Anda di halaman 1dari 201

Amelia Angelina

405120078
Pemicu 2 blok endokrin
Anatomi Kelenjar Endokrin Pankreas

Pankreas : kelenjar pencernaan berwarna


dadu-kelabu, panjang 12-15 cm dan berat +
90 gram
Kelenjar ini : kelenjar endokrin dan eksokrin
sekaligus
Eksokrin : produksi cairan pankreas (enzim
pencernaan dan ion bikarbonat) yang
dialirkan ke duodenum melalui ductus
pancreaticus
Endokrin (P. Langerhans/ islets of
Langerhans) : produksi hormon glukagon dan
Histopatologi
Kelenjar Endokrin Pankreas
Terdiri dari pulau-pulau langerhans dimana
tiap pulau mengandung ratusan sel
meskipun ada yang hanya beberapa sel
Ciri P.Langerhans :
1. Massa sel endokrin berbentuk bulat dengan
variasi ukuran
2. berisi sel-sel poligonal/bundar
3. Biasanya lebih besar dari sel asini dan
terpulas pucat
4. Dipisahkan dari jaringan asini eksokrin di
sekelilingnya, oleh selapis serat retikuler
5. Tampak sebagai kelompok padat sel-sel
epitelial yang ditembus banyak kapiler
6. Dengan pewarnaan trichrome,
menunjukkan sebagian besar sel-sel
tampak asidofilik atau basofilik dengan
granula sitoplasmanya
7. Mengandung pula beberapa sel
enterochromaffin sekresi hormon
peptida lainnya dengan efek lain
terhadap sistem pencernaan serta juga
menyebar di asini dan ductus
pancreaticus
Histologi P. Langerhans
Dengan pulasan khusus, akan terlihat sel :
Sel A Dapat terlihat dengan pulasan :
Sel B hematoksilin-phloxine krom alum
Gomori
Sel D
Sel C
Umumnya sel B terdapat di tengah pulau/
lebih di pusat pulau dan jumlahnya lebih
banyak, sel A jumlahnya lebih sedikit dan
letak di tepi pulau.
Sel D paling sedikit, mungkin terdapat di
bagian mana saja dari pulau
Histologi
Histologi
Sel Karakteristik
Sel B Banyak granula ukuran 300nm
Ada kristaloid romboid atau poligonal di tengah
Mungkin kristal romboid itu adalah insulin
Sel A Terdiri dari banyak gelembung sekretoris
Sel D Biasanya letaknya berdekatan dengan sel A dan
ukurannya sedikit lebih besar dari sel A
Sel C Umumnya tidak bergranula, terletah di tenga,
diantara sel B
Diduga merupakan sel yang sedang istirahat
Sel Fungsi
Sel B Menghasilkan proinsulin yuang akan diubah jadi
insulin oleh aparatus golgi
Sel A Menghasikan glukagon, ACTH dan endorfin
Sel D Menghasilkan somatostatin
Vasoactive intestinal peptide (VIP)
Sel PP Menghasilkan polipeptida pankreas
Approximate
percentage of islet
volume

Cell Dorsall Ventrally


Secretory
type derived
(anterior
derived
(posterior
products
head, body portion of
and tail) head)

A cell () 10 % <0.5 % Glucagon, progulcagon,


glucagon like peptides (GLP-1
and GLP-2)
B cell () 70-80 % 15-20 % Insulin, C peptide, amylin, -
aminobutyric acid (GABA)

D cell () 3-5 % <1 % Somatostatin

PP cell (F cell) <2% 80-85 % Pancreatic polypeptide


FISIOLOGI
KELENJAR
ENDOKRIN
(UMUM)
KELENJAR ENDOKRIN PANKREAS
Kadar glukosa
darah
Fisiologi Pankreas
Fungsi endokrin kelenjar pankreas diperankan oleh pulau
langerhans terdiri atas sel , sel , sel , dan sel F. Sekresi
sel sel ini berupa hormon yang akan langsung diangkut
melalui pembuluh darah.

Fungsi utama hormon-hormon pankreas adalah untuk:


meningkatkan penyimpanan selama individu istirahat,
dalam bentuk glikogen dan lemak, diambil dari
substansi-substansi dalam makanan (insulin)
mobilisasi kembali cadangan energi selama fase
kelaparan atau pada waktu bekerja, dalam keadaan
stres, dst. (glukagon)
menjaga kadar gula darah mendekati konstan bila
mungkin
meningkatkan pertumbuhan (insulin)
Fisiologi Pankreas
1. (Glukagon)
Target : Hati, jaringan adiposa
Efek : merombak cadangan lipid, merangsang sintesis
glukosa dan pemecahan glikogen di hati, menaikan kadar
glukosa.
Distimulasi oleh kadar glukosa darah yang rendah,
dihambat oleh somatostatin.

2. (Insulin)
Target : Sebagian besar sel
Efek : membantu pengambilan glukosa oleh sel,
menstimulasi pembentukan dan penyimpanan glikogen dan
lipid, menurunkan kadar glukosa darah.
Distimulasi oleh kadar glukosa darah yang tinggi, dihambat
oleh somatostatin.
Fisiologi Pankreas
3. (Somatostatin)
Target : Sel langerhans lain, epitel saluran pencernaan
Efek : menghambat sekresi insulin dan glukagon,
menghambat absorbsi usus dan sekresi enzim pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein, mekanismenya
belum jelas.

4. F (Polipeptida pankreas)
Target : Organ pencernaan
Efek : menghambat kontraksi kantong empedu, mengatur
produksi enzim pankreas, mempengaruhi absorbsi nutrisi
oleh saluran pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein dan rangsang
parasimpatis.
Fisiologi Insulin
Fisiologi Insulin
Insulin merupakan hormon anabolik utama.
Insulin diperlukan untuk:
Pengangkutan glukosa dan asam amino melewati
membran
Pembentukan glikogen dalam hati dan otot rangka

Perubahan glukosa menjadi trigliserida

Sintesis asam nukleat

Sintesis protein

Fungsi metabolik utamanya meningkatkan laju


pemasukan glukosa ke dalam sel tertentu di tubuh.
Faktor yang meningkatkan Faktor yang menurunkan
konsentrasi glukosa darah konsentrasi glukosa darah

Penyerapan glukosa dari Pemindahan glukosa ke dalam


saluran pencernaan sel:
Untuk digunakan sebagai
sumber energi
Untuk disimpan sebagai
glikogen (melalui glikogenesis)
& sebagai trigliserida
GLUKOSA
DARAH

Eksresi glukosa melalui urin


Pembentukan glukosa oleh (abnormal) sewaktu kadar
hati: glukosa darah terlalu tinggi
Melalui glikogenolisis melebihi kemampuan tubulus
Melalui glukoneogenesis ginjal mereabsorpsinya
Fungsi Insulin
Efek pada karbohidrat

Mempermudah masuknya glukosa ke dalam


sebagian besar sel
Merangsang glikogenesis (pembentukan glikogen
dari glukosa, baik di otot maupun hati)
Menghambat glikogenolisis (penguraian glikogen
menjadi glukosa)
Menghambat glukoneogenesis ( perubahan asam
amino menjadi glukosa di hati)
Efek pada lemak menurunkan kadar asam
lemak darah dan mendorong pembentukan
simpanan trigliserida:
Meningkatkan transportasi glukosa ke dalam
sel jaringan adiposa
Mengaktifkan enzim yang mengkatalisasi
pembentukan asam lemak dari turunan
glukosa
Meningkatkan masuknya asam-asam lemak
dari darah ke dalam sel jaringan adiposa
Menghambat lipolisis
Efek pada protein menurunkan kadar asam
amino darah dan meningkatkan sintesis protein:
Mendorong transportasi aktif asam-asam
amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain
Meningkatkan kecepatan penggabungan asam
amino ke dalam protein
Menghambat penguraian protein
Faktor yang mengontrol sekresi insulin

