Cemas
sgd jiwa LBM 3
LUTFI AULIA
01211A6437
SGD 14
EPIDEMIOLO PATOGENESI
DEFINISI ETIOLOGI
GI S
Teori Psikoanalik
TEORI Neurotransmitter
BIOOGIS
Penelitian Genetika
ETIOLOGI
FAKTOR BIOLOGI
FAKTOR GENETIK
FAKTOR PSIKOSOSIAL
FAKTOR BIOLOGI (1)
FAKTOR BIOLOGI
Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan
panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus
simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang
berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli
yang sedang.
FAKTOR BIOLOGI (2)
Sistem neurotransmitter utama yang terlibat adalah
norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid
(GABA).
Hal ini di dukung oleh fakta bahwa Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs) efektif pada terapi pasien pasien dengan
gangguan cemas, termasuk gangguan panik.
FAKTOR BIOLOGI (3)
Zat penyebab panik adalah zat yang menyebabkan
serangan panic pada sebagian besar pasien dengan
gangguan panic pada bagian lebih kecil orang tanpa
gangguan panic atau riwayat serangan panic.
Zat penyebab panik dibagi kepada 2 yaitu:
Zat penyebab panik respirasi
Zat penyebab panik neurokimiawi
FAKTOR BIOLOGI (4)
Zat penyebab panik respirasi adalah:
CO2
Natrium laktat
Bikarbonat
Zat penyebab panic respirasi mungkin pada awalnya
bekerja di baroreseptor kardiovaskuler perifer dan
menyambungkan sinyalnya melalui aferen vagal ke nucleus
traktus solitarii dan selanjutnya ke nucleus
paragigantoselularis di medulla
FAKTOR BIOLOGI (5)
Zat penyebab neurokimiawi pula adalah:
yohimbin (yocon), suatu antagonis reseptor adrenergic
alfa2
fenfluramine (pondimine), suatu obat pelepas serotonin;
m-chlorofenilpiperazine (m-CPP), suatu obat dengan efek
serotonergik multiple;
obat beta karboline; agonis pembalik reseptor GABAb;
flumazenil, suatu antagonia reseptor GABAb,
kolesistokinin; kafein; dan isoproterenol.
FAKTOR BIOLOGI (6)
Zat penyebab panic neurokimiawi diperkirakan memiliki
efek primernya secara langsung pada reseptor
noradrenergic, serotonergik, dan GABA pada system saraf
pusat.
FAKTOR BIOLOGI (7)
Pada penelitian pencitraan otak struktural seperti MRI pada
pasien gangguan panic telah menunjukkan patologis di
lobus temporalis, khususnya hipokampus.
Penelitian pencitraan otak fungsional seperti PET telah
menunjukkan suatu disregulasi aliran darah serebral.
Secara spesifik, gangguan kecemasan dan serangan panic
adalah disertai dengan vasokonstriksi serebral.
FAKTOR GENETIK
Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang
menderita gangguan panik.
Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan
risiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak
saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik
dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari
pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya.
FAKTOR PSIKOSOSIAL (1)
Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan
adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku
modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai
akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan
impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang
sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan
menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap
dengan gejala somatik
FAKTOR PSIKOSOSIAL (2)
Penyebab serangan panik kemungkinan melibatkan arti
bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa
patogenesis serangan panik mungkin berhubungan dengan
faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.
EPIDEMIOLOG
DEFINISI TEORI PATOGENESIS
I
Ganggua
n cemas
menyelu
ruh
Gangg
Reaksi uan
stress obsesif
akut kompul
sif
Gangg
uan
stress
pasca
trauma
Anatomi Klinis
Farmakoterapi
1. Benzodiazepin
2. Buspiron
3. SSRI
Psikoterapi
4. Terapi kognitif perilaku
5. Terapi supportif
6. Psikoterapi berorientasi tilikan
Gangguan Panik
Farmakoterapi
1. Gol SSRI
2. Alprazolam
Psikoterapi
3. Terapi relaksasi
4. Terapi kognitif perilaku
5. Psikodinamik
Gangguan Fobia
Farmakoterapi
1. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
2. Benzodiazepine
3. Venlafaxine
4. Buspirone
Psikoterapi
5. Hipnosis,
6. terapi suportif, dan
7. terapi keluarga
8. Terapi prilaku
Gangguan Obsesif-
Kompulsif
Farmakoterapi
1. SSRI
2. Gol trisiklik
Psikoterapi
1. Terapi perilaku
Gangguan Stres
Pasca-Trauma
Farmakoterapi
1. SSRI
2. Gol trisiklik
3. MAOI
Psikoterapi
4. Trauma-Focused Cognitive-Behavioural
Therapy (TFCBT)
5. Eye Movement Desensitisation and
Reprocessing (EMDR)
6. Terapi suportif
7. Terapi psikodinamik
8. Hipnoterapi
Reaksi Stres Akut
Farmakoterapi
1. Benzodiazepin
2. SSRI
Psikoterapi
1. Terapi relaksasi
Gangguan
campuran anxietas
dan depresi
Farmakoterapi
1. Benzodiazepin
2. SSRI
Psikoterapi
3. Terapi kognitif-perilaku,
4. Terapi suportif, dan
5. Terapi berorientasi-tilikan
KLASIFIKASI GEJALA PROGNOSIS
KLINIS
Keluhan Fisik
Neurologik dan Vaskuler:
sakit kepala, pusing,
pandangan kabur
Keluhan Kognitif dan Kardiovaskuler: palpitasi,
Psikologis nyeri dada
Perasaan cemas, khawatir Respirasi: napas pendek,
Ragu-ragu untuk bertindak dispnoe, hiperventilasi
atau memutuskan sesuatu Gastrointestinal: mulut
Takut mati, takut menjadi kering, nausea, vomitus,
gila diare
Insomnia, sulit untuk Genitourinarius: sering
memulai tidur (early berkemih, nyeri saat
insomnia) berkemih
Mudah marah (iritable) Sistem Muskuloskeletal:
nyeri otot leher
Kulit: keringat berlebihan,
telapak tangan dan kaki
GEJALA
KLASIFIKASI PROGNOSIS
KLINIS
Drug Starting Dosage Daily Dosing Range Maximum Dosage Common Side Effects
Imipramine (or other tricyclic 25 mg at bedtime 50100 mg 150 mg Dry mouth, blurred vision, constipation,
antidepressants) urinary hesitancy, orthostasis,
somnolence, anxiety, sexual dysfunction
Alprazolam 0.250.5 mg three times 1.54.0 mg 6 mg/day Somnolence, ataxia, memory problems,
daily physical dependence, withdrawal
reactions
Clonazepam 0.250.5 mg twice daily 1.54.0 mg 6 mg/day Somnolence, ataxia, memory problems,
physical dependence, withdrawal
reactions
PENCEGAHAN
PENCEGAHAN PRIMER
PENCEGAHAN SEKUNDER
PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer yaitu bagi yang belum pernah
mengalami gangguan panik, maka harus waspada bila
dalam keluarganya ada yang mengalami.
Menurut penelitian, bila seseorang pernah mengalami
cemas perpisahan (separation anxiety) ketika pertama kali
masuk sekolah, maka bisa jadi ketika dewasa mungkin akan
mengalami gangguan panik
PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder (bila individu pernah mengalami
serangan panik satu kali) dan telah berobat ke dokter,
maka pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
kekambuhan adalah dengan melakukan latihan relaksasi
secara teratur dan terus menerus, datang konsultasi
sampai dinyatakan sembuh oleh dokter
PROGNOSIS
Walaupun gangguan panic merupakan penyakit kronis,
namun penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta
durasi serangan yang singkat bertendensi untuk prognosis
yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association, Diagnostic Criteria, DSM -IV
- TR, 2005 : 209 -223
Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat , Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat:
Gangguan Anxietas.
Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik 1993: 171 -195.
Setyonegoro KR, Iskandar Y : Anxietas. Yayasan Drama Usada,
Yakarta, 1980:2-4.
Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry 10 th.ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579-
633.
Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis
and Practical Applications 2nd ed Cambridge University Press .