Anda di halaman 1dari 17

PEMANTAUAN TEKANAN INTRAKRANIAL PADA CEDERA

KEPALA BERAT:
BERDASARKAN DENGAN PEDOMAN YAYASAN TRAUMA
OTAK DAN EFEKNYA PADA HASIL AKHIR:
SEBUAH STUDI PROSPEKTIF

N I M A D E D W I TA S . / 1 5 7 1 0 3 5 5
PENDAHULUAN

Yayasan trauma otak (BTF) telah menetapkan


pedoman untuk pemantauan tekanan intrakranial
(ICP) pada cedera otak traumatik (TBI) berat.
Penelitian dinilai sesuai dengan pedoman ini dan
efeknya pada hasil akhir.
METODE

Studi observasional prospektif pada pasien


trauma dengan TBI tumpul berat (Glasgow Coma
Scale [GCS] skor 8 dan Abbreviated Injury Scale
[AIS] kepala skor 3) yang memenuhi kriteria
inklusi BTF untuk pemantauan ICP dan dirawat di
ICU bedah di Los Angeles County dan University
of Southern California Medical Center antara 01
Januari 2010 hingga 30 Desember 2011.
Yang masuk kriteria pengecualian dari penelitian
adalah pasien anak (usia < 18 tahun), pasien
yang hampir mati, dan orang orang yang
diperkirakan tidak akan membaik.
Data demografi dan klinis yang dikumpulkan
termasuk usia, jenis kelamin, tekanan darah pada
saat pasien masuk, GCS skor pada saat masuk,
Injury Severity Score (ISS), AIS untuk setiap
bagian tubuh (kepala, dada, perut, dan
ekstremitas), jenis dari cedera intrakranial, nilai
ICP pada pasien yang menjalani intervensi,
modalitas pengobatan perdarahan intrakranial
(ICH), dan dokumentasi bedah saraf untuk
pembiaran monitoring ICP. Menggunakan lembar
pengumpulan data yang sudah di standarisasi.
Populasi penelitian dikelompokkan menjadi 2
kelompok penelitian: pasien yang menjalani
pemantauan ICP dan mereka yang tidak
menjalani pemantauan ICP.
Tujuan utama penelitian adalah kesesuaian
dengan pedoman BTF, keseluruhan mortalitas di
rumah sakit, dan kematian karena herniasi otak.
Tujuan sekunder adalah lamanya tinggal (LOSs) di
ICU dan rumah sakit.
ANALISIS STATISTIC

Variabel kontinyu dikategorikan dengan batasan


angka berdasarkan klinis yang relevan: usia ( 55
tahun vs > 55 tahun), Tekanan darah sistolik
(SBP) pada saat penerimaan (<90 mmHg vs 90
mmHg), rasio normalisasi internasional (INR < 1,3
vs 1,3), ISS ( 15, 16-24, 25), AIS skor ( 3
vs < 3), dan denyut jantung pada saat
penerimaan (> 120 bpm vs 120 bpm).
2 kelompok dibandingkan untuk perbedaan kategori
variabel menggunakan Fisher exact atau Pearson chi-
square test.
Uji normalitas Shapiro-Wilk digunakan untuk variabel
kontinyu.
Variable yang terdistribusi secara normal
dibandingkan dengan menggunakan Student t-test.
Variabel yang terdistribusi secara tidak normal
dibandingkan menggunakan Mann-Whitney U-test.
Semua analisa dilakukan dengan menggunakan SPSS
HASIL

Secara keseluruhan, 216 pasien yang menderita


TBI berat memenuhi pedoman BTF untuk
pemantauan ICP.
Epidemiologi dan karakteristik klinis dari populasi
penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.
Variabel independen untuk penempatan
perangkat monitoring ICP dirangkum dalam Tabel
2.
Perbedaan dalam kematian untuk kelompok
pemantauan ICP ketika 2 perangkat monitoring
dibandingkan ditunjukan pada Tabel 3.
Variabel independen dari seluruh kematian di
rumah sakit dan kematian akibat herniasi otak
dirangkum dalam Tabel 4.
Perbandingan untuk seluruh kematian di rumah
sakit dan kematian akibat herniasi otak, lamanya
dirawat di ICU dan rumah sakit antara kelompok
yang menjalani pemantauan ICP dan yang tidak
menjalani pemantauan ICP ditunjukan dalam
tabel 5.
No ICP Monitoring (n =
Characteristic ICP Monitoring (n = 101) p Value
115)
demographics
mean age in yrs 40.1 1.9 48.0 2.4 0.011
age >55 yrs 27 (26.7%) 46 (40.0%) 0.044
male 80 (79.2%) 81 (70.4%) 0.160
admission physiology
mean SBP in mm Hg
hypotension (SBP <90 mm Hg) 142 3 137 3 0.267
mean heart rate 2 (2.0%) 10 (8.7%) 0.040
tachycardia (heart rate >120 bpm) 104 3 105 3 0.811
mean respiratory rate 26 (25.7%) 37 (32.2%) 0.370
18 1 18 1 1.000