Hormon
pencernaan
Konsentrasi glukosa darah
+
Konsentrasi
Asupan
asam amino
makanan Kontrol utama
darah
+
+ + +
+ - Stimulasi simpatis
Stimulasi Sel-sel beta pulau
parasimpatis Langerhans (dan epinefrin)

Sekresi insulin

Glukosa darah
Asam lemak darah
Asam amino darah
Sintesis protein
Penyimpanan bahan
bakar
Insulin Plasma Tinggi Insulin Plasma Rendah
(Keadaan Sesudah Makan) (Keadaan Puasa)
Hati Ambilan glukosa Produksi glukosa
Sintesis glikogen Glikogenolisis
Tidak adanya Glukoneogenesis
glukoneogenesis Tidak adanya lipogenesis
Lipogenesis Ketogenesis
Tidak adanya ketogenesis
Otot Ambilan glukosa Tidak adanya ambilan
Oksidasi glukosa glukosa
Sintesis glikogen Oksidasi asam lemak & keton
Sintesis protein Glikogenolisis
Proteolisis & pelepasan asam
amino
Jaring Ambilan glukosa Tidak ada ambilan glukosa
an Sintesis lipid Lipolisis & pelepasan asam
lemak Ambilan trigliserida lemak
Tidak ada ambilan trigliserida
Fisiologi Insulin
EFEK UTAMA INSULIN
Cepat (detik)
Peningkatan transpor glukosa, asam amino dan K+
ke dalam sel peka-insulin
Menengah (menit)
1. Stimulasi sintesis protein
2. Penghambatan pemecahan protein
3. Pengaktifan enzim glikolitik dan glikogen sintase
4. Penghambatan fosforilase dan enzim
glukoneogenik
Lambat (jam)
Peningkatan mRna enzim lipogenik dan enzim lain
EFEK INSULIN PADA BERBAGAI JARINGAN

Jaringan adiposa
1. Meningkatkan pemasukan glukosa
2. Meningkatkan sintesis asam lemak
3. Meningkatkan sintesis gliserol fosfat
4. Meningkatkan pengendapan trigliserida
5. Mengaktifkan lipoprotein lipase
6. Menghambat lipase peka-hormon
7. Meningkatkan ambilan K+

Otot
1. Meningkatkan pemasukan glukosa
2. Meningkatkan sintesis glikogen
3. Meningkatkan ambilan asam amino
4. Meningkatkan sintesis protein di ribosom
5. Menurunkan katabolisme protein
6. Menurunkan pelepasan asam amino glukoneogenik
7. Meningkatkan ambilan keton
8. Meningkatkan ambilan K+
Hati
1. Menurunkan ketogenesis
2. Meningkatkan sintesis protein
3. Meningkatkan sintesis lemak
4. Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan
glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glikogen
dan peningkatan glikolisis
Umum
Meningkatkan pertumbuhan sel
FISIOLOGI HORMON GLUKAGON
Fisiologi Glukagon
Efek glukagon :
1. Pengaktifan fosforilase
2. Peningkatan pemecahan glikogen
3. Peningkatan glukosa plasma
4. Peningkatan Ca2+ sitoplasma
5. Peningkatan glukoneogenesis dari asam
amino asal hati
6. Peningkatan kecepatan metabolisme
7. Peningkatan ketogenesis
Biokimia Insulin
Insulin : suatu polipeptida yang mengandung 2
rantai asam amino yang dihubungkan jembatan
disulfida
Dibentuk di RE kasar sel B aparatus golgi
(pengemasan dalam granula berlapis membran)
granula bergerak ke membran plasma (melibatkan
mikrotubulus) eksositosis isi granula keluar
insulin melintasi lamina basalis sel B serta kapiler
sekitar
BAHAN dan endotel
DENGAN kapiler
AKTIVITAS berpori DALAM
MIRIP-INSULIN aliran PLASMA
darah
MANUSIA
Insulin
Proinsulin
NSILA
1. Fraksi dengan BM rendah : IGF-I dan IGF-II
2. Fraksi dengan BM tinggi : umumnya IGF yang berikatan
Struktur Insulin
Rantai polipeptida
A

Jembatan
disulfida

Rantai polipeptida B
Biosintesis INSULIN
rangkaian
ditranslasikan praprohorm
sel-sel pemandu yang
ribosom yang on insulin
beta bersifat
melekat pada (BM
hidrofibik dan
retikulum 11.500)
mengandung 23
endoplasma asam amino
proteolisis
serta proinsul
aparatus in (bm
pengemasan golgi RE
granul 9000)
sekretorik SINTESIS
INSULIN
proinsulin yang semua Insulin Heterodimer (AB)
tersusun oleh rantai B Dan C Peptida (jumlah
peptida (C) penghubung ekuimolar tetap terdapat
rantai A, dipisahkan oleh dalam granul, tetapi tidak
enzim mirip tripsin dan enzim mempunyai aktivitas biologik
mirip karboksipeptidase yang diketahui)
Sekresi Insulin
Sintesis dan Sekresi Insulin
1. Glukosa masuk ke dalam sel B melalui
transporter GLUT 2
2. Fosforilasi oleh glukokinase
3. Metabolisme menjadi piruvat di sitoplasma
4. Piruvat masuk mitokondria dan
dimetabolisme menjadi CO2 dan H2O
melalui siklus asam sitrat , disertai
pembentukan ATP oleh fosforilasi oksidatif
5. ATP masuk sitoplasma inhibisi saluran K+
peka-ATP me (-) efluks K+ depolarisasi
sel B dan influks Ca2+
6. Influks Ca2+ eksositosis depot granula
Faktor yang Mempengaruhi
Sekresi Insulin
Stimulator Inhibitor
Glukosa Somatostatin
Manosa 2-Deoksiglukosa
Asam amino (leusin, arginin, Manoheptulosa
lain-lain)
Hormon saluran cerna (GIP, Stimulator adrenergik- (NE, E)
GLP-1, gastrin, sekretin, CCK)
Asam -keto Penghambat adrenergik-
(propanolol)
Asetilkolin Galanin
Glukagon Diazoksid
AMP siklik dan berbagai zat Diuretik tiazid
yang menghasilkan cAMP
Stimulator adrenergik- Deplesi K+

Teofilin Fenitoin
Sulfonilurea Aloksan
Inhibitor mikrotubulus
Insulin
Jenis Glucose Transporter
SIRKULASI INSULIN

http://www.harvardhealthcontent.com/harvard-krames-consults/type1diabetes.p
Jenis Reseptor Insulin
Insulin Action on target
cell
Mekanisme kerja insulin
Insulin resistance
associated with obesity
is induced by
adipokines, free fatty
acids, and chronic
inflammation in adipose
tissue.

Pancreatic cells
compensate for insulin
resistance by
hypersecretion of
insulin.

