Anda di halaman 1dari 46

Eklamsi Gemeli

Wandito gayuh utomo


Identitas pasien
Nama : Ny. V
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Bobotsari Kab. Purbalingga
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Suami : Tn. S
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bobotsari, Kab. Purbalingga
Agama : Islam
Tanggal masuk RSMS : 01 Juli 2011
Tanggal periksa : 01-08 Juli 2011
No.CM : 857688
Keluhan Utama : Kejang
Keluhan Tambahan : Sesak napas, kenceng-kenceng, keluar air dari jalan
lahir
RPS
Pasien baru datang ke IGD RSMS dengan surat pengantar RS Emanuel pada
tanggal 01 Juli 2011 pukul 22.30 WIB. Sebelum ke RS Emanuel, ia dibawa ke
RS Nirmala karena kondisi yang tidak kunjung membaik, pasien di rujuk.
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak dua jam SMRS. Sebelumnya
pasien mengalami dua kali kejang masing-masing berdurasi sekitar satu
menit. Kejang pertama terjadi sekitar pukul 20.30 kemudian kejang kedua
pukul 21.00. Saat kejang pasien tetap membuka mata dan sadar. Suaminya
mendeskirpsikan kejang yang dialami pasien sebagai gerakan berulang-
ulang dari kaki dan tangannya. Selain itu, ia juga mengeluhkan sesak napas
yang terjadi beberapa saat setelah kejang kedua terjadi.
Pasien mengeluhkan kenceng-kenceng sudah mulai dirasakan sejak enam
jam SMRS. Sejak dua jam SMRS, ia juga mengeluhkan keluar air ketuban dari
jalan lahir. Pasien menyangkal keluar lendir dan darah lewat jalan lahir. Sejak
empat hari SMRS, dia merasakan bengkak yang timbul bersamaan pada
kedua tungkainya.
RPD
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Paru : disangkal
Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Hipertensi : (+) sejak kehamilan Trimester I
Riwayat Alergi : disangkal
RPK
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Paru : disangkal
Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : teratur
Jumlah darah haid: normal (sehari ganti pembalut 2-3 kali)
Riwayat Menikah
Pasien menikah sebanyak satu kali selama satu tahun.
Riwayat Obstetri G1P0A0
I : Hamil ini
HPHT : 30 September 2010
HPL : 6 Juli 2011
UK : 39+1 minggu
Riwayat ANC
Pasien kontrol kehamilan teratur ke bidan puskesmas. Pasien
mengemukakan sejak usia kehamilan 3 bulan, ia mengalami tekanan darah
tinggi dan kemudian kontrol beberapa kali hingga tekanan darah kembali
mendekati normal. Pada usia kehamilan 9 bulan ia mengalami kenaikan
tekanan darah kembali dan kembali normal sampai dua minggu sebelum
masuk rumah sakit.
Riwayat KB
Tidak pernah menggunakan KB dalam bentuk apapun
sebelumnya.
Riwayat Ginekologi
Riwayat Operasi : tidak ada
Riwayat Kuret : tidak ada
Riwayat Keputihan : tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan suaminya bekerja
sebagai wiraswasta. Kesan sosial ekonomi keluarga adalah
golongan menegah ke bawah. Pasien menggunakan
Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam masalah kontrol
kehamilan dan persalinan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sesak napas
Kesadaran : GCS E4M6V5
Vital Sign : TD : 160/110 mmHg
N : 100x/menit
RR : 44 x/menit
S : 36,5 0C
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan: 49kg
Status Gizi : cukup BMI ???
Status Generalis
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : mesocephal, simetris
Mata : simetris, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm, edema palpebra -/-
Telinga : discharge -/-
Hidung : discharge -/-, nafas cuping hidung +/+
Mulut : sianosis (+), lidah kotor -/-
Pemeriksaan leher
Trakea : deviasi (-)
Gld Tiroid : ttb
Limfonodi Colli : ttb
JVP : 5+2 cm
Pemeriksaan Toraks
Paru
Inspeksi : dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi intercosta (-), pulsasi epigastrium (-), pulsasi parasternal (-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan = paru kiri
Ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler, RBH +/+, RBK -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi : ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
ictus cordis kuat angkat (-)
Perkusi : batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspkesi : cembung, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi : pekak, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Pemeriksaan ekstermitas
Superior : edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis -/-
Inferior : edema (+/+), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis -/-
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi : Cembung gravid
Palpasi : TFU 35 cm
Leopold I : teraba satu bagian bulat lunak dan satu bagian bulat
keras
Leopold II : teraba tahanan memanjang di sisi kanan dan kiri ibu
Leopold III : teraba satu bagian bulat lunak dan satu bagian bulat
keras masuk PAP
Leopold IV : konvergen
Perkusi : pekak
Auskultasi : DJJ (-)

