Anda di halaman 1dari 22

S IN U S ITIS

LATAR BELAKAN G

Kejadian sinusitis umumnya disertai


atau dipicu oleh rhinitis sehingga
sinusitis sering juga disebut dengan
rhinosinusitis.
Penyebab utamanya ialah infeksi
virus yang kemudian diikuti oleh
infeksi bakteri. Secara epidemiologi
yang paling sering terkena adalah
sinus maksila.
AN ATO M ISIN U S PARAN ASAL
Sinus maxila bentuknya pyramid, dasar
piramid berada pada dinding lateral hidung,
sedangkan apeksnya berada pada pars
zygomaticus maxillae. Sinus ini merupakan
sinus terbesar dengan volume kurang lebih
15 cc pada orang dewasa. Sinus maksilaris
berhubungan dengan cavum orbita
(dibatasi oleh dinding tipis yang berisi n.
infra orbitalis sehingga jika dindingnya
rusak maka dapat menjalar ke mata), gigi
(dibatasi dinding tipis atau mukosa pada
daerah P2 Molar) dan ductus nasolakrimalis
(terdapat di dinding cavum nasi).
Sinus ethmoidal bentuknya berupa
rongga tulang yang menyerupai sarang
tawon, yang terletak antara hidung dan
mata Sinus ethmoidalis berhubungan
dengan fossa cranii anterior (dibatasi
oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa,
orbita (dilapisi dinding tipis yakni
lamina papiracea), nervus optikus dan
nervus, arteri dan vena ethmoidalis
anterior dan posterior
Sinus frontalis dapat terbentuk atau tidak.
Sinus frontalis terletak di os frontalis yang
tidak simetri antara kanan dan kiri.
Volume pada orang dewasa 7cc. Sinus
frontalis bermuara ke infundibulum
(meatus nasi media).Sinus frontalis
berhubungan dengan fossa cranii anterior
(dibatasi oleh tulang compacta), orbita
(dibatasi oleh tulang compacta)dan
dibatasi oleh periosteum, kulit dan tulang
diploic
Sinus sfenoidalis rerbentuk pada
fetus usia bulan III Sinus sfenoidalis
terletak pada corpus, alas dan
processus os sfenoidalis.Volume
pada orang dewasa 7 cc. Sinus
sfenoidalis berhubungan dengan
sinus cavernosus pada dasar cavum
cranii. glandula pituitari, chiasma
n.opticum, ranctus olfactorius dan
arteri basillaris brain stem (batang
otak).
EPID EM IO LO G I

Sinusitis adalah penyakit yang


benyak ditemukan di seluruh dunia,
terutama di tempat dengan polusi
udara tinggi. Iklim yang lembab,
dingin, dengan konsentrasi pollen
yang tinggi terkait dengan prevalensi
yang lebih tinggi dari sinusitis.
Data dari DEPKES RI tahun 2003
menyebutkan bahwa sekitar 102.817
penderita rawat jalan di rumah sakit.
D EFEN ISID AN KLASIFIKASI

Sinusitis adalah peradangan yang


terjadi pada rongga sinus paranasal.
Sinusitis bisa terjadi pada salah satu
dari keempat sinus yangada
(maksilaris, etmoidalis, frontalis atau
sfenoidalis).
SIN U S M AKSILARIS

Biasanya nyeri pada bagian pipi


(tumpul/menusuk)
Demam
Malaise
Nyeri kepala
Wajah terasa penuh
Dan dapat disertai sakit pada gigi
SIN U S ETH M O ID ALIS

Nyeri pada pangkal hidung


Kadang-kadang nyeri pada bola
mata, terutama bila digerakkan
Didapati post nasal drip dan
sumbatan pada hidung
Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nyeri tekan pada pangkal hidung
SIN U S FRO N TALIS

Nyeri berlokasi pada atas alis mata


Bengkak pada daerah supra orbita

Pada pemeriksaan fisik nyeri yang


hebat pada palpasi dan perkusi
diatas daerah sinus yang terinfeksi
SIN U S SFEN O ID

Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh


nyeri kepala yang mengarah ke
verteks kranium. Penyakit ini lebih
lazim menjadi bagian dari
pansinusitis dan oleh karena itu
gejalanya menjadi satu dengan
gejala infeksi sinus lainnya.
ETIO LO G I

ISPA akibat virus, rhinitis alergi, polip hidung.


Kelainan anatomi : deviasi septum atau
hipertrofi konkha, sumbatan kompleks
osteomeatal.
Infeksi tonsil, infeksi gigi dan kelainan
imunologik.
Bakteri yang ditemukan pada sinusitis akut.
1. Streptococcus pneumonia (30-50%)
2. Haemophilus influenza (20-40%)
3. Moraxella catarhalis 4%, pada anak 20%
PATO G EN ESIS
D IAG N O SIS
Gejala mayor Gejala minor
Nyeri pada daerah Sakit kepala
wajah
Sekret nasal purulen Batuk
Demam Rasa lelah
Obstruksi nasal Halitosis
Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi

Pemeriksaan fisik rhinoskopi anterior dan


posterior, pemeriksaan naso-endoskopi
Foto polos posisi waters, PA dan lateral
CT-SCAN
Transiluminasi
Pus pada meatus Pembengkakan pipi
medius pada pasien sinusitis

Gambaran air fluid


level
PEN ATALAKSAN AAN

Tujuan penatalaksanaan
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik.

Terapi pada pasien sinusitis:


Antibiotik
Antihistamin
Dekongestan
Steroid
Jika tidak responsif dilakukan
pembedahan, seperti
Adenoidektomi
Irigasi dan drainase
Septoplasti
Andrallavage
Caldwell luc
Functional endoscopic sinus surgery
(FESS)
KO M PLIKASI

Kelainan orbita :
Edema palpebra, selulitis orbita, abses
subperiosteal, abses orbita dan terjadi
trombosis sinus kavernosus.
Kelainan intrakranial:
Meningitis, abses ekstradural dan subdural,
abses otak dan terjadi trombosis sinus
kavernosus
Kelainan paru :
Bronkitis, bronkiektasis dan dapat
menyebabkan kambuhnya asma bronkial.
PRO G N O SIS

Prognosis untuk penderita sinusitis akut


yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara
spontan tanpa pemberian antibiotik
Terkadang juga penderita bisa mengalami
relaps setelah pengobatan namun
jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 % dan
dapat menyebabkan komplikasi jika tidak
diobati dengan pengobatan yang adekuat.
Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik
yaitu jika dilakukan pengobatan yang dini
maka akan mendapatkan hasil yang baik.
TERIM A KASIH

Anda mungkin juga menyukai