At some point, -cell


compensation is
followed by -cell
failure, and diabetes
Obesity &
Insulin
Resistance
Metabolisme Insulin
BIOKIMIA GLUKAGON
Glucagon merupakan singel-chain
polypeptide yang terdiri dari 29 asam
amino
Nilai normal glukagon pada plasma
puasa 75 pg/ml (25 pmol/L)

Fungsi utama
mempertahankan kadar nutrient dalam
darah
meningkatkan kadar glukosa dalam
darah
Sintesis Glukagon

Praproglukagon (di Di sel A, diolah


sel A, sel L saluran glukagon dan MPGF
cerna bawah,
otak)

Di sel L, diolah Sisa olahan : GRPP


glisentin, GLP-1,
GLP-2,
oksintomodulin
Mekanisme Glukagon dalam Me
Ekskresi Glukosa Asal Hati
Glikogen Glukagon

Glukosa 6-PO4 Glukosa cAMP

Fruktosa 6-PO4 Protein kinase A


Fruktosa 2,6-biPO4

Fruktosa 1,6-biPO4

Fosfoenolpiruvat Piruvat
Keterangan
Di hati, glukagon bekerja melalui G8 untuk
mengaktifkan adenilil siklase dan meningkatkan
cAMP intrasel pengaktifan fosforilase melalui
protein kinase A peningkatan pemecahan glikogen
dan peningkatan glukosa plasma
Pada reseptor yang berbeda di sel hati,
mengaktifkan fosfolipase C peningkatan Ca2+
sitoplasma merangsang glikogenolisis
Protein kinase A juga menurunkan metabolisme
glukosa 6-fosfat dengan inhibisi perubahan
fosfoenolpiruvat menjadi piruvat; menurunkan
konsentrasi fruktosa 2,6-difosfat inhibisi
perubahan fruktosa 6-fosfat menjadi fruktosa 1,6-
difosfat
Mekanisme Kerja Glukagon
Efek Kerja Glukagon
Metabolisme saat Olahraga
Peningkatan jumlah transporter OR teratur
GLUT-4 independent-insulin di
membran sel otot

Selama OR, terjadi Peningkatan


peningkatan masuknya kepekaan sel
glukosa ke dalam otot rangka terhadap
meski tidak ada insulin insulin

Hipoglikemia pada Peningkatan


pasien DM absorpsi insulin
(terutama) yang disuntikkan,
selama OR
GLUKAGON &
INSULIN
Definisi Diabetes Melitus
American Diabetes Asosiation (ADA) 2010
Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua duanya
WHO
Sebuah penyakit kronis yang disebabkan oleh
keturunan atau defisiensi yang didapat dari
produksi insulin karena pankreas. Atau
ketidakefetivitasan dari produksi insulin. Yang
hasilnya terjadi peningkatan kadar gula dalam darah.
Yang merusak banyak sistem tubuh khususnya
pembuluh darah dan saraf
Epidemiolog
i DM
Diabetes Mellitus 2. Abnormalitas Genetik
Tipe I : 18 lokasi genetik berlabel
1. Respon Autoimun IDDM1-IDDM18.
progresif sel Regio IDDM1 gen HLA
produksi insulin = major histocompatibility
dihancurkan sistem complex
imun tubuhnya. Tahun 2007, peneliti
T-lymphocytes menemukan KIAA0350
pada kromosom 16
produksi cytokines
(IL-1, TNF-, dan Ibu diabetes : resiko 2-3%,
ayah diabetes : resiko 5-
interferon-)
6%. Kedua orangtua :
Beberapa protein: resiko meningkat sampai
Glutamic Acid 30%.
Decarboxylase Molekul HLA kelas II DR3
(GAD), insulin, dan dan DR4
antigen sel islet
3. Faktor kimia
Streptozotocin dan RH-787,
racun tikus selektif
melukai sel islet
4. Virus
Infeksi tubuh
dikenalkan protein virus
pengaruhi
protein sel T-cell dan
antibodi menyerang
protein
sel ~ virus
5. Sebab lain :
Pankreatektomi
IDDM sekunder karena
kerusakan pankreas
Kelainan kromosom
Diabetes Mellitus Tipe II :
Abnormalitas Insulin Resisten insulin pada sel otot
insulin normal atau menurun diikuti pean produksi
insulin.
Faktor pemicu resistensi insulin :
Obesitas free fatty acids > dan hormon resistin
dan leptin.
Resistensi insulin respon inflamasi kronis
hubungan dengan faktor imun seperti TGH-1 dan
CRP.

Faktor Genetik
Tahun 2006-2007, peneliti 6 gen baru diabetes tipe
II
10 gen diketahui : TCF7L2, SLC30A8, HHEX, PPARG,
KCNJ11, IGF2B2, CDKAL1, CDKN2A, CDKN2B, and FTO.
Etiologi (DM Tipe Lain)
A. Defek genetik fungsi sel beta :
- kromososm 12, HNF-1
- kromososn 7, glukokinase
- kromosom 20, HNF-4
B. Defek genetik kerja insulin :
- resistensi insulin tipe A
- sindrom Rabson Mendenhall
C. Penyakit eksokrin pankreas :
- pankreatitis
- neoplasma
- trauma/pankreatektomi
D. Endokrinopati :
- akromegali
- sind. Cushing
- feokromositoma
E. Karena obat/zat kimia :
- pentamidin
- asam nikotinat
- glukokortikoid
- dilantin
F. Infeksi :
- rubella congenital
- CMV
G. Sindrom genetik lain :
- sindrom down
- sindrom Turner
Etiologi(GDM)
Diabetes Gestational
Glucosa intolerance pada saat
kehamilan
Faktor Resiko DM Tipe 1
a.Faktor genetik
Penderita diabetes mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b.Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yaitu autoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.

c.Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor Resiko DM Tipe 2
Peningkatan Kasus DM tipe 2 di Indonesia,
disebabkan:
1. Faktor keturunan (genetik)
2. Kator kegemukan/ obesitas
Perubahan lifestyle dari tradisional ke barat
Makan berlebihan
Hidup santai, kurang gerak badan
3. Faktor demografi
Jumlah penduduk meningkat
Urbanisasi
Penduduk berumur diatas 40 tahun
4. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Faktor Resiko GDM
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
7. Riwayat bayi cacat bawaan
8. Riwayat bayi lahir mati
9. Riwayat keguguran
10. Riwayat infertilitas
11. Hipertensi
Klasifikasi etiologis DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
Autoimun
Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi mulai yg terutama dominan resistensi insulin


disertai defisiensi insulin relatif sampai yg terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain Defek genetik fungsi sel B


Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yg jarang
Sindrom genetik lain yg berkaitan dg DM

Diabetes Melitus
gestasional
TABLE 24-6 -- Classification of Diabetes Mellitus
DM 1 DM 2

Klinis Anak > Dewasa Dewasa > Anak


Berat normal Kegemukan
Insulin darah Insulin darah N /
Antibodi antisel islet Tidak ada antibodi
Sering ketoasidosis antisel l islet
Jarang ketoasidosis
Genetika Concordance pada Concordance pada
kembar 40% kembar 60-80%
Terkait HLA-D Tidak ada keterkaitan
dengan HLA
Patogenesis Autoimunitas Resistensi insulin
Defisiensi berat insulin Defisiensi relatif insulin

Sel islet Insulitis dini Tidak ada insulitis


Atrofi dan fibrosis Atrofi fokal dan endapan
mencolok amiloid
Deplesi berat sel beta Deplesi ringan sel beta
KARAKTERISTIK DM TIPE 1 DAN 2
DM tipe 1 DM tipe 2