Genitalia Eksterna
Vaginal Toucher:
Pembukaan 5 cm, kepala turun H 1, Kulit Ketuban (-), portio tipis dan
lunak

Diagnosis
G1P 0A0, 21 tahun, Umur Kehamilan 39+6 mg, Janin Ganda, I:
presentasi kepala punggung kanan I: presentasi bokong punggung
kiri, inpartu kala 1 fase aktif dengan Gemelli, IUFD dan Eklampsia.
Urinalisis
Sikap
1 Juli 2011
Pukul 23.00 Lapor dr. Hendro B, Sp. OG
Instruksi :
Cek Lab Darah dan Urin Lengkap
MgSO4 4gr bolus iv
MgSO4 6gr drip 20 tpm setelah hasil lab mendukung
Inj Furosemid 2 ampul ekstra
Inj Ceftriakson 2x1 gram iv (skin test)
Pasang DC
Konsul anestesi pro rawat ICU
Stabilisasi KU
Rencana partus per vaginam peringan kala II dengan VE
Pukul 22.30 Residen anestesi memeriksa
KU/Kes :Tampak sesak napas/Compos mentis
TD : 160/110
N : 82 x/ menit
RR : 44x/ menit
DJJ (-)
Acc rawat ICU untuk stabilisasi KU
2 Juli 2011
Pukul 11.00 dr. Hendro B, Sp. OG memeriksa:
VT: Pembukaan 5 cm, KK (-), Kepala turun H1, portio tipis lunak
Instruksi : Pro SC a.i. Partus Tak Maju
Konsul Anestesi
Pukul 11.30 Residen Anestesi memeriksa : Acc op SC
Pukul 13.30 Operasi dimulai
Pukul 13.40 Bayi I Lahir IUFD
Pukul 13.42 Bayi II Lahir IUFD
Pukul 14.00 Operasi Selesai
Tanggal 2 Juli 2011
Pukul 13.40 WIB Bayi I Lahir dengan SCTP
Pukul 13.42 WIB Bayi II Lahir dengan SCTP
Jenis Kelamin Bayi I : Perempuan
Berat Badan Lahir : 3590 gram
Jenis Kelamin Bayi II : Perempuan
Berat Badan Lahir : 3700 gram
-7-2011 -nyeri pada luka operasi KU/kes : sedang/ CM PiA0, umur 21 tahun, Post Sectio caesarea trans Inj Amoxicillin 3x1 amp
- BAB (-) TD : 140/100 mmHg peritoneal Hari +1 atas indikasi gemelli IUFD Inj lasix 2x1 amp
- kentut (+) N : 117 x/menit preeclampsia berat, gagal nafas dan partus tak As. Mefenamat 3x1 tab
- BAK (+) DC RR : 27 x/menit maju Rob 2 x 1 tab
S : 36,5C
Status Generalis :
- Mata : CA +/+, SI :-/-- C : dbn
- P : SDV, Rbh +/+
Status Lokalis :
Reg. Abdomen :
Inspeksi :
- datar, supel
Palpasi :
- TFU 3 jari pusar
- Nyeri tekan (-)
Auskultasi :
- BU (+) N
Reg. Genitalia :
- DC (+)
- PPV (-)

