Anda di halaman 1dari 37

Chronic Obstructive

Pulmonary Disease
Case Report

Pembimbing : dr. Irene Sp.PD

Oleh
Coryna Frisqila
Noerlia

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD WALED


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI
CIREBON
Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Definisi
PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah
dan ditanggulangi, ditandai oleh hambatan aliran
udara yang bersifat progresif nonreversibel dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang beracun/
berbahaya, disertai efek ekstra paru yang
berkontribusi terhadap derajat berat peyakit.
(PDPI, 2010)
Bronkhitis Kronis dan Emfisema tidak dimasukan
kedalam definisi PPOK brokhitis kronis
meruakan diagnosis klinis, emfisema merupakan
diagnosis patologis tidak selalu mencerminkan
hambatan aliran udara dalam saluran pernapasan
(PDPI, 2010)
PPOK merupakan penyakit respirasi kronis yang
dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan
adanya hambatan aliran udara yang persisten
dengan peningkatan respon inflamasi kronis
saluran napas yang disebabkan oleh gas atau
partikel iritan tertentu. (GOLD, 2014)
Eksaserbasi dan komorbid berperan pada
keseluruhan beratnya penyakit pada seorang
pasien (GOLD 2014)
Definisi ini tidak lagi dimasukkan terminologi
bronkhitis kronis dan emfisema(GOLD, 2014)
Definisi
Bronkhitis Kronis
keadaan pengeluaran
mukus secara berlebihan
ke batang bronchial
secara kronik atau
berulang dengan disertai
batuk, yang terjadi
hampir setiap hari selama
sekurangnya 3 bulan
dalam 1 tahun selama 2
tahun berturut-turut
(Diagnosis Klinis)
Definisi
Emfisema Kelainan
paru-paru yang ditandai
dengan pembesaran
jalan nafas yang sifatnya
permanen mulai dari
terminal bronkhial
sampai bagian distal
(alveoli : ductus, saccus
dan dinding alveoli)
(diagnosis patologis)
Epidemiologi
Menurut data Surkenas Th.2001, Penyakit
pernafasan (termasuk PPOK) adalah penyebab
kematian ke 2 di Indonesia
WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi
PPOK meningkat dari urutan 6 menjadi ke 3 di
dunia dan dari peringkat ke 6 menjadi ke 3
penyebab kematian tersering.
Prevalensi PPOK meningkat dengan meningkatnya
usia, Laki-laki > Perempuan, meningkat pada
perokok (90% adalah perokok dan ex-smoker).
NHANES III Study, prevalensi kejadian PPOK
sebanyak 14,2% terjadi pada laki-laki perokok,
6,9% pada ex-smokers dan 3,3% pada yang tidak
Faktor Risiko
Host Factor Exposure***
Faktor genetik (deficiency 1- Perokok
antitrypsin)* Status sosialekonomi
Jenis Kelamin Pekerjaan**
Hipersensitivitas Airway, Polusi lingkungan di luar maupun
Imunoglobulin E dan Asma di dalam****
Diet
Perinatal events and childhood
ilness
Infeksi bronkhopulmunal berulang
Pasien dengan gangguan pernapasan dan riwayat keluarga
memiliki penyakit paru (+) dengan usia relatif 40-50 tahun
harus evaluasi antitripsin defisiensi
** Debu, silika, emas, batu bara
*** Adanya pajanan yang lama
**** Menggunakan biomass dalam memasak wanita >
Patogenesis
Derajat Keparahan PPOK
Grading keparahan dan gejala menurut GOLD 2010
Gejala Klinis
Batuk kronis
Produksi Sputum secara kronis
Sesak napas (progresif
Riwayat paparan faktor risiko : merokok, polutan,
senyawa kimia
Eksaserbasi Akut Gejala Berat
Peningkatan Volume sputum
Sianosis, Gagal jantung
Perburukan nafas akut
dam oedem perifer,
Chest tightness
Peningkatan kebutuhan
Plethoric complexion
bronkhodilator (polisitemia)
Lelah, lesu
Penurunan toleransi terhadap
gerakan fisik (cepat lelah terengah-
engah)
Temuan Klinis
Pursed-lips breathing (mulut
setengah terkatup/mencucu)
Barrel Chest (diameter antero-
posterior dan transversal
sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertrofi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Suara napas vesikuler normal
atau melemah
Terdapat ronki atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
Pink Puffer and Blue Bloater
Diagnosis Menurut PDPI 2011
Pulmonary Function Test

Gas Darah Arteri


Laboratory Test
Chest X-Ray
Spirometri test
Tujuan menegakkan diagnosis PPOK atau
restriksi, campuran, menilai derajat keparahan,
memeriksa respon pengobatan (bronkhodilator).
FEV1/FVC : 60-75%
(ringan)
FEV1/FVC : 40-59%
(sedang)
FEV1/FVC : <40%
(berat)

Obstruksi %FEV1
prediksi <80%
FEV1/FVC < 75%
Analisis Gas Darah
Pengukuran Gas Simbol Nilai normal
Darah
Tekanan PaCO2 34-45 mmHg
karbondioksida >45 : hipoventilasi
<35 : hiperventilasi
Tekanan Oksigen PaO2 80-100 mmHg
60-80 mmHg :
hipoksemia ringan
40-60 mmHg :
hipoksemia sedang
<40 mmHg : hipoksia
berat
Saturasi O2 SaO2 95-97%
Konsentrasi ion H pH 7,35-7,45
Bikarbonat HCO3 22-26 mEq/L
Menilai gagal napas kronik stabil, gagal napas akut pada gagal napas
kronik
Laboratory test
Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Limfosit,
monosit
Foto thorax

Emfisema : hiperinflasi, hiperlusen,


ruang retrosternal melebar, diafragma
datar, Jantung menggantung (jantung
pendulum/eye drop)
Bronkhitis kronis : Normal, corakan
bronkovaskular meningkat
Diagnosis Menurut GOLD
2015

Spirometri post bronchodilator FEV1/FVC < 0,70 confirms


menunjukkan adanya Hambatan jalan udara oleh COPD
(Gold, 2015)
Degree of airflow limitation
Combined Assessement of
COPD
Assess Symptoms
Validasi questioner CAT (COPD assessment test)
atau CCQ (Clinical COPD Questioners)
mMRC menilai derajat sesaknya
COPD assessment test
(www.catestonline.org)
Penatalaksanaan
Non farmakologi Farmakologi

Hentikan merokok Antikolinergik 1st


Rehabilitasi paru-paru therapy
dengan OR dan latihan Simpatomimetik 2nd
pernapasan therapy (terbutalin,
Perbaikan nutrisi salbutamol)
Kombinasi antikolinergik
dan simpatomimetik
Metil ksantin
Mukolitik
Kortikosteroid
O2
Antibiotik
Vaksinasi
1-proteinase inhibitor
(prolastin) u/ defisiensi saja
Algoritma PPOK berdasar Derajat keparahan
Kriteria PPOK stabil
Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil (PaCO2 < 45
mmHg dan PaO2 > 60 mmHg)
Dahak jernih tidak berwarna
Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat PPOK
(Hasil spirometri)
Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Tahap terapi PPOK yang
Stabil

Tahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer,


2-6 puff 4 x sehari, tunjukkan cara penggunaan
yang tepat, advis pasien tentang pentingnya
penggunaan teratur dan efek samping yang
mungkin timbul (mulut kering dan rasa pahit),
jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20% step 2
Tahap 2 : Tambahkan -agonis MDI atau nebulizer,
tunjukkan cara penggunaan yang tepat, advis pasien tentang
pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yang
mungkin timbul (takikardi, tremor) jika tidak ada
perkembangan: hentikan -agonis, jika ada perbaikan tapi
kecil step 3
Lanjutan
Tahap
3 : tambah teofilin, mulai dari 400 mg/hari
dalam bentuk sustained released, sesuaikan
dosis setiap interval 3 hari untuk menjaga
serum level antara 10-15 g/ml, pantau ESO
takikardi, tremor, nervous, efek GI, jika tidak ada
perbaikan hentikan teofilin dan go to step 4
Tahap 4 : coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari
selama 2-4 minggu, cek dengan spirometer (perbaikan
20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil (<
10 g sehari), pertimbangkan penggunaan kortikosteroid
inhalasi jika pasien tidak berespon baik kembali ke
steroid oral
Kriteria eksaserbasi akut
Sesak bertambah
Produksi Sputum meningkat
Perubahan warna sputum

E/ Primer infeksi trakeobronkial (virus),


Sekunder Decom kanan, kiri, aritmia. Emboli
paru, pneumothoraks spontan, penggunaan O2
tidak tepat, obat (obat penenang, diuretik) yang
tidak tepat, Penyakit metabolik (DM, gangguan
elektrolit), nutrisi buruk.
Eksaserbas Eksaserbas Eksaserbas
i Berat i Sedang i Ringan
Memiliki 3 Memiliki 2 Memiliki 1
gejala gejala gejala
dari dari dari
kriteria kriteria kriteria
eksaserba eksaserba eksaserba
si si si + ISPA
> 5 hari,
demam,
mengi, or
RR > 20%
baseline,
Nadi >
Antibiotik
Evidence terbaru yang tersedia, Ab harus
diberikan pada pasien-pasien PPOK yang :
1. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda
utama yaitu : peningkatan dyspnea, volume
sputum, sputum purulensi (Evidence B) atau
2. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda
utama, jika oeningkatan purulensi sputum
merupakan salah satunya (Evidence C)
3. Pasien dengan eksaserbasi parah yang
membutuhkan ventilasi mekanik, baik invasif
maupun non invasif (Evidence B)
Terapi Antibiotik yang direkomendasikan
pada eksaserbasi akut PPOK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai