interpretation of the onshore Northwest Java Basin,Indonesia Latar belakang Sejarah studi densitas aliran panas (HFD) yang mengkaji cekungan sedimen dimulai pada awal 1980. beberapa penulis seperti Carvalho (1980) dan Thamrin (1985), pencetus penentuan nilai HFD menggunakan data temperature dari sumur hirokarbon . Komponen utama dari daerah rezim termal terdiri dari distribusi temperature bawah tanah dan HFD permukaan. Segala pendekatan standar untuk menilai unsur-unsur di dalam sedimen cekungan selalu membutuhkan estimasi temperature bawah permukaan Pada paper ini , dilakukan permodelan numerikal dari sutruktur termal 3-D dari cekungan barat laut Jawa Metode Pada studi ini, diselidiki distribusi temperature bawah permukaan dari cekungan jawa bagian baratlaut. Dan penarian distribusi densitas aliran panas melalui prosedur pemodelan numerik Parameter termal dan data geologi dikumpulkan berdasarkan studi sebelumnya Geological setting Cekungan jawa barat laut merupakan salah satu cekungan sedimen di Indonesia barat yang dikonfirmasi memproduksi hidrokarbon Hal ini dikonfirmasi melalui beberapa studi pada geologi hidrokarbon , conthnya Kingston (1988), Bishop (2000), Pethe (2013) Lokasi cekungan jawa barat laut berada di Jakarta, dan Banten Distribusi dari litologi superfisial Litologi bawah permukaan Litologi bawah permukaan dari cekungan jawa barat laut didominasi oleh tanah, shaly, dan batuan calcareous, Untuk bagian yang lebih dalam terdiri dari batuan vulkanis Disribusi densitas aliran panas Data primer yang digunakan di studi ini adalah densitas aliran panas, gradien termal, dan konduktivitas termal yng didapat dari sumur hidrokarbon oleh Suryantini (2007). Untu data tambahan diperoleh dari data open-access, untuk membuat beberapa perbedaan spasial dalam bagian sentral dan barat dari area studi. Perbedaan tama antara 2 dataset adalah bagaimana konduktivitas termal HFD di cekungan jawa barat laut memiliki nilai yang tinggi dengan rerata 94.05 26.42 mW/m2, dibandingkan dengan rerata aliran panas yang berisar 65 mW/m2 Pemodelan numerical dari distribusi temperatur Asumsi yan dignakan diantaranya adalah. 1.Pada keadaan termal tunak, koreksi dari asumsi ini adalah sebagai berikut :
Autor lain menulisnya sebagai berikut
2. Asumsi kedua adalah aliran panas yang terjadi hanyalah konduksi
Hal ini dikarenakan manifestasi
permukaan dari sistem hidrotermal absen secara virtual Tidak ada informasi air bawah tanah Data temperature dari HFD adalah diskrit bukan kontinu Topografi dari area adalah datar Persamaan dan solusi numerik
Persamaan yang menggambakan transfer
panas pada 3-D, heterogen dan isotropik , pada suatu medium adalah sebagai berikut :
Untuk keadaan tunak , dapat
disederhanakan menjadi Peta topografi dari area studi yang menggambarkan densitas aliran panas Sifat Termal Bawah permukaan Model domain Setup Untuk melakukan prosedur finitite difference, model 3-D didiskiritkan menjadi deretan sel dan node dengan ukuran berhingga. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan perbandingan dari total area yang dimodelkan terhadap area asli yang diteliti Struktur geologi yang didapat dari pemodelan Hasil Untuk memvalidasi hasil numerical pemodelan finitide difference, dilakukkan prosedur kepada data 3-D sintesis terdiri dari beberapa layer konduktivitas termal yang berbeda , yang mengacu pada orde dari setiap litologi Distribusi temperature 3-D sintesis dibandingkan secara analitik dengan solusi konduksi panas 1-D yang melewati medium heterogen . Dituliskan seperti berikut Konstanta yang digunakan dalam perhitungan numerik Model lapisan vertikal 3-D Grafik nilai temperature terhadap ketinggian Pemodelan temperatur Model 3-D distribusi bawah permukaan disajikan dalam bentuk temperature- kedalaman setiap interval kedalaman 1000m . Model distribusi teperatur yang disajikan menggunakan nilai rerata konduktivitas termal dan aliran panas basal sebesar 78.44 mW/m2 Pemodelan densitas aliran panas permukaan Model 3-D distribusi temperature memungkinkan kalkulai nilai HFD permukaan pada semua lokasi area studi. Dengan ukuran resolusi yang sama . Kalkulasi hanya membutuhkan gradien temperature dari domain model dan konduktiitas termal di setiap posisi node. Temperatur terhadap ketinggian Penampang lintang 3-D dari distribusi temperatur Tambahan Kalkulasi dari nilai HFD permukaan juga dilaukan menggunakan distribusi temperature yang sudah dimoelkan menggunakan konduktivitas termal maksimum dan minum dan nilai aliran panas basal. Discussion Fenomena yang didemonstrasikan oleh peta temperature terhadap kedalam dapat dijelaskan dengan menentukan karakteristik dari geologi bawah permukaan. Contohnya , Untuk kedalaman dimana distribusi litologi lateral mulai mengalami perubahan yang singinifikan Peta distribusi HFD Kontras konduktivitas termal antara ceckungan sedimen dan dasar kristalin adalah lebih signifikan disbanding formasi sedimen itu sendiri. distribusi dari nilai densitas aliran panas permukaan memiliki kemiripan dengan pola lateral kesuluruhan kedalaman basement Contohnya : Pamanukan dengan Rengasdengklok Didefinisikan suatu HFD anomali jika terdapat kondisi : Histogram dan distribusi frekuensi kumulatif