-8-2011 - BAB (+) KU/kes : sedang/ CM PiA0, umur 21 tahun, Post Sectio caesarea trans Terapi lanjutan
- kentut (+) TD : 140/100 mmHg peritoneal Hari +2 atas indikasi gemelli IUFD
- BAK (+) N : 80 x/menit preeclampsia berat, gagal nafas dan partus tak
RR : 20 x/menit maju
S : 36,8C
Status Generalis :
- Mata : CA -/-, SI :-/-
-C : dbn
- P : SDV, Rbh +/+
Status Lokalis :
Reg. Abdomen :
Inspeksi :
- datar, supel
Palpasi :
- TFU 3 jari pusar
- kontraksi baik
Tanggal Subjektif Objektif Assasment Planning
6-7-2011 -nyeri pada luka operasi KU/kes : sedang/ CM PiA0, umur 21 tahun, Post Sectio caesarea Amoxicillin 3x1
- BAB (-) TD : 138/32 mmHg trans peritoneal Hari + atas indikasi gemelli As. Mefenamat 3x1
- kentut (+) N : 62 x/menit IUFD preeclampsia berat, gagal nafas dan Rob 2 x 1
- BAK (+) DC RR : 22 x/menit partus tak maju
S : 36,5C
Status Generalis :
- Mata : CA +/+, SI :-/-
- C/P : dbn
Status Lokalis :
Reg. Abdomen :
Inspeksi :
- datar, supel
Palpasi :
- TFU 3 jari pusar
- Nyeri tekan (-)
Auskultasi :
- BU (+) N
Reg. Genitalia :
- DC (+)
- PPV (-)

7-8-2011 - BAB (+) KU/kes : sedang/ CM PiA0, umur 21 tahun, Post Sectio caesarea Terapi lanjutan
- kentut (+) TD : 140/100 mmHg trans peritoneal Hari + atas indikasi gemelli
- BAK (+) N : 80 x/menit IUFD preeclampsia berat, gagal nafas dan
RR : 20 x/menit partus tak maju
S : 36,8C
Status Generalis :
- Mata : CA -/-, SI :-/-
- C/P : dbn
Status Lokalis :
Reg. Abdomen :
Inspeksi :
- datar, supel
Palpasi :
- TFU 3 jari pusar
- kontraksi baik
- Nyeri tekan (-)
8-7-2011 - BAB (+) KU/kes : sedang/ CM PiA0, umur 21 tahun, Post Sectio caesarea Terapi lanjutan
- kentut (+) TD : 110/70 mmHg trans peritoneal Hari + atas indikasi gemelli
- BAK (+) N : 84 x/menit IUFD preeclampsia berat, gagal nafas dan
RR : 20 x/menit partus tak maju
S : 36,8C
Status Generalis :
- Mata : CA -/-, SI :-/-
- C/P : dbn
Status Lokalis :
Reg. Abdomen :
Inspeksi :
- datar, supel
Palpasi :
- TFU 3 jari pusar
- Nyeri tekan (-)
Auskultasi :
- BU (+) N
Reg. Genitalia :
- PPV (+)
Gemelli
Definisi
Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Sebagian besar kehamilan kembar ialah kembar dua atau
gemelli. Selain itu, sesuai dengan banyaknya jumlah janin,
dinamakan triplet, kuadruplet, quintuplet, sextuplet, dan septuplet.

Epidemiologi
Secara keseluruhan, angka kejadian kehamilan kembar semakin
meningkat. Saat ini 3% dari kehamilan adalah kehamilan kembar
dan sebagian besarnya merupakan gemelli. Angka kejadian kembar
monozigot di seluruh dunia relatif konstan yaitu 4 dari 1000
kehamilan. Kehamilan kembar dizigot berhubungan dengan ovulasi
multipel dan angka kejadiannya bervariasi sesuai ras dan
dipengaruhi oleh usia ibu dan paritasnya. Angka kembar dizigot
tertinggi terdapat di negara-negara Afrika yaitu 10-40 per 1000
kehamilan, diikuti oleh Kaukasia sebesar 7-10 per 1000 kehamilan,
dan terendah Asia sebanyak 3 per 1000 kehamilan.
Etiologi
Janin yang kembar lebih sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum
yang terpisah (ovum-ganda, kembar dizigot atau kembar fraternal).
Sekitar sepertiga diantara kehamilan kembar berasal dari ovum tunggal
yang dibuahi, dan selanjutnya membagi diri menjadi dua struktur yang
serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang
menjadi ovum-tunggal tersendiri (kehamilan monozigot atau kembar
identik). Salah satu atau kedua proses dapat terlibat dalam
pembentukan fetus dengan jumlah yang lebih besar. Sebagai contoh,
kembar empat dapat lebih dari satu, dua, tiga atau empat buah ovum.
Faktor-faktor ras, hereditas, umur, paritas, dan faktor-faktor lain
menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de Graaf atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Pada kembar yang
berasal dari satu telur, terdapat faktor penghambat pada masa
pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat yang
mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk, menghasilkan
kembar dizigotik. Bila faktor penghambat terjadi setelah blastula tetapi
sebelum amnion terbentuk, maka akan terjadi kehamilan kembar
dengan 2 amnion, sebelum primitive streak tampak, maka akan terjadi
kehamilan kembar dengan 1 amnion. Setelah primitive streak
terbentuk, maka akan terjadi kembar dempet dalam berbagai bentuk.

