Pemicu 2 Endokrin Amel
Pemicu 2 Endokrin Amel
405120078
Pemicu 2 blok endokrin
Anatomi Kelenjar Endokrin Pankreas
2. (Insulin)
Target : Sebagian besar sel
Efek : membantu pengambilan glukosa oleh sel,
menstimulasi pembentukan dan penyimpanan glikogen dan
lipid, menurunkan kadar glukosa darah.
Distimulasi oleh kadar glukosa darah yang tinggi, dihambat
oleh somatostatin.
Fisiologi Pankreas
3. (Somatostatin)
Target : Sel langerhans lain, epitel saluran pencernaan
Efek : menghambat sekresi insulin dan glukagon,
menghambat absorbsi usus dan sekresi enzim pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein, mekanismenya
belum jelas.
4. F (Polipeptida pankreas)
Target : Organ pencernaan
Efek : menghambat kontraksi kantong empedu, mengatur
produksi enzim pankreas, mempengaruhi absorbsi nutrisi
oleh saluran pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein dan rangsang
parasimpatis.
Fisiologi Insulin
Fisiologi Insulin
Insulin merupakan hormon anabolik utama.
Insulin diperlukan untuk:
Pengangkutan glukosa dan asam amino melewati
membran
Pembentukan glikogen dalam hati dan otot rangka
Sintesis protein
Hormon
pencernaan
Konsentrasi glukosa darah
+
Konsentrasi
Asupan
asam amino
makanan Kontrol utama
darah
+
+ + +
+ - Stimulasi simpatis
Stimulasi Sel-sel beta pulau
parasimpatis Langerhans (dan epinefrin)
Sekresi insulin
Glukosa darah
Asam lemak darah
Asam amino darah
Sintesis protein
Penyimpanan bahan
bakar
Insulin Plasma Tinggi Insulin Plasma Rendah
(Keadaan Sesudah Makan) (Keadaan Puasa)
Hati Ambilan glukosa Produksi glukosa
Sintesis glikogen Glikogenolisis
Tidak adanya Glukoneogenesis
glukoneogenesis Tidak adanya lipogenesis
Lipogenesis Ketogenesis
Tidak adanya ketogenesis
Otot Ambilan glukosa Tidak adanya ambilan
Oksidasi glukosa glukosa
Sintesis glikogen Oksidasi asam lemak & keton
Sintesis protein Glikogenolisis
Proteolisis & pelepasan asam
amino
Jaring Ambilan glukosa Tidak ada ambilan glukosa
an Sintesis lipid Lipolisis & pelepasan asam
lemak Ambilan trigliserida lemak
Tidak ada ambilan trigliserida
Fisiologi Insulin
EFEK UTAMA INSULIN
Cepat (detik)
Peningkatan transpor glukosa, asam amino dan K+
ke dalam sel peka-insulin
Menengah (menit)
1. Stimulasi sintesis protein
2. Penghambatan pemecahan protein
3. Pengaktifan enzim glikolitik dan glikogen sintase
4. Penghambatan fosforilase dan enzim
glukoneogenik
Lambat (jam)
Peningkatan mRna enzim lipogenik dan enzim lain
EFEK INSULIN PADA BERBAGAI JARINGAN
Jaringan adiposa
1. Meningkatkan pemasukan glukosa
2. Meningkatkan sintesis asam lemak
3. Meningkatkan sintesis gliserol fosfat
4. Meningkatkan pengendapan trigliserida
5. Mengaktifkan lipoprotein lipase
6. Menghambat lipase peka-hormon
7. Meningkatkan ambilan K+
Otot
1. Meningkatkan pemasukan glukosa
2. Meningkatkan sintesis glikogen
3. Meningkatkan ambilan asam amino
4. Meningkatkan sintesis protein di ribosom
5. Menurunkan katabolisme protein
6. Menurunkan pelepasan asam amino glukoneogenik
7. Meningkatkan ambilan keton
8. Meningkatkan ambilan K+
Hati
1. Menurunkan ketogenesis
2. Meningkatkan sintesis protein
3. Meningkatkan sintesis lemak
4. Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan
glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glikogen
dan peningkatan glikolisis
Umum
Meningkatkan pertumbuhan sel
FISIOLOGI HORMON GLUKAGON
Fisiologi Glukagon
Efek glukagon :
1. Pengaktifan fosforilase
2. Peningkatan pemecahan glikogen
3. Peningkatan glukosa plasma
4. Peningkatan Ca2+ sitoplasma
5. Peningkatan glukoneogenesis dari asam
amino asal hati
6. Peningkatan kecepatan metabolisme
7. Peningkatan ketogenesis
Biokimia Insulin
Insulin : suatu polipeptida yang mengandung 2
rantai asam amino yang dihubungkan jembatan
disulfida
Dibentuk di RE kasar sel B aparatus golgi
(pengemasan dalam granula berlapis membran)
granula bergerak ke membran plasma (melibatkan
mikrotubulus) eksositosis isi granula keluar
insulin melintasi lamina basalis sel B serta kapiler
sekitar
BAHAN dan endotel
DENGAN kapiler
AKTIVITAS berpori DALAM
MIRIP-INSULIN aliran PLASMA
darah
MANUSIA
Insulin
Proinsulin
NSILA
1. Fraksi dengan BM rendah : IGF-I dan IGF-II
2. Fraksi dengan BM tinggi : umumnya IGF yang berikatan
Struktur Insulin
Rantai polipeptida
A
Jembatan
disulfida
Rantai polipeptida B
Biosintesis INSULIN
rangkaian
ditranslasikan praprohorm
sel-sel pemandu yang
ribosom yang on insulin
beta bersifat
melekat pada (BM
hidrofibik dan
retikulum 11.500)
mengandung 23
endoplasma asam amino
proteolisis
serta proinsul
aparatus in (bm
pengemasan golgi RE
granul 9000)
sekretorik SINTESIS
INSULIN
proinsulin yang semua Insulin Heterodimer (AB)
tersusun oleh rantai B Dan C Peptida (jumlah
peptida (C) penghubung ekuimolar tetap terdapat
rantai A, dipisahkan oleh dalam granul, tetapi tidak
enzim mirip tripsin dan enzim mempunyai aktivitas biologik
mirip karboksipeptidase yang diketahui)
Sekresi Insulin
Sintesis dan Sekresi Insulin
1. Glukosa masuk ke dalam sel B melalui
transporter GLUT 2
2. Fosforilasi oleh glukokinase
3. Metabolisme menjadi piruvat di sitoplasma
4. Piruvat masuk mitokondria dan
dimetabolisme menjadi CO2 dan H2O
melalui siklus asam sitrat , disertai
pembentukan ATP oleh fosforilasi oksidatif
5. ATP masuk sitoplasma inhibisi saluran K+
peka-ATP me (-) efluks K+ depolarisasi
sel B dan influks Ca2+
6. Influks Ca2+ eksositosis depot granula
Faktor yang Mempengaruhi
Sekresi Insulin
Stimulator Inhibitor
Glukosa Somatostatin
Manosa 2-Deoksiglukosa
Asam amino (leusin, arginin, Manoheptulosa
lain-lain)
Hormon saluran cerna (GIP, Stimulator adrenergik- (NE, E)
GLP-1, gastrin, sekretin, CCK)
Asam -keto Penghambat adrenergik-
(propanolol)
Asetilkolin Galanin
Glukagon Diazoksid
AMP siklik dan berbagai zat Diuretik tiazid
yang menghasilkan cAMP
Stimulator adrenergik- Deplesi K+
Teofilin Fenitoin
Sulfonilurea Aloksan
Inhibitor mikrotubulus
Insulin
Jenis Glucose Transporter
SIRKULASI INSULIN
http://www.harvardhealthcontent.com/harvard-krames-consults/type1diabetes.p
Jenis Reseptor Insulin
Insulin Action on target
cell
Mekanisme kerja insulin
Insulin resistance
associated with obesity
is induced by
adipokines, free fatty
acids, and chronic
inflammation in adipose
tissue.
Pancreatic cells
compensate for insulin
resistance by
hypersecretion of
insulin.
Fungsi utama
mempertahankan kadar nutrient dalam
darah
meningkatkan kadar glukosa dalam
darah
Sintesis Glukagon
Fruktosa 1,6-biPO4
Fosfoenolpiruvat Piruvat
Keterangan
Di hati, glukagon bekerja melalui G8 untuk
mengaktifkan adenilil siklase dan meningkatkan
cAMP intrasel pengaktifan fosforilase melalui
protein kinase A peningkatan pemecahan glikogen
dan peningkatan glukosa plasma
Pada reseptor yang berbeda di sel hati,
mengaktifkan fosfolipase C peningkatan Ca2+
sitoplasma merangsang glikogenolisis
Protein kinase A juga menurunkan metabolisme
glukosa 6-fosfat dengan inhibisi perubahan
fosfoenolpiruvat menjadi piruvat; menurunkan
konsentrasi fruktosa 2,6-difosfat inhibisi
perubahan fruktosa 6-fosfat menjadi fruktosa 1,6-
difosfat
Mekanisme Kerja Glukagon
Efek Kerja Glukagon
Metabolisme saat Olahraga
Peningkatan jumlah transporter OR teratur
GLUT-4 independent-insulin di
membran sel otot
Faktor Genetik
Tahun 2006-2007, peneliti 6 gen baru diabetes tipe
II
10 gen diketahui : TCF7L2, SLC30A8, HHEX, PPARG,
KCNJ11, IGF2B2, CDKAL1, CDKN2A, CDKN2B, and FTO.
Etiologi (DM Tipe Lain)
A. Defek genetik fungsi sel beta :
- kromososm 12, HNF-1
- kromososn 7, glukokinase
- kromosom 20, HNF-4
B. Defek genetik kerja insulin :
- resistensi insulin tipe A
- sindrom Rabson Mendenhall
C. Penyakit eksokrin pankreas :
- pankreatitis
- neoplasma
- trauma/pankreatektomi
D. Endokrinopati :
- akromegali
- sind. Cushing
- feokromositoma
E. Karena obat/zat kimia :
- pentamidin
- asam nikotinat
- glukokortikoid
- dilantin
F. Infeksi :
- rubella congenital
- CMV
G. Sindrom genetik lain :
- sindrom down
- sindrom Turner
Etiologi(GDM)
Diabetes Gestational
Glucosa intolerance pada saat
kehamilan
Faktor Resiko DM Tipe 1
a.Faktor genetik
Penderita diabetes mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yaitu autoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c.Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor Resiko DM Tipe 2
Peningkatan Kasus DM tipe 2 di Indonesia,
disebabkan:
1. Faktor keturunan (genetik)
2. Kator kegemukan/ obesitas
Perubahan lifestyle dari tradisional ke barat
Makan berlebihan
Hidup santai, kurang gerak badan
3. Faktor demografi
Jumlah penduduk meningkat
Urbanisasi
Penduduk berumur diatas 40 tahun
4. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Faktor Resiko GDM
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
7. Riwayat bayi cacat bawaan
8. Riwayat bayi lahir mati
9. Riwayat keguguran
10. Riwayat infertilitas
11. Hipertensi
Klasifikasi etiologis DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
Autoimun
Idiopatik
Diabetes Melitus
gestasional
TABLE 24-6 -- Classification of Diabetes Mellitus
DM 1 DM 2
Glikogenolisis,
glukoneogene
sis
Hipersekres
Hiperglikemi
i hormon
a puasa
stress
Diuresis Stress
Dehidrasi
osmotik fisologis
Perjalanan penyakit
Pre diabetes
fase ini diawali dengan kerentanan genetik dan
diakhiri dengan kerusakan total sel pankreas(
c peptide)
parameter untuk menentukan stadium ini:
- ICA
- 65K GAD
- IA2
-IAA
- HLA typing
Manifestasi klinis diabetes
gejala klinis bervariasi, bisa mendadak dalam
beberapa hari menjadi KAD atau dalam beberapa
minggu menunjukkan gejala klasik DM
Periode honeymoon
berlangsung beberapa hari-minggu/bulan setelah
terapi insulin.