Mudah ketoasidosis Tidak mudah ketoasidosis


Pengobatan harus dengan Tidak harus dengan insulin
insulin Onset lambat
Onset akut Gemuk atau tidak gemuk
Biasanya kurus Biasanya > 45 tahun
Biasanya pada umur muda Tak berhubungan denga HLA
Berhunungan dengan HLA- Tidak ada ICA
DR3 & DR4 Riwayat keluarga (+) pada
DidapatkanICA 30%
Riwayat keluarga diabetes(+) 100% kembar identik
pada 10% terkena
30-50% identik terkena
Ada honeymoon period
DIABETES MELITUS TIPE
1
Merupakan kelainan sistemik akibat
gangguan metabolisme glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik.
Keadaan ini disebabkan oleh
rusaknya sel pankreas baik oleh
proses autoimun maupun idiopatik
insulin /stop
Epidemiologi
Insidens tertinggi terdapat di
finlandia yaitu 43/100000 dan
insidens terendah di Jepang yaitu
2,4/100000 untuk usia <15th
Insidens DM tipe 1 lebih tingi pada
ras kaukasia dibanding ras lainnya
Patogenesis
Faktor genetik dan lingkungan
memegang peranan penting
Faktor genetik dikaitkan dengan pola
HLA tertentu, tetapi sistim HLA
bukan faktor dominan. Sistem HLA
berperan sebagai faktor kerentanan
dan memerlukan faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan(virus, toksin,
dll)
Patofisiologi
DM tipe1:
Hiperglike
Insulin
mi
pasca
postprandi
makan
al
Glikogenolisis,
glukoneogene
Usaha sis, lipolisis,
memproduksi ketogenesis,
glukosa
KAD

Glikogenolisis,
glukoneogene
sis

Hipersekres
Hiperglikemi
i hormon
a puasa
stress

Diuresis Stress
Dehidrasi
osmotik fisologis
Perjalanan penyakit
Pre diabetes
fase ini diawali dengan kerentanan genetik dan
diakhiri dengan kerusakan total sel pankreas(
c peptide)
parameter untuk menentukan stadium ini:
- ICA
- 65K GAD
- IA2
-IAA
- HLA typing
Manifestasi klinis diabetes
gejala klinis bervariasi, bisa mendadak dalam
beberapa hari menjadi KAD atau dalam beberapa
minggu menunjukkan gejala klasik DM

Periode honeymoon
berlangsung beberapa hari-minggu/bulan setelah
terapi insulin.
kriteria: kebutuhan insulin <0,5 U/kgBB/hr dan
HbA1c<7%
sering dianggap tanda-tanda kesembuhan padahal
merupakan keadaan sementara sebelum memasuki
periode ketergantungan insulin

Periode ketergantungan insulin


Patogenesis
Manifestasi Keterangan
Klinis
Polidipsia peningkatan gula darah air akan tertarik keluar dari
intraseluler sel dehidrasi intraseluler dan stimulasi rasa haus di
hipotalamus

Poliuria Hiperglikemia glukosuria menyebabkan diuresis


osmotik
Polifagia Sel mengalami starvasi karena cadangan KH, lemak dan
protein berkurang (tidak ada pengisian depot yang biasa
dilakukan oleh insulin
Berat badan Cairan tubuh berkurang karena diuresis osmotik, protein
turun dan lemak berkurang karena dipecah sebagai sumber
energi

Lelah Metabolisme tubuh tidak berjalan sebagaimana


seharusnya
Pemeriksaan
Laboratorium
Kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah
makan > 200 mg/dl
Ketonemia, ketonuria
Glukosuria
Bila hasil meragukan atau asimtomatis uji
toleransi glukosa oral (oral glucosa tolerance
test)
Kadar C-peptide membedakan antara DM 1
atau DM 2
Marker imunologis : ICA (Islet Cell auto-
antibody), IAA (Insulin auto-antibody), Anti
GAD (Glutamic decarboxylase auto-antibody)
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan jika didapat salah satu


dari :
Gejala klasik diabetes (polifagia, poliuria,
polidipsia) + ketonuria, penurunan BB cepat
disertai kadar glukosa darah plasma > 200
mg/dL
Individu asimtomatik yang terdapat
peningkatan kadar glukosa darah puasa >
126 mg/dL dan / atau kadar gula darah
2jam PP > 200 mg/dL saat tes toleransi
glukosa oral (TTGO) pada 2x pemeriksaan
Tatalaksana
Insulin
- efek Somyogi
akibat pemberian insulin yang berlebihan terjadi
hipoglikemia pada malam hari (jam 02.00-03.00)
- dawn effect
terjadi akibat kerja hormon-hormon kontra insulin di
malam hari

Efek somyogi memerlukan penambahan makanan kecil


sebelum tidur/ pengurangan dosis insulin pada
malam hari
Dawn effect memerlukan penambahan dosis insulin
malam hari untuk menghindari hiperglikemia pada
pagi hari
Pengaturan makan
komposisi makanan yang dianjurkan
perhari:
- karbohidrat 50-55%
sukrosa sedang(s/d 10% total kalori)
- lemak 30-35%
< 10% lemak jenuh+asam lemak trans
< 10% lemak tak jenuh rantai ganda
> 10% lemak tak jenuh rantai tunggal
(s/d 20% total kalori)
- protein 10-15%
Olahraga
pada penderita DM berolahraga dapat
membantu menurunkan kadar glukosa
darah, menimbulkan perasaan sehat dan
meningkatkan sensitivitas terhadap
Diabetes terkontrol
insulin.Aliran
Non diabetik Aliran
darah ke darah ke
otot otot

Transport Transport
glukosa glukosa

Ambilan Ambilan
glukosa glukosa

kontraregulato Kontraregulat
insulin r
Insulin? or?

normoglike hipoglike
mia mia
Bagi penderita DM yang tidak
terkontrol dengan baik, olahraga
dapat menyebabkan keadaan yang
tidak diinginkan seperti hiperglikemia
sampai KAD, makin beratnya
komplikasi diabetik dan hipoglikemia
Oleh karena itu, penderita DM tipe 1
harus berkonsultasi terlebih dahulu
sebelum melakukan olahraga teratur
Kontrol
Pemeriksaan untuk menilai kontrol glikemik:
- Kadar glukosa darah
- Glycated hemoglobin (misal: HbA1c)
- Glycated serum protein (misal fruktosamin)
- Pemeriksaan keton darah dan urin selamamasa
hiperglikemia yang tidak terkontrol:
- 0,5 mmol/L : keton trace
- 1,5 mmol/L : keton sedikit
Hiperglikemia,
- 4 mmol/L : keton sedang defisiensi
- 8 mmol/L : keton besar insulin,
beresiko KAD
Penanganan hiperglikemi
Bila kadar glukosa darah >250mg/dL dan terdapat ketosis
dengan pH darah >7,20 maka beberapa tindakan berikut
perlu dilakukan:
1. Pasang infus cairan NaCl 0,9% dengan menghitung
jumlah cairan rumatan ditambah defisit cairan yang
telah terjadi untuk 48 jam ke depan
2. Insulin kerja cepat dan pendek subkutan 10-20%
dari total dosis harian setiap 2-4 jam hingga kadar
glukosa 200-250 mg/dL dan keton darah <0,7
mmol/L
3. Setelah kadar glukosa darah <250 mg/dL,
tambahkan dextrose 5% pada cairan infus
4. Monitor glukosa darah tiap jam dan keton tiap 2
jam, serta pH darah tiap 4jam
5. Bila pasien membaik, usahakan pemberian
makanan oral
MORFOLOGI
Pankreas
Reduksi jumlah dan ukuran sel islets
sel islet kecil dan tidak mencolok, sehingga tidak mudah
dideteksi
Inflitrasi leukosit pada sel islet (insulinitis)
sel limfosit T pada autoimun diabetes. Adanya eosinofil
biasa pada anak-anak yang diabetes
Degranulasi sel Beta
biasanya pada pasien yang baru di diagnosis DM1,
sehingga sel-sel beta masih ada
DIABETES MELITUS TIPE 2
Merupakan keadaan dimana
pankreas mensekresikan insulin
namun tidak dapat digunakan oleh
tubuh sehingga terjadi resistensi
insulin.
Sel beta melakukan kompensasi
dengan meningkatan sekresi insulin.
DM tipe 2 terjadi jika sel beta tidak
lagi mengeluarkan insulin sesuai
kebutuhan.
EPIDEMIOLOGI
Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan
prevalensi DM tipe 2 di berbagai
penjuru dunia.
Menurut WHO utk Indonesia
memprediksi kenaikan jumlah pasien
dari 8,4 juta pada tahun 2000 21,3
juta pada tahun 2030.
ETIOLOGI
Etiologi kegagalan fungsi sel B pd
diabetes tipe 2:
Glukotoksisitas
Lipotoksisitas FFA
Resistensi insulin
Deposit amiloid
Efek inkretin
Genetik
Glukotoksisitas Kadar glukosa darah yg berlangsung lama
menyebabkan peningkatan stres oksidatif, IL-
IB, NF-kB peningkatan apoptosis sel B
Lipotoksisitas Peningkatan asam lemak bebas yg berasal
dari jaringan adiposa akan mengalami
metabolisme non-oksidatif mjd ceramide
toksik bagi sel B apoptosis
Penumpukan Saat resistensi insulin, sel B berusaha
amiloid meningkatkan sekresi insulin yg diikuti dg
sekresi amilin shg dpt terbentuk
mendesak sel B jmlnya menurun
Resistensi insulin Obesitas
Krg gerak badan
Genetik
PATOFISIOLOGI
Mempunyai 2 defek fisiologik:
Sekresi insulin abnormal
Resistensi terhadap kerja insulin pd jaringan sasaran
(target cells)

Ada 3 fase:
Fase I: Glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat
resistensi insulin karena kadar insulin meningkat.
Fase II: resistensi insulin cenderung memburuk shg
meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak
intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia stlh
makan.
Fase III: resistensi insulin tidak berubah, tapi sekresi
insulin menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan
diabetes yg nyata.
Patofisiologi PREDISPOS LINGKUNG
AN
DM 2 ISI
GENETIK
Defek genetik
Kegemuk
an
Resistensi insulin dan multipel
obesitas
Resistensi dapat terjadi di RESISTEN
DEFEK SI
tingkat reseptor insulin SEL BETA INSULIN
atau pascareseptor PRIMER JARINGAN
Penimbunan lemak : Gangguan PERIFER
sekresi Kurangnya
TNF, asam lemak, pemanfaata
insulin
resistin n glukosa
meningkatkan resistensi HIPERGLIKEM
insulin IA
Leptin =>
meningkatkan resistensi
Kelelahan sel beta
insulin
Gangguan sekresi insulin
pada sel beta Awalnya DIEBETES
insulin meningkat untuk TIPE 2
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
Risk Factor
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada
kelompok dengan salah satu risiko DM :
1.Usia > 45 tahun
2.Berat badan lebih : BBR > 110 % BB
atau IMT >23 kg/m2
3.Hipertensi (> 140/90 mmHg)
4.Riwayat DM dalam garis keturunan
5.Riwayat abortus berulang, melahirkan
bayi cacat atau BB lahir bayi >4000
gram
6.Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan
trigliserida > 250 mg/dl
GEJALA
Gejala klasik :
Poliuria
Polidipsi
Polifagia
Penurunan BB tanpa diket sbbnya.
Gejala lainnya:
Lemah badan
Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Disfungsi ereksi pada pria
Pruritus vulvae pada wanita
Manifestasi Klinis Diabetes
Melitus
3 Cara Penegakkan
Diagnosis DM
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
>200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa >
126 mg/dl dengan adanya keluhan klasik
3. TTGO. Tes ini memiliki keterbatasan, sulit
dilakukan berulang-ulang, butuh persiapan
khusus sehingga jarang dilakukan meskipun
dengan beban 75 g glukosa, > sensitif dan
spesifik daripada pemeriksaan glukosa
plasma puasa
Kriteria Diagnosis DM

Bila hasil tidak memenuhi kriteria normal atau DM , dapat


digolongkan ::
TGT : glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199
mg/dL (7,8 11,0 mmol/L)
GDPT : glukosa plasma puasa antara 100 125 mg/dL (5,6 6,9
mmol/dL)
dan setelah TTGO, gula darah 2 jam <140 mg/dl
Evaluasi Medis Awal
Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik : TB, BB, lingkar pinggang, TD, ABI,
funduskopi, rongga mulut dan kelenjar tiroid,
jantung, evaluasi nadi, kulit, ekstremitas atas-bawah
Evaluasi Penunjang : GDP dan 2 jam post prandial,
A1C, profil lipid saat puasa (kolesterol total, HDL,
LDL, TG)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen, protein dalam urin
EKG
Foto sinar-x dada
Evaluasi Medis secara
Berkala
Pemeriksaan kadar GDP dan 2 jam
sesudah makan atau pada waktu
tertentu sesuai kebutuhan
Pemeriksaan A1C setiap 3-6 bulan
Secara berkala : jasmani lengkap,
mikroalbuminuria, kreatinin,
albumin/globulin dan ALT, kolesterol
(total, HDL, LDL, TG), EKG, foto sinar-
x dada, funduskopi
Pemeriksaan Penunjang
Diabetes Melitus
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
melalui pemeriksaan konsentrasi GDS atau
GDP, kemudian dapat diikuti dengan TTGO
standar
Untuk diagnosis + klasifikasi indeks
tambahan
1. Indeks penentuan derajat kerusakan sel
beta : konsentrasi insulin, pro-insulin, C-
peptide
2. Indeks proses diabetogenik : penentuan
tipe dan sub-tipe HLA, tipe dan titer
Bukan Belum DM
DM pasti DM

Kadar Plasma <100 100-199


GDS vena 200
(mg/dL) Darah <90 90-199
kapiler 200
Kadar Plasma <100 100-125
GDP vena 126
(mg/dL) Darah <90 90-99
kapiler 100
Cara Pemeriksaan Gula Darah/TTGO
Diabetes Melitus (WHO 1994)
Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa
(karbohidrat cukup). Kegiatan jasmani seperti yang
biasa dilakukan.
Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari
sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula
tetap diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau
1,75 gram/kg BB (anak-anak). Dilarutkan dalam air
250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
Berpuasa kembali sampai pengambilan sample
darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum
larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban
glukosa.
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa
TTGO

2 jam pasca pembebanan

200 140-199 < 140

DM TGT Normal
Langkah2 diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa
Keluhan Klinik Diabetes

Keluhan Klinik Diabetes Keluhan Klasik (-)

GDP 126 < 126 GDP 126 100 125 < 100
atau atau
GDS > 200 < 200 GDS > 200 140 199 < 140

Ulang GDS atau GDP


TTGO
GD 2 jam
GDP >126 < 126
atau
GDS 200 < 200
> 200 140 199 < 140

DIABETES MELITUS TGT GDPT NORMAL

Nasihat umum
Evaluasi status gizi
Perencanaan makanan
Evaluasi penyulit DM
Latihan jasmani
Evaluasi perencanaan makan sesuai
Berat idaman
kebutuhan
Belum perlu obat penurun glukosa
Pengukuran plasma
glukosa
Dengan nilai normal :
65-68mg%
Time course of development of diabetic nephropathy.
The relationship of time from onset of diabetes, the glomerular
filtration rate (GFR), and the serum creatinine are shown

(1)microalbuminuria atau macroalbuminuria mungkin terdeteksi pada


DM tipe2, memperlihatkan adanya periode asimptomatik yang
panjang
(2)microalbuminuria atau macroalbuminuria mungkin beriringan
dengan hipertensi pada DM2
(3)Albuminuria pada DM2 dapat berkolerasi dengan faktor-fakotr yang
sebenarnya tidak berhubungan dengan DM, misalnya hipertensi,
CHF, infeksi dan penyakit pada prostat
Algoritma urin analisis

Microalbuminuria is defined as 30300 mg/d in a 24-h collection or 30


300 mg/mg creatinine in a spot collection (preferred method).
Manajemen DM Tipe 2

Kendali Kelainan komorbid Penapisan/pengelol


Glukosa 1. Dislipidemi aan komplikasi
1. Diet/gaya 2. Hipertensi 1. Retinopati
hidup 3. Obesitas 2. Nefropati
sehat 4. PJK 3. Neuropati
2. Latihan 4. Penyakit KV
jasmani 5. Komplikasi lain
3. Obat/insuli
n
Tujuan Penatalaksanaan DM
Jangka pendek :
Hilangnya keluhan dan tanda DM,
Mempertahankan rasa nyaman dan
Tercapainya target pengendalian
glukosa darah
Jangka panjang :
Tercegah dan terhambatnya progresivitas
penyulit mikroangiopati, makroangiopati
dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan
turunnya morbiditas dan mortalitas dini DM
4 pilar utama pengelolaan DM:

1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi
Farmakologi
KIE DM
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit dan faktor risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
Intervensi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan
obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasi
glukosa darah atau urin
Menangani sementara keadaan gawat darurat seperti
rasa sakit atau hipoglikemi
Pentingnya latihan jasmani
Masalah khusus (seperti hiperglikemi pada kehamilan)
Cara mempergunakan fasilitas kesehatan
PENYULUHAN (KIE) DM
Tujuan utama penyuluhan pada penyandang DM tipe 1:
Mencapai penatalaksanaan mandiri yang efektif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup
Meningkatkan motivasi dan sikap kemandirian dalam
pelaksanaan penyakitnya
Edukasi dilakukan dengan pengajaran individual kepada pasien dan
keluarganya, dapat diikuti dengan pemberian booklet, pedoman
tertulis, dll sesuai usia anak
Hal-hal yang ingin dicapai:
Mengoptimalkan penggunaan insulin dan konsekuensinya
Mengerti hasil dan komplikasi terapi insulin dan cara
mengantisipasinya
Mengerti kegunaan terapi lainnya seperti dietetik dan latihan
jasmani
Dapat memanfaatkan tenaga ahli profesional diabetes
Menghindari sikap destruktif dan berusaha mengatasi stress
yang timbul
Terapi gizi medis DM
Tujuan:
Menyediakan asupan energi dan nutrisi adekuat supaya tumbuh
kembang anak optimal
Mendorong kebiasaan makan sehat yang berlangsung seumur
hidup dgn memperhatikan aspek sosial, kultural, dan psikologis
Mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati
normal
Mencapai dan mempertahankan BB ideal
Mampu melakukan latihan fisik secara teratur
Mencegah terjadinya komplikasi
Karbohidrat :
45-65% total asupan energi
Pembatasan <130 g/hr tidak dianjurkan
Sukrosa tidak boleh >5% total asupan energi
Makan 3x sehari untuk mendistribusikan asupan KH
Garam < 3000 mg/hari (hipertensi <2400 mg/hari)
Serat 25 g/hari
Lemak :
20-25% kebutuhan kalori
Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal
Batasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak
trans : daging berlemak dan susu penuh (whole milk)
Anjuran konsumsi kolesterol <200mg/hari. Diusahakan
lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh
Protein
10-20% total asupan energi
Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
tahu, tempe, kacang-kacangan
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan
protein menjadi 0.8g/kgBB atau 10% dari kebutuhan energi
Pemanis : berkalori dan tak berkalori
Pemanis berkalori: gula alkohol( isomalt, lacitol,
maltitol,manitol,sorbitol dan xylitiol) dan fruktosa (tidak
dianjurkan karena ES pada lemak darah)
Diet
Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai
dengan usia pubertas dapat juga ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas :
50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun
dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.
Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :
20% berupa makan pagi.
10% berupa makanan kecil.
25% berupa makan siang.
10% berupa makanan kecil.
25% berupa makan malam.
10% berupa makanan kecil.
Pengobatan penyakit penyerta seperti infeksi dan lain-
lain
Cara menghitung kalori pada
pasien DM

1. Menghitung Berat Badan (BB) ideal pasien


Rumus Broca
BB ideal = 90% x (TB dalam cm -100) x 1
kg
BB ideal (pria <160 cm, wanita <150 cm):
(TB dalam cm -100) x 1 kg
BB kurus = < BBI 10%
BB normal = BBI + 10%
BB gemuk = > BBI + 10%
Gemuk = >120 % BB idaman
2. Menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan
a. Menghitung kebutuhan basal dengan cara :
Pria = BB ideal x 30
Wanita = BB ideal x 25
Lalu kalori ditambahkan sesuai dengan kegiatan
sehari-hari.

Ringan Sedang Berat


100-200 kkal/jam 200-350 kkal/jam 400-900 kkal/jam
Mengendarai Rumah tangga Aerobik
mobil Bersepeda Bersepeda
Memancing Bowling Memanjat
Kerja laboratorium Jalan cepat Menari
Kerja sekertaris Berkebun Lari
Mengajar kerja Golf Sepak bola
Sepatu roda Tenis
b. Kebutuhan basal dihitung seperti
a,tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal
Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori
basal.
Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori
basal.
Kerja berat,ditambah 40-100% dari
kalori basal.
Pasien kurus, masih tumbuh kembang,
terdapat infeksi,sedang hamil atau
menyusui, ditambah 20-30% dari kalori
c. Kebutuhan kalori dihitung
berdasarkan kkal/kgBB idaman
Dewasa
Kerja Kerja Kerja
santai sedang berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Latihan jasmani
Manfaat olaharaga:
Meningkatkan penurunan kadar glukosa darah,
mencegah kegemukan,
mencegah komplikasi aterogenik, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah,
hiperkoagulasi darah
Mengurangi resiko penyakit jantung koroner
Meningkatkan kualitas hidup dan psikologis
Tahap2 melakukan olahraga pada DM:
Pemanasan (warm up)
Latihan inti (conditioning)
Pendinginan (cooling down)
Peregangan (stretching)
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu) selama + 30 menit
Bersifat CRIPE (continuous, rhythmical,
interval, progressive, endurance training)
Mencapai zona sasaran yaitu 75-85% denyut
nadi maksimal.
Denyut nadi maksimal (DNM)
DNM=220 umur (dalam tahun)
Target : 60-70% dari Maximum Heart Rate
( MHR )
Tipe OR dianjurkan : Jalan, bersepeda,
jogging, berenang
Disesuaikan dengan umur dan kemampuan
jasmani
Contoh :
Olahraga ringan : berjalan biasa selama 30
Terapi Farmakologi Diabetes Melitus

Pemicu sekresi insulin


Sulfonilurea; tolbutamid, asetoheksamid,
tolazamid, klorpropamid
Glinid; repraglinid, Nateglinid
Penambah sensitivitas thdp insulin
Tiazolidindion (glitazone)
Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Penghambat glukosidase alfa (penghambat
absorpsi glukosa)
Acarbose
DPP-IV inhibitor
Cara Pemberian OHO
Mulai dengan dosis kecil
bertahap sesuai respon kadar glukosa
darah,
dapat diberikan sampai dosis hampir
maksimal
Sulfonilurea generasi I & II : 15-30 menit
sblm makan
Glimepiride : Sebelum / sesaat sebelum
makan
Repaglinid, Nateglinid : sesaat / sebelum
makan
Diet & Medikamentosa
INSULIN
TIPE TIPE INSULIN
Insulin kerja cepat cepat diabsorpsi
(RAPID) Novorapid, Humalog, Apidra
Insulin kerja singkat insulin reguler merupakan satu-satunya
(SHORT) larutan insulin
insulin reguler satu-satunya produk
insulin cocok diberikan IV
Actrapid, Humulin R
Insulin kerja sedang mengandung protamin dan zink yang
memiliki pengaruh imunologik
(urtikaria)
Monotrad, insulatrad, humulin N
Insulin kerja panjang punya kadar zink tinggi untuk
memperpanjang waktu kerja, cth :
ultralente
Insulin basal seperti Glargine (lantus),
dan Detemivir (Levemir) tidak punya
o Insulin rapid acting
direkomendasikan untuk digunakan pada
jam makan/ penatalaksanaan saat sakit.
Dapat diberikan dalam regimen 2x sehari
atau regimen basal bolus
Contoh: insulin Lispro, Aspart
o Insulin short acting
digunakan untuk mengatasi keadaan
akut seperti ketoasidosis, penderita
baru dan tindakan bedah
o Insulin intermediate acting
diberikan pada pasien yang telah memiliki pola hidup
lebih teratur
Diberikan dalam regimen 2x sehari dan sebelum tidur
pada regimen basal-bolus
contoh: isophane/ insulin NPH, insulin Crystalline zinc-
acetate
o Insulin kerja panjang
mempunyai masa kerja>24 jam
contoh: ultralente
o Insulin kerja campuran
insulin acting/short+intermediate
INSULIN
Pencegahan Diabetes
Melitus
Primer Ditujukan kepada mereka yg Berupa penyuluhan:
memiliki faktor resiko, yakni Program penurunan BB
mereka yg blm terkena, tp Latihan jasmani
berpotensi utk mjd DM dan
kelompok prediabetes.

Sekunder Bertujuan utk menghambat Berupa:


timbulnya penyulit pada DM yg Pemberian pengobatan
tlh menderita DM. yg ckp
Deteksi dini penyulit DM
sejak dini
Tersier Ditujukan pd kelompok diabetesi Berupa:
yg telah mempunyai penyulit Upaya rehabilitasi DM
dalam upaya mencegah sedini mungkin (sblm
terjadinya kecacatan lebih lanjut kecacatan menetap)
Prognosis Diabetes Melitus
Risiko kematian dini penderita diabetes adalah
dua kali bahwa orang yang tidak menderita
diabetes
Prognosis tergantung pada tipe diabetes, tingkat
gula darah kontrol, dan pengembangan komplikasi
DM Tipe 1
Sekitar 15% dari orang-orang dengan diabetes
tipe 1 meninggal sebelum usia 40 tahun
(diabetes ketoasidosis, gagal ginjal, dan
penyakit jantung)
DM Tipe 2
Harapan hidup orang-orang yang didiagnosis
dengan diabetes tipe 2 di 40-an mereka
Komplikasi
Komplikasi
Akut
Hipoglikemia
Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa
darah dibawah 60 %, hipoglikemi baru timbul
gejal bila kadar glukosa lebih rendah dari 45 %.

Hipoglikemi terjadi karena ketidakmampuan hati


memproduksi glukosa.

Disebabkan oleh :
penurunan bahan pembentuk glukosa
penyakit hati
ketidakseimbangan hormonal
Hipoglikemia
Etiologi hipoglikemia :
Hipoglikemi pada DM stadium dini

Hipoglikemi dalam rangka pengobatan DM


o Penggunaan insulin
o Penggunaan sufonilurea
o Bayi yang lahir dari ibu yang DM

Hipoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM


o Hiperinsulinisme alimenter post gastrektomi
o Insulinoma
o Penyakit hati berat
o Tumor ekstra pankreatik
o hipopituitarisme
Hipoglikemia
Tanda-tanda pada hipoglikemia mulai muncul saat glukosa
darah <50 mg/dL.
o Std. parasimpatik : lapar, mual, TD turun.
o Std. ggg otak ringan ( glukosa darah <40 mg/dl ) :
lemah, lesu, sulit bicara, bingung, mengantuk.
o Std. simpatik : keringat dingin, berdebar-debar.
o Std. ggg otak berat ( glukosa darah <20 mg.dl ) : koma
dgn atau tanpa kejang, meninggal.
Hipoglikemia
PENGOBATAN HIPOGLIKEMI
Stadium permulaan pemberian gula murni (2 sendok
(sadar) makan) atau sirup, permen dan
makanan yang mengandung hidrat
arang
stop obat hipoglikemik, periksa GDS
Stadium lanjut penanganan harus cepat dan tepat
beri larutan glukosa 40% sebanyak 2
flakon IV setiap 10-20 menit
beri cairan dextrose 10% per infus 6
jam per kolf
bila belum teratasi, beri antagonis
insulin (adrenalin, kortison atau
glukagon)
Hiperglikemia
Hiperglikemik non ketotik ditandai dengan
hiperglikemi berat non ketotik atau asidosis
ringan.

Pada keadaan lanjut dapat menjadi koma


(sindrom hiperglikemik berat, hiperosmolar,
dehidrasi berat tanpa ketoasidosis disertai
menurunnya keasadaran).

Pengobatan utama : rehidrasi ( memberikan


cairan untuk mengatasi dehidrasi yaitu NaCl
dengan insulin dosis kecil )
Rehidrasi
NaCl isotonik atau hipotonik setengah N 1000 ml/jam
sampai cairan intravaskular membaik.
Pemberian cairan isotonik dipertimbangkan untuk pasien
dengan gagal jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia
Glukosa 5% diberikan jiika GD 200-250mg%

Insulin
pasien hiperosmolar hiperglikemik non ketotik
sensitif terhadap insulin
pemberian insuli drip sangat dianjurkan

Kalium
pemberian kalium dikurangi jika tampak fungsi
ginjal membaik

Hindari infeksi sekunder


Hati-hati dengan suntikkan, pemasangan infus
set, kateter, dll.
Ketoasidosis
Diabetik Glukagon
Insulin

Jaringan lemak Hati Hati Jaringan tepi

Lipolisis Ketogenesis Glukoneogenesis Pengunaan


glukosa

Asidosis Asidosis (ketosis)


(ketosis)
Diuresis osmotik
Tanda KHAS HIPERGLIKEMI :
Kesadaran menurun dan dehidrasi Hipovolemia
berat
Dehidrasi
Tanda KHAS KAD :
Hiperglikemi berat dengan
Ketoasidosis
Diabetik
Diagnosis
Kriteria diagnosis KAD, adalah :
Kadar glukosa > 250 mg%
pH<7,35
HCO3 rendah (< 15 meq/L)
Anion gap yang tinggi
Keton serum positif
Rehidrasi
NaCl 0.9% sebanyak 1 liter pada 30 menit pertama, kemudian
0.5 liter pada menit kedua
Plasma expnader berguna dalam keadaan syok
Bila GD < 200 mg/dL, NaCl diganti dengan dextrose 5%

Insulin
Diberikan pada jam kedua dalam bentuk bolus (IV) dosis
180mU/kgBB, lanjutkan 90mU/jam/kgBB.
Bila GD < 200mg/dL kecepatan dikurangi menjadi
45mU/jam/kgBB
Bial GD sabil lanjutkan drip insulin 1-2 unit/jam

Bikarbonat
Koreksi natrium bikarbonat dilakukan bila pH <7,1

Kalium
Diberikan pada pasien yang tidak syok
Dapat dilakukan per infus, per oral (sadar)

Antibiotik
Untuk mencegah infeksi dan mecegah luasnya infeksi
Sefalosporin 2 3 gr IV / harii atau floxacine
Patofisiologi Retinopati
Diabetik
5 proses dasar di tingkat kapiler
1. Pembentukan mikroaneurisma
2. Peningkatan permeabilitas PD
3. Penyumbatan PD
4. Proliferasi PD baru (neovascular) dan
jaringan fibrosa di retina
5. Kontraksi dari jaringan fibrosis kapiler dan
jaringan vitreus
penyumbatan dan hilangnya perfusi
iskemia retina
Kebutaan akibat Retinopati
Diabetik
Terjadi melalui beberapa mekanisme
1. Edema makula atau nonperfusi kapiler
2. Pembentukan PD baru pada retinopati
diabetik proliferatif dan kontraksi jaringan
fibrosis ablasio retina
3. PD baru yang terbentuk perdarahan
preretina dan vitreus
4. Pembentukan PD baru glaukoma
1. Perdarahanflame-
shaped
2. Soft exudate
3. Cotton woolspots
4. Mikroaneurisma
Stadium Retinopati
Diabetikum
Stadium secara umum :
Proliferatif dengan mikroaneurisma, perdarahan retina,
eksudat, shunt, kelainan vena
Proliferatif dg neovaskularisasi
Stadium menurut Daniel Vaughan dkk :
Stadium 1 Mikroaneurisma
Perdarahan bulat kecil di papil dan makula
Vena sedikit melebar
Stadium 2 Vena melebar
Eksudat kecil, keras spt lilin, tersebar seperti bunga ( circinair )
Stadium 3 Std 2 + cotton wool patches akibat iskemi arteriola terminal
Stadium 4 Vena melebar, sianosis seperti sosis disertai sheating p.d.
Perdarahan pada semua retina dan preretina
Stadium 5 Perdarahan besar di retina, preretina dan badan kaca
Proliferasi retinitis ablasi retina kebutaan total
Stadium Retinopati Diabetikum
menurun FK UI :
Derajat I : mikroaneurisma tanpa fatty
exudate pada fundus okuli
Derajat II : mikroaneurisma, perdarahan
bintik, bercak dg / tanpa fatty exudae pd
fundus okuli
Derajat III : mikroaneurisma, perdarahan
bintik dan bercak, neovaskularisasi,
proliferasi pd fundus okuli
Gejala :
Penurunan ketajaman penglihatan sentral
yg berlangsung perlahan bergantung
lokaisasi, luas dan beratnya kelaianan
Metode Pencegahan +
Pengobatan
Kontrol glukosa darah
Kontrol TD
Ablasi kel hipofisis melalui pembedahan/
radiasi (jarang)
Fotokoagulasi dengan sinar laser :
1. Panretinal untuk RDP atau glaukoma
neovaskuler
2. Fokal untuk edema makula
. Vitrektomi untuk perdarahan vitreus atau
ablasio retina
Nefropati
Diabetika
Sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan
albuminuria menetap (>300mg/24jam atau >200ig/menit)
pada minimal 2x pemeriksaan dalam 3-6 bulan.
Gula darah kurang terkendali
GDP >140-160mg/dL
HbA1c >7-8%
Etiologi :
Faktor genetis
Kelainan hemodinamik (pean aliran darah ke ginjal dan
LFG, pean tekanan intraglomerulus)
Hipertensi sistemik
Sindrom resistensi insulin
Radang
Hiperlipidemia
Aktivasi PKC
Nefropati
Diabetika
Etiologi :
Perubahan permeabilitas pembuluh darah
Asupan protein berlebih
Gangguan metabolik (kelainan metabolisma
poliol, pembentukan AGEs, pean sitokin)
Pelepasan GF
Kelainan metabolisme karbohidrat/ lemak/
protein
Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, dll)
Gangguan pompa ion (pean Na+-H+ pump dan
pean Ca2+-ATPase pump)
PATHOPHYSIOLOGY
SEVERE KIDNEY
GLUCOSU
DIABETE FUNCTION
RIA DECLINES
S

UREA &
GLOMERULO CREATININE
ACCUMULAT
-
E IN THE
SCLEROSIS BLOOD
(DIFFUSE/
NODULAR CAPILLARY
INTERCAPIL BASEMENT
PROTEINU MEMBRANES &
LARY
RIA RENAL THE MESANGIUM
OF RENAL
INSUFICIE GLOMERULI
NCY THICKENED
Nefropat
i
Diabetik
a
Patogenesis Neuropati Diabetik
(ND)
Aktivasi AGEs
Hiperglikemia berkepanjangan

Sintesis + fungsi Toksik dan


Aktivasi jalur pliol
NO merusak semua
S protein tubuh
E termasuk sel
L Akumulas
Akumulasi Vasodilatasisaraf
Aliran
S i fruktosa
A sorbitol darah ke
R saraf
A Inhibisi input ND
F Sel saraf rusak mioinositol
ke dalam sel
saraf Mioinositol dalam sel saraf
Aktivasi PKC Gangguan transduksi
sinyal saraf
Diabetic Foot
Ulcer
Hiperglikemia kelainan neuropati
kelainan pembuluh darah perubahan
pada kulit dan otot ulkus.
Klasifikasi:
Stage 1: normal foot
Stage 2: high risk foot
Stage 3: ulcerated foot
Stage 4: infected foot
Stage 5: necrotic foot
Stage6: unsalvable foot
Diabetic Foot
Ulcer
Komplikasi jangka panjang dari
diabetes
Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena

Plak aterosklerotik terbentuk &


menyumbat arteri berukuran besar Sirkulasi yg jelek
atau sedang di jantung, otak, tungkai menyebabkan
& penis. penyembuhan luka yg jelek
Pembuluh darah Dinding pembuluh darah kecil & bisa menyebabkan
mengalami kerusakan sehingga penyakit jantung, stroke,
pembuluh tidak dapat mentransfer gangren kaki & tangan,
oksigen secara normal & mengalami impoten & infeksi
kebocoran

Gangguan penglihatan &


Terjadi kerusakan pada pembuluh
Mata pada akhirnya bisa terjadi
darah kecil retina
kebutaan

Penebalan pembuluh darah ginjal


Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal Protein bocor ke dalam air kemih
Gagal ginjal
Darah tidak disaring secara normal
Kelemahan tungkai yg
terjadi secara tiba-tiba atau
Kerusakan saraf karena glukosa tidak secara perlahan
Saraf dimetabolisir secara normal & karena Berkurangnya rasa,
aliran darah berkurang kesemutan & nyeri di
tangan & kaki Kerusakan
saraf menahun

Tekanan darah yg naik-


Kerusakan pada saraf yg turun Kesulitan menelan &
Sistem saraf
mengendalikan tekanan darah & perubahan fungsi
otonom
saluran pencernaan pencernaan disertai
serangan diare

Berkurangnya aliran darah ke kulit & Luka, infeksi dalam (ulkus


Kulit hilangnya rasa yg menyebabkan diabetikum) Penyembuhan
cedera berulang luka yg jelek

Mudah terkena infeksi,


Darah Gangguan fungsi sel darah putih terutama infeksi saluran
kemih & kulit

Gluka tidak dimetabolisir secara Sindroma terowongan


Jaringan ikat normal sehingga jaringan menebal karpal Kontraktur
atau berkontraksi Dupuytren
Daftar pustaka
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL,
Longo DL, Jameson JL, et al, editors. Harrisons
principle of internal medicine. 17 th ed. USA:
Mc.Graw Hill medical, 2008
Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
2006. Jakarta: FKUI
Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia,Konsensus,pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
2011
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran
pathologic basis of disease. 7th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders, 2005.
Ganong

Anda mungkin juga menyukai