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam
satu folikel:
Ras
Ras Afrika-Amerika memiliki kecenderungan untuk kehamilan kembar paling besar dibandingkan ras lain.
Myrianthopoulus (1970) mendapatkan bahwa pada wanita kulit putih terdapat 1 kehamilan kembar dari 100 kehamilan,
dan 1 banding 80 pada wanita kulit hitam. Kehamilan kembar di Asia lebih sedikit. Di Jepang angka kejadian hanya 1
dari 155 kehamilan.
Usia
Kejadian kehamilan kembar mulai dari 0 pada pubertas di mana aktivitas ovarium minimal, dan mencapai puncaknya
pada usia 37 tahun. Dari penelitian-penelitian di simpulkan bahwa wanita berusia lebih dari 30 tahun mempunyai
kesempatan lebih besar mendapatkan hasil konsepsi ganda. Setelah usia 40 tahun frekuensi kehamilan kembar
menurun kembali.
Paritas
Wanita yang telah hamil satu kali atau lebih sebelumnya, terutama kehamilan kembar meningkatkan risiko hamil
kembar.
Hereditas
Riwayat kehamilan kembar pada keluarga meningkatkan kemungkinan untuk kehamilan kembar. Sebagai faktor penentu
kehamilan kembar, genotip ibu jauh lebih penting daripada ayah dan pada umumnya terbatas pada kehamilan dizigotik.
Faktor-faktor lain
Induksi ovulasi dengan menggunakan preparat gonadotropin (FSH + chorionic gonadotropin) atau klomifen, akan
meningkatkan secara nyata kemungkinan ovulasi ovum yang jumlahnya lebih dari satu, yang jika dibuahi akan
menghasilkan janin kembar. Obat klomid dan hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi
dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.
Teknologi reproduksi yang berkembang, seperti in vitro fertilization (IVF) dan teknik-teknik lain menghasilkan telur
multipel yang kemudian dibuahi dan dikembalikan ke dalam uterus memiliki kemungkinan kehamilan kembar yang
tinggi.
Gambar 2. Kembar dikoriotik diamniotik: pemisahan terjadi segera setelah pembelahan pertama.
Gambar 4. Kembar monokoriotikGambar
monoamniotik:
1. Kejadian
pemisahan
kembarterjadi
dizigot.
setelah kantung amnion terbentuk.

Gambar 3.
Kembar Gambar 4.
Gambar 2. monokoriotik Kembar
Kembar diamniotik:
GambGambar pemisahan terjadi
monokoriotik
dikoriotik
1. Kejadian pada tahap lanjut monoamniotik:
diamniotik:
kembar dizigot. dari pemisahan
pemisahan
ar 1. pembentukan terjadi setelah
terjadi segera embrio namun kantung
setelah sebelum blastosit amnion
pembelahan menentukan
fungsi tiap sel
terbentuk.
pertama.
dengan
sempurna.
Diagnosis
Diagnosis kehamilan kembar sering tidak dibuat bukan karena sukar, tetapi
karena pemeriksa tidak memikirkan kemungkinan tentang hal tersebut. Untuk
mempertinggi ketepatan diagnosis, haruslah dipikirkan kemungkinan kehamilan
kembar bila didapatkan hal-hal berikut:1
Besarnya uterus melebihi lamanya amenore.
Uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan berulang.
Penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh
edema atau obesitas.
Banyak bagian kecil teraba.
Teraba tiga bagian besar janin.
Teraba dua balotemen.
Diagnosis pasti
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan:
Terabanya 2 kepala, 2 bokong, dan satu/dua punggung
Terdengarnya dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan
kecepatan paling sedikit 10 denyut per menit
Sonogram pada trimester pertama
Rontgen foto abdomen
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi, baik terhadap ibu maupun janin, pada keadaan janin kembar multipel diantaranya:Error!
Bookmark not defined.,Error! Bookmark not defined.
Ibu
Abortus spontan
Kelahiran prematur dan ruptur membran
Perdarahan pospartum
Plasenta previa, solusio plasenta, dan ketuban pecah dini
Pre-eklampsia dan eklampsia
Anemia normositik hipokrom
Infeksi traktus urinarius
Hipotonik kontraksi uterus dan lebih panjangnya fase laten
Atonia uterus
Fetal
Kematian janin. Tiga kali lebih banyak dikarenakan anomali, compresi tali pusat, dll.
Perkembangan anomali
Polihidramnion
Kelahiran preterm dan komplikasi intrapartus
Presentasi abnormal
Twin-to-twin syndrome
Prolaps tali pusat
Berat bayi lahir rendah
Vanishing Twin Syndrom
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan multifetus
Diet
Hipertensi Maternal
Pencegahan persalinan prematur
Tirah baring
Terapi tokolisis
Kortikosteroid
Penanganan dalam persalinan
Presentasi dan Posisi
Proses Persalinan
Interval Kelahiran
Preeklampsia-Eklampsia (Gagal napas)
Definisi
Preeklampsia ialah penyakit dengan tandatanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Istilah Eklampsia berasal
dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata tersebut dipakai seolah-olah gejala-gejala
eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Jadi wanita dengan
eklampsia merupakan wanita dengan tanda-tanda pre eklampsia yang timbul serangan
kejang yang diikuti oleh koma.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan
diagnosis preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan
yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diastolik
sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau
lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan
tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/liter atau lebih
dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2
kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya protenuria timbul lebih lambat daripada hipertensi
dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan,
dan muka. diagnosis preeklampsia. Kenaikan berat badan kg setiap minggu dalam
kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini
perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia.
Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari
preeklampsia/ eklampsia belum diketahui.
Ada beberapa teori mencoba menjelaskan
perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal
sebagai the diseases of theory. Adapun teori
teori tersebut antara lain :
Teori radikal bebas dan kerusakan endotel
Teori Iskemi Uteroplasenta
Peran Faktor Genetik
Peran Faktor Imunologis
ISKEMIA REGIO UTEROPLASENTER
Faktor : - herediter
- Defisiensi vit.C, E dan kalsium

PEMBENTUKAN RADIKAL BEBAS (TOKSIN):


Peroksidase asam lemak tak jenuh/ jenuh
Merusak membrane sel

KERUSAKAN FOSFOLIPID ENDOTEL : MEMBRAN SEL ERITROSIT :


Permeabilitas naik Hemolisis hiperlipemia dan Fe bebas
terjadi timbunan trombosit meningkat

GANGGUAN METABOLISME
PROSTAGLANDIN : GANGGUAN PERFUSI JARINGAN :
Tromboksan naik-vasokonstriksi Vasokonstriksi - TENSI NAIK
Prostasiklin dan angiotensin turun Ekstravasasi Edema
menyebabkan sensitivitas vaskuler naik
Klasifikasi Pre Eklampsia
Menurut berat ringannya gejala/ tanda, maka Pre-Eklampsia diklasifikasikan
sebagai berikut:
Pre-Eklampsia Ringan
Diagnosis Pre-Eklampsia ringan ditegakkan apabila ditemukan:
Tekanan darah >140/90 mmHg
Proteinuria < 5 gram per liter dalam 24 jam
Edema lokal atau general
Pre-Eklampsia Berat
Diagnosis Pre-Eklampsia Berat apabila terdapat satu atau lebih hal berikut ini:
Tekanan darah sistolik 170 mmHg dan diastolik 110 mmHg atau
Kenaikan tekanan sistolik > 60 mmHg
Kenaikan tekanan diastolik > 30 mmHg
Proteinuria > 5 gram/ liter/ 24 jam, atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif
Oliguria, yakni , 500 ml/ 24 jam
Edema yang masif
Gangguan visus dan serebral
Nyeri tekan epigastrium, nyeri bagian atas abdomen/ muntah-muntah
Terdapat sindroma HELPP (Hemolisis, Elevates Liver Enzyme on Low Platelet
Count)
Keparahan preeklampsia dinilai berdasarkan
frekuensi dan intensitas berbagai kelainan yang
tercantum pada tabel Semakin nyata kelainan
tersebut, semakin besar indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan.
Kelainan Ringan Berat
Tekanan darah diastolik < 100 mmhg 110 mmHg
Proteinuria Samar (trace) sampai +1 +2 persisten
Nyeri kepala Tidak ada ada
Gangguan penglihatan Tidak ada ada
Nyeri abdomen atas Tidak ada ada
Oligiuria Tidak ada ada
Kejang Tidak ada ada (eklamsia)
Kreatinin serum Normal meningkat
Trombositopenia Tidak ada ada
Peningkatan enzim hati Minimal nyata
Pertumbuhan terhambat Tidak ada jelas
Enema paru Tidak ada ada
Faktor-faktor resiko Pre Eklampsia
Faktor faktor resiko Preeklampsia adalah : 6
Nulipara umur belasan tahun.
Pasien ekonomi rendah dengan pemeriksaan antenatal
yang kurang atau tidak sama sekali dan nutrisi yang
buruk, terutama dengan diet kurang protein.
Mempunyai riwayat preeklampsia atau eklampsia
dalam keluarga.
Mempunyai penyakit vaskular hipertensi sebelumnya.
Kehamilan-kehamilan dengan trofoblas yang
berlebihan ditambah vili korion:
Kehamilan ganda
Mola hidatidosa
Diabetes melitus
Hidrops fetalis
Penatalaksanaan Pre
Eklampsia
Pre-Eklampsia ringan
Istirahat dan tidur yang cukup serta tenang
Diit rendah garam
Dapat diberikan valium tablet 5 mg 3 x 1 atau fenobarbital tablet 30 mg 3 x 1
Diuretika dan obat antihipertensi tak dianjurkan karena tidak bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda
dan gejala preeklampsi berat
Bila memungkinkan, terminasi kehamilan pada umut kehamilan lebih atau sama dengan 37 minggu
Pre-Eklampsia berat
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
Sulfas magnetikus 8 gr IM dilanjutkan 4 gr setiap 4 jam (bila syarat terpenuhi dan tak ada
kontraindikasi) selama 24 jam sampai menjadi preeklampsi ringan
Bila berhasil diawasi seperti preeklampsi ringan
Bila dengan terapi ini tidak ada perbaikan dilakukan terminasi kehamilan
Umur kehamilan lebih dari 37 minggu
Penderita dirawat inap: istirahat mutlak, diit rendah garam, tinggi protein, SM (Syarat
terpenuhi) dan infus D5% atau RL
Berikan obat antihipertensi : contoh: catapres
Diuretika tidak diberikan, kecuali bila ada edema umum, edema paru, dan kegagalan jantung
kongestif
Setelah SM kedua dilakukan induksi oksitosin
Kala II harus dipercepat dengan VE atau forceps
Ergometrin tak diberikan kecuali pada perdarahan karena atonia uteri
Diberikan SM (bila syarat terpenuhi)
Bila indikasi bisa dilakukan SC.
Penanganan kejang
MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada pre Eklampsia berat dan Eklampsia.
Dosis awal :
MgSO4 4 gr iv sebagai larutan 20% selama 5 menit.
Segera dilanjutkan dengan pemberian 10 gr larutan MgSO 4 50% masing-masing kanan dan kiri
secara im, ditambah 1 ml lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak
panas sewaktu pemberian MgSO4.
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO 4 2 gr (larutan 50%) iv selama 5 menit.
Dosis pemeliharaan
MgSO4 1-2 gr/jam per infus
Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir
Sebelum pemberian MgSO4 periksa :
Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
Reflek patella (+)
Urine minimal 30 ml/jam dalam 24 jam terakhir
Siapkan antidontum :
Jika terjadi henti nafas : lakukan ventilasi (masker dan balon,
ventilator) beri kalsium glukonat 1 gr (20 ml dalam larutan 10%) iv
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
Persalinan
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil. Penundaan persalinan meningkatkan resiko untuk ibu dan
janin.
Periksa servik
Jika servik matang, lakukan pemecahan ketuban lalu induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin ; jika skor Bishop > 6
induksi cukup dengan oksitoksin. Jika < 5, matangkan servik dengan prostaglandin.
Pantau nadi, tekanan darah, kontraksi rahim dan DJJ tiap 30 menit. Jika DJJ < 100/menit hentikan infus. Infus Oksitoksin 2,5 unit
dalam 500 cc dekstrose (atau garam fisiologik) mulai 10 tetes/menit. Naikkan kecepatan infus 10 tetes/menit tiap 30 menit sampai
terjadi kelahiran.
PGE2 bentuk pesarium 3 mg atau gel 2-3 mg di fornik posterior vagina dan dapat diulang 6 jam kemudian jika his tak timbul.

Jika persalinan pervagina tidak dapat diharapkan dalam 12 jam (pada eklampsia) atau dalam 24 jam (pada pre Eklampsia) lakukan
SC.
Jika DJJ < 100/menit atau > 180/menit lakukan SC.
Jika servik belum matang, janin hidup, lakukan SC.
Jika anestesi untuk SC tidak tersedia, atau jika janin mati atau terlalu kecil:
Usahakan pervaginaan
Matangkan servik dengan misoprostol, prostaglandin atau kateter foley.
Misoprostol : 25 mg di fornik posterior vagina. Jika his tak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
Kateter foley : jangan dilakukan pada pasien dengan riwayat perdarahan, ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat atau
infeksi vaginal.
Cara pemasangan: Pasang spekulum DTT vagina. Masukkan kateter foley pelan-pelan melalui servik dengan menggunakan forsep
DTT. Ujung kateter masuk OUI. Gembungkan balon kateter dengan air 10 ml. Gulung sisa kateter dan letakkan di vagina. Diamkan
kateter dalam vagina sampai timbul konstraksi uterus sampai 12 jam. Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter,
kemudian dilanjutkan infus oksitosin.
Perawatan Pasca Persalinan
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir.
Teruskan sampai antihipertensi jika tekanan diastolik masih 10 mmHg atau lebih.
Pantau urine
Rujukan ke fasilitas lebih lengkap jika :
Terdapat oliguria (urin kurang dari 400 ml/24 jam) selama 48 jam setelah peralinan.
Terdapat koagulapati atau sindrom HELLP.
Koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang.
Seksio Sesarea Elektif
Apabila diagnosis preeklamsia berat sudah ditegakkan,
kecenderungannya adalah pelahiran janin pervaginam secara
tradisional dianggap tindakan yang terbaik bagi ibu. Beberapa
kekhawatiran, anatar lain serviks yang kurang siap sehingga
induksi persalinan sulit berhasil, adanya perasaan darurat
karena keparahan preeklamsia, dan perlunya
mengkoordinasikan perawatan neonatal, mendorong sebagaian
dokter untuk menganjurkan seksio sesarea. Alexander dkk.
(1999) meneliti 278 bayi tunggal lahir hidup dengan berat 750
sampai 1500 g yang lahir dari wanita dengan preeklamsia berat
di Parkland Hospital. Separuh di antara para wanita tersebut
menjalani induksi persalinan dan sisanya melahirkan melalui
seksio sesarea tanpa proses persalinan. Induksi persalinan
gagal pada 35 persen wanita dalam kelompok induksi, tetapi
tidak berbahaya bagi bayi mereka yang beratnya sangat
rendah. Hasil serupa dilaporkan oleh Nassar dkk (1998).

Komplikasi
Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada pre Eklampsia berat dan Eklampsia :
Solusi Plasenta
Terjadi pada ibu yangmenderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre Eklampsia.
Hipofibrinogenemia pada pre Eklampsia
Hemolisis
Gejala klinis hemolisis yang dikenal karena muncul ikterus, walau belum pasti apakah
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Keadaan ini kadang-
kadang terjadi pada pre Eklampsia berat. Pada autopsi penderita pre Eklmapsia sering
ditemukan nekrosis periportal hati.
Perdarahan otak, yang merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
Kelainan mata, berupa kehilangan penglihatan untuk sementara. Peradangan kadang-kadang terjadi
pada retina ; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya poplexia cerebri.
Edema paru-paru, hal ini payah jantung.
Nekrosis hati, nekrosis periportal hati sebagai akibat vasospasmus arteiol.
Sindroma HELLP, yaitu Haemolysis, Elevated Liver Enzymer dan Low platelet.
Kelainan ginjal
Kelainan ginjal yang dapat terjadi berupa endetoliosis glomerolus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang
dapat muncul ialah anuria sampai gagal ginjal akut.
Komplikasi lain seperti lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi dan DIC.
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin ontrauterin.
Kematian maternal.
Komplikasi terberat ialah kematian ibu dan janin.
Kematian Janin Intra Uterin
Definisi
IUFD (Intra Uterine Fetal Demise) merupakan
kematian janin yang terjadi tanpa sebab yang jelas,
yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna
(Uncomplicated Pregnancy). Kematian janin terjadi
kira-kira pada 1% kehamilan dan dianggap sebagai
kematian janin jika terjadi pada janin yang telah
berusia 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada
usia di bawah usia 20 minggu disebut abortus.
Sedangkan WHO menyebutkan bahwa yang
dinamakan kematian janin adalah kematian yang
terjadi bila usia janin 20 minggu dan berat janin
waktu lahir diatas 1000 gram.
Penyebab Kematian

Faktor Ibu
Ketidakcocokan Rh darah Ibu dengan janin
Ketidakcocokan golongan darah Ibu dengan janin
Berbagai penyakit pada ibu hamil
Trauma saat hamil
Infeksi pada ibu hamil
Prolonged Pregnancy/ Serotinus
Hamil pada usia lanjut
Kematian Ibu
Faktor Janin
Gerakan Sangat Berlebihan
Kelainan kromosom
Kelainan bawaan
Malformasi janin
Kehamilan multipel
Intra Uterine Growth Restriction
Infeksi (parvovirus B19, CMV, listeria)
Faktor Palsenta
Perlukaan cord
Pecah secara mendadak (abruption)
Premature Rupture of Membrane
Vasa Previa
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang dapat
menyebabkan kematian janin intra
uterin antara lain:
Ibu usia lanjut
Riwayat kematian janin intra uterine
Infertilitas ibu
Hemokonsentrasi pada ibu
Usia ayah
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang juga dapat ditemukan pada kasus kematian janin intra
uterin adalah sebagai berikut:
Tidak ada gerakan janin. Pada umumnya, ibu merasakan gerakan janin pertama
pada usia kehamilan 18 minggu (pada multipara) atau 20 minggu (pada
primipara). Gerakan janin normal yaitu minimal 10 kali dalam sehari.
Gerakan janin yang sangat hebat atau sebaliknya, gerakan janin yng semakin
melemah.
Ukuran abdomen menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pada saat
kehamilan normal dan tinggi fundus uteri menurun atau kehamilan yang tidak
kunjung besar, dicurigai bila pertumbuhan kehamilan tidak sesuai bulan.
Bunyi jantung anak tidak terdengar.
Palpasi janin menjadi tidak jelas.
Pergerakan janin tidak teraba oleh tangan pemeriksa.
Pada foto rontgen dapat terlihat:
Tulang-tulang cranial saling menutupi (tanda spalding)
Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda naujokes)
Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin


Gejala dan Tanda Selalu Ada Gejala dan Tanda Kadang-Kadang Ada Diagnosa Kemungkinan
1) Gerakan janin berkurang atau hilang 1) Syok Solusio plasenta
2) Nyeri perut hilang timbul atau 2) Uterus tegang/kaku
menetap 3) Gawat janin atau DJJ tidak terdengar
3) Perdarahan pervaginam sesudah
hamil 22 minggu

1) Gerakan janin dan DJJ tidak ada 1) Syok Ruptura uteri


2) Perdarahan 2) Perut kembung/ cairan bebas intra
3) Nyeri perut hebat abdominal
3) Kontur uterus abnormal
4) Abdomen nyeri
5) Bagian-bagian janin teraba
6) Denyut nadi ibu cepat

1) Gerakan janin berkurang atau hilang 1) Cairan ketuban bercampur Gawat janin
2) DJJ abnormal (<100/menit atau mekonium
>180/menit)

1) Gerakan janin/ DJJ hilang 1) Tanda-tanda kehamilan berhenti Kematian janin


2) Tinggi fundus uteri berkurang
3) Pembesaran uteri berkurang
Patologi Anatomi
Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi.
Kulitnya mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena
absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak
bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan dengan
sangat mudah satu dengan yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada
dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan
meningkat dalam waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi
yang terjadi pada IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:
Rigor mortis
Berlangsung 2 jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
Stadium Maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih
kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
Stadium Maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah
48 jam janin mati.
Stadium Maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan
hubungan antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.
Berikut tahapan-tahapan penanganan pada ibu yang didiagnosa mengalami IUFD:
Jika kematian janin intra uterine telah jelas ditemukan, pasien harus diberitahukan secara berhati-hati. Pertimbangkan untuk
menunda prosedur evakuasi janin untuk membiarkan pasien menyesuaikan secara psikologis terhadap kematian janin
tersebut. Penundaan tersebut juga mempunyai keuntungan tambahan dengan memberikan kesempatan pada serviks untuk
lebih siap. Jika persalinan tidak terjadi segera setelah kematian janin, terutama pada kehamilan lanjut, koagulopati maternal
dapat terjadi, walaupun keadaan ini jarang terjadi sebelum 4-6 minggu setelah kematian janin. