SI
BIROKRAS
KELOMPOK
1.SAHAR I
III : SAMADA
2.MUH. AMAL
AMIR
3.A M R I
4.SITTI
NURSALSIAH
5.U M A R
A.
1. BIROKRASI
Pengertian Birokrasi
Jika dilihat dari segi bahasa, birokrasi terdiri dari dua
kata yaitu biro yang artinya meja dan krasi yang
artinya kekuasaan. Birokrasi memiliki dua elemen
utama yang dapat membentuk pengertian, yaitu
peraturan atau norma formal dan hirarki. Jadi, dapat
dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan
yang bersifat formal yang didasarkan pada
peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip
ideal bekerjanya suatu organisasi. Secara etimologi
birokrasi berasal dari istilah buralist yang
dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821,
kemudian menjadi bureaucracyyang akhir-akhir ini
ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional,
impersonal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam
Hariyoso, 2002). Birokrasi dapat dirujuk kepada
empat pengertian yaitu,
Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata
atau lembaga tertentu.
Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk
mengalokasikan sumber daya dalam suatu organisasi.
Kebiroan atau mutu yang membedakan antara
birokrasi dengan jenis organisasi lain. (Downs, 1967
dalam Thoha, 2003)
Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam
pemerintahan. (Castle, Suyatno, Nurhadiantomo, 1983)
Birokrasi Ideal Menurut Weber
Max Weber sebagai bapak birokrasi mengatakan bahwa
birokrasi menjadi elemen penting yang menghubungkan
ekonomi dengan masyarakat. Weber mengajukan sebuah
model birokrasi ideal yang memiliki karakteristik sebagai
berikut (dalam Islamy, 2003) :
I. Pembagian Kerja (division of labour)
II. Adanya prinsip hierarki wewenang (the principle of
hierarchi)
a. Faktor budaya
. Budaya dan perilaku koruptif yang sudah
terlembaga (uang administrasi atau uang
pelicin)
. Budaya sungkan dan tidak enak dari sisi
masyarakat
. Masyarakat harus menanggung biaya ganda karena
zero sum game
. Internalisasi budaya dalam mekanisme informal
yang profesional
b. Faktor individu
. Perilaku individu sangat bersifat unik dan tergantung
pada mentalitas dan moralitas
. Perilaku individu juga terkait dengan kesempatan
yang dimiliki seseorang yang memiliki jabatan dan
otoritas
. Perilaku opportunistik hidup subur dalam sebuah
sistem yang korup
. Individu yang jujur seringkali dianggap menyimpang
c. Faktor organisasi dan manajemen
. Meliputi struktur, proses, leadership, kepegawaian
dan hubungan antara pemerintah dan masyarakat
. Struktur birokrasi masih bersifat hirarkis sentralistis
dan tidak terdesentralisasi
. Proses Birokrasi seringkali belum memiliki dan tidak
melaksanakan prinsip-prinsip efisiensi, transparansi,
efektivitas dan keadilan
. Birokrasi juga sangat ditentukan oleh peran
kepemimpinan yang kredibel
. Dalam aspek kepegawaian, Birokrasi dipengaruhi
oleh rendahnya gaji, proses rekrutmen yang belum
memadai, dan kompetensi yang rendah.
. Hubungan masyarakat dan pemerintah dalam
Birokrasi belum setara; pengaduan dan partisipasi
masyarakat masih belum memiliki tempat (citizen
charter)
.Ketidaksetaraan sistem birokrasi dengan sistem
politik dan sistem hukum
.Birokrasi menjadi Geld Automaten bagi partai
politik
.Kooptasi pengangkatan jabatan birokrasi oleh partai
politik