kriteria: kebutuhan insulin <0,5 U/kgBB/hr dan
HbA1c<7%
sering dianggap tanda-tanda kesembuhan padahal
merupakan keadaan sementara sebelum memasuki
periode ketergantungan insulin
Transport Transport
glukosa glukosa
Ambilan Ambilan
glukosa glukosa
kontraregulato Kontraregulat
insulin r
Insulin? or?
normoglike hipoglike
mia mia
Bagi penderita DM yang tidak
terkontrol dengan baik, olahraga
dapat menyebabkan keadaan yang
tidak diinginkan seperti hiperglikemia
sampai KAD, makin beratnya
komplikasi diabetik dan hipoglikemia
Oleh karena itu, penderita DM tipe 1
harus berkonsultasi terlebih dahulu
sebelum melakukan olahraga teratur
Kontrol
Pemeriksaan untuk menilai kontrol glikemik:
- Kadar glukosa darah
- Glycated hemoglobin (misal: HbA1c)
- Glycated serum protein (misal fruktosamin)
- Pemeriksaan keton darah dan urin selamamasa
hiperglikemia yang tidak terkontrol:
- 0,5 mmol/L : keton trace
- 1,5 mmol/L : keton sedikit
Hiperglikemia,
- 4 mmol/L : keton sedang defisiensi
- 8 mmol/L : keton besar insulin,
beresiko KAD
Penanganan hiperglikemi
Bila kadar glukosa darah >250mg/dL dan terdapat ketosis
dengan pH darah >7,20 maka beberapa tindakan berikut
perlu dilakukan:
1. Pasang infus cairan NaCl 0,9% dengan menghitung
jumlah cairan rumatan ditambah defisit cairan yang
telah terjadi untuk 48 jam ke depan
2. Insulin kerja cepat dan pendek subkutan 10-20%
dari total dosis harian setiap 2-4 jam hingga kadar
glukosa 200-250 mg/dL dan keton darah <0,7
mmol/L
3. Setelah kadar glukosa darah <250 mg/dL,
tambahkan dextrose 5% pada cairan infus
4. Monitor glukosa darah tiap jam dan keton tiap 2
jam, serta pH darah tiap 4jam
5. Bila pasien membaik, usahakan pemberian
makanan oral
MORFOLOGI
Pankreas
Reduksi jumlah dan ukuran sel islets
sel islet kecil dan tidak mencolok, sehingga tidak mudah
dideteksi
Inflitrasi leukosit pada sel islet (insulinitis)
sel limfosit T pada autoimun diabetes. Adanya eosinofil
biasa pada anak-anak yang diabetes
Degranulasi sel Beta
biasanya pada pasien yang baru di diagnosis DM1,
sehingga sel-sel beta masih ada
DIABETES MELITUS TIPE 2
Merupakan keadaan dimana
pankreas mensekresikan insulin
namun tidak dapat digunakan oleh
tubuh sehingga terjadi resistensi
insulin.
Sel beta melakukan kompensasi
dengan meningkatan sekresi insulin.
DM tipe 2 terjadi jika sel beta tidak
lagi mengeluarkan insulin sesuai
kebutuhan.
EPIDEMIOLOGI
Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan
prevalensi DM tipe 2 di berbagai
penjuru dunia.
Menurut WHO utk Indonesia
memprediksi kenaikan jumlah pasien
dari 8,4 juta pada tahun 2000 21,3
juta pada tahun 2030.
ETIOLOGI
Etiologi kegagalan fungsi sel B pd
diabetes tipe 2:
Glukotoksisitas
Lipotoksisitas FFA
Resistensi insulin
Deposit amiloid
Efek inkretin
Genetik
Glukotoksisitas Kadar glukosa darah yg berlangsung lama
menyebabkan peningkatan stres oksidatif, IL-
IB, NF-kB peningkatan apoptosis sel B
Lipotoksisitas Peningkatan asam lemak bebas yg berasal
dari jaringan adiposa akan mengalami
metabolisme non-oksidatif mjd ceramide
toksik bagi sel B apoptosis
Penumpukan Saat resistensi insulin, sel B berusaha
amiloid meningkatkan sekresi insulin yg diikuti dg
sekresi amilin shg dpt terbentuk
mendesak sel B jmlnya menurun
Resistensi insulin Obesitas
Krg gerak badan
Genetik
PATOFISIOLOGI
Mempunyai 2 defek fisiologik:
Sekresi insulin abnormal
Resistensi terhadap kerja insulin pd jaringan sasaran
(target cells)
Ada 3 fase:
Fase I: Glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat
resistensi insulin karena kadar insulin meningkat.
Fase II: resistensi insulin cenderung memburuk shg
meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia stlh
makan.
Fase III: resistensi insulin tidak berubah, tapi sekresi
insulin menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan
diabetes yg nyata.
Patofisiologi PREDISPOS LINGKUNG
AN
DM 2 ISI
GENETIK
Defek genetik
Kegemuk
an
Resistensi insulin dan multipel
obesitas
Resistensi dapat terjadi di RESISTEN
DEFEK SI
tingkat reseptor insulin SEL BETA INSULIN
atau pascareseptor PRIMER JARINGAN
Penimbunan lemak : Gangguan PERIFER
sekresi Kurangnya
TNF, asam lemak, pemanfaata
insulin
resistin n glukosa
meningkatkan resistensi HIPERGLIKEM
insulin IA
Leptin =>
meningkatkan resistensi
Kelelahan sel beta
insulin
Gangguan sekresi insulin
pada sel beta Awalnya DIEBETES
insulin meningkat untuk TIPE 2
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
Risk Factor
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada
kelompok dengan salah satu risiko DM :
1.Usia > 45 tahun
2.Berat badan lebih : BBR > 110 % BB
atau IMT >23 kg/m2
3.Hipertensi (> 140/90 mmHg)
4.Riwayat DM dalam garis keturunan
5.Riwayat abortus berulang, melahirkan
bayi cacat atau BB lahir bayi >4000
gram
6.Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan
trigliserida > 250 mg/dl
GEJALA
Gejala klasik :
Poliuria
Polidipsi
Polifagia
Penurunan BB tanpa diket sbbnya.
Gejala lainnya:
Lemah badan
Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Disfungsi ereksi pada pria
Pruritus vulvae pada wanita
Manifestasi Klinis Diabetes
Melitus
3 Cara Penegakkan
Diagnosis DM
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
>200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa >
126 mg/dl dengan adanya keluhan klasik
3. TTGO. Tes ini memiliki keterbatasan, sulit
dilakukan berulang-ulang, butuh persiapan
khusus sehingga jarang dilakukan meskipun
dengan beban 75 g glukosa, > sensitif dan
spesifik daripada pemeriksaan glukosa
plasma puasa
Kriteria Diagnosis DM
DM TGT Normal
Langkah2 diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa
Keluhan Klinik Diabetes
GDP 126 < 126 GDP 126 100 125 < 100
atau atau
GDS > 200 < 200 GDS > 200 140 199 < 140
Nasihat umum
Evaluasi status gizi
Perencanaan makanan
Evaluasi penyulit DM
Latihan jasmani
Evaluasi perencanaan makan sesuai
Berat idaman
kebutuhan
Belum perlu obat penurun glukosa
Pengukuran plasma
glukosa
Dengan nilai normal :
65-68mg%
Time course of development of diabetic nephropathy.
The relationship of time from onset of diabetes, the glomerular
filtration rate (GFR), and the serum creatinine are shown
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi
Farmakologi
KIE DM
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit dan faktor risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
Intervensi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan
obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasi
glukosa darah atau urin
Menangani sementara keadaan gawat darurat seperti
rasa sakit atau hipoglikemi
Pentingnya latihan jasmani
Masalah khusus (seperti hiperglikemi pada kehamilan)
Cara mempergunakan fasilitas kesehatan
PENYULUHAN (KIE) DM
Tujuan utama penyuluhan pada penyandang DM tipe 1:
Mencapai penatalaksanaan mandiri yang efektif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup
Meningkatkan motivasi dan sikap kemandirian dalam
pelaksanaan penyakitnya
Edukasi dilakukan dengan pengajaran individual kepada pasien dan
keluarganya, dapat diikuti dengan pemberian booklet, pedoman
tertulis, dll sesuai usia anak
Hal-hal yang ingin dicapai:
Mengoptimalkan penggunaan insulin dan konsekuensinya
Mengerti hasil dan komplikasi terapi insulin dan cara
mengantisipasinya
Mengerti kegunaan terapi lainnya seperti dietetik dan latihan
jasmani
Dapat memanfaatkan tenaga ahli profesional diabetes
Menghindari sikap destruktif dan berusaha mengatasi stress
yang timbul
Terapi gizi medis DM
Tujuan:
Menyediakan asupan energi dan nutrisi adekuat supaya tumbuh
kembang anak optimal
Mendorong kebiasaan makan sehat yang berlangsung seumur
hidup dgn memperhatikan aspek sosial, kultural, dan psikologis
Mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati
normal
Mencapai dan mempertahankan BB ideal
Mampu melakukan latihan fisik secara teratur
Mencegah terjadinya komplikasi
Karbohidrat :
45-65% total asupan energi
Pembatasan <130 g/hr tidak dianjurkan
Sukrosa tidak boleh >5% total asupan energi
Makan 3x sehari untuk mendistribusikan asupan KH
Garam < 3000 mg/hari (hipertensi <2400 mg/hari)
Serat 25 g/hari
Lemak :
20-25% kebutuhan kalori
Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal
Batasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak
trans : daging berlemak dan susu penuh (whole milk)
Anjuran konsumsi kolesterol <200mg/hari. Diusahakan
lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh
Protein
10-20% total asupan energi
Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
tahu, tempe, kacang-kacangan
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan
protein menjadi 0.8g/kgBB atau 10% dari kebutuhan energi
Pemanis : berkalori dan tak berkalori
Pemanis berkalori: gula alkohol( isomalt, lacitol,
maltitol,manitol,sorbitol dan xylitiol) dan fruktosa (tidak
dianjurkan karena ES pada lemak darah)
Diet
Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai
dengan usia pubertas dapat juga ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas :
50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun
dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.
Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :
20% berupa makan pagi.
10% berupa makanan kecil.
25% berupa makan siang.
10% berupa makanan kecil.
25% berupa makan malam.
10% berupa makanan kecil.
Pengobatan penyakit penyerta seperti infeksi dan lain-
lain
Cara menghitung kalori pada
pasien DM
Disebabkan oleh :
penurunan bahan pembentuk glukosa
penyakit hati
ketidakseimbangan hormonal
Hipoglikemia
Etiologi hipoglikemia :
Hipoglikemi pada DM stadium dini
Insulin
pasien hiperosmolar hiperglikemik non ketotik
sensitif terhadap insulin
pemberian insuli drip sangat dianjurkan
Kalium
pemberian kalium dikurangi jika tampak fungsi
ginjal membaik
Insulin
Diberikan pada jam kedua dalam bentuk bolus (IV) dosis
180mU/kgBB, lanjutkan 90mU/jam/kgBB.
Bila GD < 200mg/dL kecepatan dikurangi menjadi
45mU/jam/kgBB
Bial GD sabil lanjutkan drip insulin 1-2 unit/jam
Bikarbonat
Koreksi natrium bikarbonat dilakukan bila pH <7,1
Kalium
Diberikan pada pasien yang tidak syok
Dapat dilakukan per infus, per oral (sadar)
Antibiotik
Untuk mencegah infeksi dan mecegah luasnya infeksi
Sefalosporin 2 3 gr IV / harii atau floxacine
Patofisiologi Retinopati
Diabetik
5 proses dasar di tingkat kapiler
1. Pembentukan mikroaneurisma
2. Peningkatan permeabilitas PD
3. Penyumbatan PD
4. Proliferasi PD baru (neovascular) dan
jaringan fibrosa di retina
5. Kontraksi dari jaringan fibrosis kapiler dan
jaringan vitreus
penyumbatan dan hilangnya perfusi
iskemia retina
Kebutaan akibat Retinopati
Diabetik
Terjadi melalui beberapa mekanisme
1. Edema makula atau nonperfusi kapiler
2. Pembentukan PD baru pada retinopati
diabetik proliferatif dan kontraksi jaringan
fibrosis ablasio retina
3. PD baru yang terbentuk perdarahan
preretina dan vitreus
4. Pembentukan PD baru glaukoma
1. Perdarahanflame-
shaped
2. Soft exudate
3. Cotton woolspots
4. Mikroaneurisma
Stadium Retinopati
Diabetikum
Stadium secara umum :
Proliferatif dengan mikroaneurisma, perdarahan retina,
eksudat, shunt, kelainan vena
Proliferatif dg neovaskularisasi
Stadium menurut Daniel Vaughan dkk :
Stadium 1 Mikroaneurisma
Perdarahan bulat kecil di papil dan makula
Vena sedikit melebar
Stadium 2 Vena melebar
Eksudat kecil, keras spt lilin, tersebar seperti bunga ( circinair )
Stadium 3 Std 2 + cotton wool patches akibat iskemi arteriola terminal
Stadium 4 Vena melebar, sianosis seperti sosis disertai sheating p.d.
Perdarahan pada semua retina dan preretina
Stadium 5 Perdarahan besar di retina, preretina dan badan kaca
Proliferasi retinitis ablasi retina kebutaan total
Stadium Retinopati Diabetikum
menurun FK UI :
Derajat I : mikroaneurisma tanpa fatty
exudate pada fundus okuli
Derajat II : mikroaneurisma, perdarahan
bintik, bercak dg / tanpa fatty exudae pd
fundus okuli
Derajat III : mikroaneurisma, perdarahan
bintik dan bercak, neovaskularisasi,
proliferasi pd fundus okuli
Gejala :
Penurunan ketajaman penglihatan sentral
yg berlangsung perlahan bergantung
lokaisasi, luas dan beratnya kelaianan
Metode Pencegahan +
Pengobatan
Kontrol glukosa darah
Kontrol TD
Ablasi kel hipofisis melalui pembedahan/
radiasi (jarang)
Fotokoagulasi dengan sinar laser :
1. Panretinal untuk RDP atau glaukoma
neovaskuler
2. Fokal untuk edema makula
. Vitrektomi untuk perdarahan vitreus atau
ablasio retina
Nefropati
Diabetika
Sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan
albuminuria menetap (>300mg/24jam atau >200ig/menit)
pada minimal 2x pemeriksaan dalam 3-6 bulan.
Gula darah kurang terkendali
GDP >140-160mg/dL
HbA1c >7-8%
Etiologi :
Faktor genetis
Kelainan hemodinamik (pean aliran darah ke ginjal dan
LFG, pean tekanan intraglomerulus)
Hipertensi sistemik
Sindrom resistensi insulin
Radang
Hiperlipidemia
Aktivasi PKC
Nefropati
Diabetika
Etiologi :
Perubahan permeabilitas pembuluh darah
Asupan protein berlebih
Gangguan metabolik (kelainan metabolisma
poliol, pembentukan AGEs, pean sitokin)
Pelepasan GF
Kelainan metabolisme karbohidrat/ lemak/
protein
Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, dll)
Gangguan pompa ion (pean Na+-H+ pump dan
pean Ca2+-ATPase pump)
PATHOPHYSIOLOGY
SEVERE KIDNEY
GLUCOSU
DIABETE FUNCTION
RIA DECLINES
S
UREA &
GLOMERULO CREATININE
ACCUMULAT
-
E IN THE
SCLEROSIS BLOOD
(DIFFUSE/
NODULAR CAPILLARY
INTERCAPIL BASEMENT
PROTEINU MEMBRANES &
LARY
RIA RENAL THE MESANGIUM
OF RENAL
INSUFICIE GLOMERULI
NCY THICKENED
Nefropat
i
Diabetik
a
Patogenesis Neuropati Diabetik
(ND)
Aktivasi AGEs
Hiperglikemia berkepanjangan