,3,.................., n; kegiatan;
19
l = 1,2,3,.................., m; lokasi;
LINTASAN KRITIS (1)
1. Lintasan kritis pada LSM:
- yaitu suatu lintasan dari kegiatan-kegiatan yang bila
mengalami penundaan akan menyebabkan kelambatan
proyek secara keseluruhan.
2. Prosedur penentuannya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan terakhir (i=n) merupakan kegiatan kritis.
b. Penelusuran kebelakang pada kegiatan sebelumnya
(i=n-1) dimulai dari lokasi terakhir (l = m, m-1,......,1);
bila FF = 0, maka kegiatan dilokasi tersebut kritis.
c. Jika suatu kegiatan pada suatu lokasi tertentu (j=m)
merupakan kegiatan ktitis, maka kegiatan yang sama
pada lokasi sebelumnya (j=m,m-1,........,1) juga
merupakan kegiatan kritis.
d. Langkah 2 diteruskan untuk kegiatan sebelumnya
sampai mencapai kegiatan pertama (i-1).

20
LINTASAN KRITIS (2)
3. Contoh Diagram LSM dengan Lintasan Kritis-nya:

3
Lokasi

0 20 40 60 80 100 120
Waktu
Lintasan
Kritis
PENGGUNAAN LSM UNTUK PEMANTAUAN

1. Diagram LSM untuk penjadwalan dapat juga digunakan


untuk memantau kemajuan pekerjaan.
2. Cara penggunaan Diagram LSM mirip dengan cara
pemantauan menggunakan barchart:
- pada beberapa tanggal yang penting (milestones), dapat
dibuat suatu garis vertikal melintasi diagram yang
menunjukkan lokasi pekerjaan pada tanggal tersebut;
- kemajuan dari setiap pekerjaan pada saat tersebut dapat
dicatat dan ditandai dengan tanda-tanda khusus atau garis
berwarna;
- kemajuan pekerjaan aktual dapat diplot dengan garis atau
warna yang berbeda.
3. Bila proyek berjalan sesuai jadwal atau keterlambatan
dapat dikejar kembali maka tidak diperlukan jadwal baru.
4. Tetapi bila keterlambatan tidak dapat dikejar kembali,
jadwal LSM perlu direvisi kembali yang prosesnya cukup
sederhana.

22
OPTIMASI WAKTU (1)
1. Karena pada awalnya diagram LSM dibuat
berdasarkan tingkat produktivitas optimum masing-
masing kegiatan dengan memperhitungkan biaya
langsung minimum, maka:
- waktu total proyek yang dihasilkan dapat
menyebabkan biaya tak langsung atau denda
kelambatan menjadi mahal;
- atau lebih tinggi daripada biaya untuk
meningkatkan produktivitas suatu kegiatan.
2. Suatu analisis biaya-waktu seperti pada metoda
jaringan kerja dapat dilakukan untuk metoda LSM
ini:
- Beberapa kegiatan penyelesaiannya dapat dipercepat
dengan tambahan sumber daya;
- atau dengan cara pelaksanaan yang lebih canggih;
- atau juga dengan kerja lembur yang akan
mengakibatkan; kenaikan biaya langsung.
23
OPTIMASI WAKTU (2)
3. Besarnya kenaikan biaya langsung dinyatakan
dengan cost slope yang berbeda-beda besarnya
untuk setiap kegiatan.
4. Prosedur analisis biaya-waktu untuk LSM:
a. Tentukan kegiatan-kegiatan yang masih dapat
dipercepat atau diperlambat.
b. Di antara kegiatan-kegiatan diatas, perhatikan
kegiatan yang berada pada batas-batas buffer pada saat
mulai dan akhir kegiatan.
c. Dari kegiatan-kegiatan ini pilih kegiatan yang memiliki
cost slope terendah dikaitkan dengan percepatan
(perlambatan) kegiatan.
d. Percepatan kegiatan (dan perlambatan) dilakukan
maksimum selama masih memungkinkan.
e. Ulangi langkah-langkah diatas sampai tercapai biaya
proyek (langsung+tak langsung+denda kelambatan)
yang optimum dan waktu penyelesaian proyek dapat
ditentukan. 24
ANALISIS BIAYA-WAKTU (1)
1. Diasumsikan bahwa:
a. Kegiatan 1 tidak dapat dipercepat.
b. Kegiatan 2 dapat dipercepat 5 hari dengan tambahan
biaya langsung Rp 400.000,-/hari.
c. Kegiatan 3 dapat dipercepat 1 hari dengan tambahan
biaya Rp 200.000,-.
d. Kegiatan 4 tidak dapat dipercepat tapi dapat
diperlambat dengan menghemat biaya Rp 500.000,-/hari.
e. Kegiatan 5 dapat dipercepat 2 hari dengan tambahan
biaya Rp 800.000,-/hari.
f. Biaya tak langsung Rp 700.000,-/hari, sedangkan denda
keterlambatan Rp 300.000,-/hari setelah hari ke 11.
2. Prosedur analisisnya menghasilkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Kegiatan 2 sampai 5 dapat dipercepat atau
diperlambat.
25
ANALISIS BIAYA-WAKTU (2)
b. Kegiatan 3, 4 dan 5 dalam kondisi restraint karena
ujung- ujungnya pada batas buffer.
c. Kegiatan 2 dan 3 memiliki cost slope terendah:
- Kegiatan 2 dipercepat 3 hari yang mengakibatkan
tambahan biaya langsung sebesar Rp 1.200.000,- dan
mengurangi biaya tak langsung Rp 2.100.000,- dan
dana keterlambatan Rp 900.000,-, sehingga
menghasilkan penghematan Rp 1.800.000,-
- Proses ini diulangi untuk semua kegiatan sehingga di
dapat jadwal yang optimum.
3. Hasil akhir:
a. Penambahan biaya:
- Kegiatan 2 (3 x Rp. 400.000,-); Kegiatan 5 (2 x Rp.
800.000,-).
b. Pengurangan biaya:
- Kegiatan 5 (5 x Rp. 700.000);
- Penghapusan denda keterlambatan: 5 x Rp. 300.000,;
c. Manfaat: Rp. 5.000.000,- - Rp. 2.800.000,- = Rp. 2.200.000.
26
ANALISIS BIAYA-WAKTU (3)
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

27
ANALISIS BIAYA-WAKTU (4)
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

28
ANALISIS BIAYA-WAKTU (5)
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

29
KEGIATAN DISKRIT
1. Kegiatan diskrit dalam proyek linier yang lebih
cocok menggunakan cara penjadwalan lain (CPM),
perlu dikoordinasikan dengan kegiatan lainnya
dalam diagram LSM, misalnya:
- pekerjaan gorong-gorong dan jembatan pada
pekerjaan jalan;
- pekerjaan bak kontrol pada pekerjaan pemasangan
pipa untuk air minum.
3. Setelah durasi atau lamanya penyelesaian
pekerjaan diketahui, kegiatan ini dapat diplotkan
pada diagram LSM dengan suatu garis horisontal
sepanjang durasi dan diletakkan pada lokasi yang
sesuai.

30
PENYESUAIAN JADWAL MUSIMAN
1. Penyusunan jadwal LSM sering perlu
menyesuaikan dengan kondisi musim yang
berpengaruh terhadap kecepatan kerja.
2. Yang paling berpengaruh adalah faktor cuaca,
yaitu:
- musim hujan yang banyak mengganggu pekerjaan
sehingga dalam perhitungan tingkat produktivitas
harus diperhatikan (produktivitasnya menurun);
- demikian juga saat-saat tertentu seperti libur hari
raya, perlu diperhatikan dalam perhitungan
produktivitas atau bahkan ada interupsi kegiatan.

31
KURVA KEMAJUAN (1)
1. Kurva kemajuan seperti kurva S pada cara penjadwalan
dengan barchart juga dapat digambarkan pada metoda
LSM.
2. Setiap jenis kegiatan perlu dihitung dulu bobot biayanya
dinyatakan dalam persentase (%) dari biaya total proyek.
3. Angka-angka kemajuan hasil pemantauan kemudian
dihitung nilai kumulatifnya untuk setiap jenis kegiatan
dan kemudian dapat diplotkan pada diagram.
4 Dapat disimpulkan bahwa metoda LSM cocok untuk:
- diterapkan pada pekerjaan jalan dan pekerjaan-pekerjaan
lainnya yang bersifat linier atau memanjang;
- Demikian juga metoda ini cocok untuk pekerjaan yang
memiliki banyak kegiatan repetitif;
- Penggunaannya yang sederhana membuatnya cocok untuk
diterapkan di Indonesia, terutama oleh para kontraktor dan para
pengelola proyek; sebagai alternatif dari metoda jaringan
kerja seperti CPM dan PERT yang cukup rumit jika digunakan
untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat linier.

32
KURVA KEMAJUAN (2)
5. Diagram Kemajuan Proyek

10% 25% 35%


20%
25%

30%
Lokasi

50% 40%

40% 25%

Waktu 0 1 2 3 4 5 6 7
Kegiatan Bobot PROSENTASE KEGIATAN TELAH SELESAI
1 20% 21 55 85 100 100 100 100
2 50% 0 25 50 75 85 100 100
3 30% 0 0 15 30 65 65 100
PRESTASI 4,2 23, 5 49,0 690
, 82,0 89,5 100

33
SELESAI

34

Anda mungkin juga menyukai