injury severity indices


mean ISS
ISS 15 25 1 25 1 1.000
13 (12.9%) 19 (16.5%) 0.565
ISS 1624
ISS 25 32 (31.7%) 27 (23.5%) 0.221
56 (55.4%) 69 (60.0%) 0.581
head AIS Score 3
head AIS Score 4 42 (41.6%) 35 (30.4%) 0.153
22 (21.8%) 21 (18.3%) 0.609
head AIS Score 5
median GCS score 37 (36.6%) 59 (51.3%) 0.039
4 (38) 4 (38) 0.762
GCS Score 3
chest AIS 3 39 (38.6%) 55 (47.8%) 0.216
38 (37.6%) 36 (31.3%) 0.389
abdomen AIS 3
extremity AIS 3 11 (10.9%) 8 (7.0%) 0.343
18 (17.8%) 9 (7.8%) 0.038

specific head injuries


brain contusion
SDH 75 (74.3%) 82 (71.3%) 0.649
SAH 55 (54.5%) 59 (51.3%) 0.683
IPH 59 (58.4%) 40 (34.8%) 0.001
epidural hematoma 37 (36.6%) 22 (19.1%) 0.006
midline shift 18 (17.8%) 17 (14.8%) 0.582
loss of basal cisterns 6 (5.9%) 8 (7.0%) 0.790
cerebral edema 31 (30.7%) 39 (33.9%) 0.663
loss of gray/white differential 74 (73.3%) 91 (79.1%) 0.338
fixed, dilated pupils on admission 35 (34.7%) 28 (24.3%) 0.102
23 (22.8%) 35 (30.4%) 0.221

admission laboratory values


mean PTT 30.4 0.7 40.3 3.7 0.010
mean PT 15.7 0.3 16.9 0.8 0.082
mean INR 1.21 0.03 1.40 0.09 0.058
INR 1.3 28 (27.7%) 41 (35.7%) 0.243
early nutrition 85 (84.2%) 66 (57.4%) <0.001
decompressive craniectomy/craniotomy in 1st 24 hrs
42 (41.6%) 18 (15.7%) <0.001

decompressive craniectomy/craniotomy in 1st 4 hrs


32 (31.7%) 17 (14.8%) 0.003

mean probability of receiving ICP monitoring


0.64 0.02 0.34 0.02 <0.001

TABEL 1
K A RA KT E R I S T I K PA S I E N YA N G M E M E N U H I K R I T E R I A P E D O M A N B T F
Hipotensi ada di 5,6% dari pasien, sementara 29,2%
pasien takikardi saat datang. Hampir setengah dari
pasien (43,5%) memiliki skor GCS 3 saat pendaftaran
masuk dan 44,4% memiliki skor AIS kepala 5.
Sebanyak 46,8% dari pasien yang memenuhi kriteria
BTF menjalani pemantauan ICP (n = 101).
Ventriculostomy dipasang di 60 pasien (59%),
fiberoptic Monitor dipasang di 41 pasien (41%).
Alasan paling umum untuk tidak memasang alat
pemantau ICP adalah keputusan dokter yang merawat
(89,6%), diikuti oleh operasi dekompresi (13,9%) dan
perkiraan perbaikan pasien yang cepat (4,3%).
Pasien yang menderita perdarahan subarachnoid
(SAH) atau perdarahan intraparenchymal (IPH) lebih
besar kemungkinannya dipasang perangkat
pemantauan ICP.
Pasien dengan SAH yang tidak menerima
pemantauan ICP sebanyak 34,8% dari populasi
penelitian, sedangkan pasien dengan SAH yang
menerima pemantauan ICP sebanyak 58,4%
Pasien dengan IPH yang tidak menerima pemantauan
ICP sebanyak 19,1% dari populasi, sedangkan pasien
dengan IPH yang menerima pemantauan ICP
sebanyak 36,6% dari seluruh sampel penelitian
Step of Forward
Logistic Cumulativ AOR (95% Adjusted p
Variable
Regression e R2 CI) Value
Analysis
decompressive craniectomy 3.85 (1.82
1 0.113 <0.001
4 hrs 8.14)
3.01 (1.09
2 extremity AIS score 3 0.171 0.033
8.32)
0.97 (0.96
3 increasing age 0.213 0.001
0.99)
0.96 (0.92
4 increasing PTT on admission 0.256 0.021
0.99)
best GCS score w/in 24 hrs of 0.81 (0.71
5 0.298 0.002
admission 0.93)
0.13 (0.02
6 hypotension on admission 0.329 0.034
0.86)
2.07 (1.09
7 SAH 0.353 0.033
8.32)

TABEL 2
V A R I A B E L I N D E P E N D E N U N T U K P E M A N TA U A N I C P
Pasien yang mengalami dekompresi kraniektomi
(AOR 3,85) atau pasien dengan skor AIS
ekstremitas 3 (AOR 3,01) lebih besar
kemungkinannya menjadi sasaran pemantauan
ICP.
Pasien yang lebih tua (AOR 0,97), mereka dengan
peningkatan waktu parsial tromboplastin (PTT)
saat masuk (AOR 0,96), mereka dengan skor GCS
tinggi dalam 24 jam pertama masuk (AOR 0,81),
atau mereka yang ada hipotensi pada saat masuk
(AOR 0,13) secara signifikan lebih kecil
kemungkinannya untuk menjalani pemantauan
ICP.
Click icon to add picture

Anda mungkin juga menyukai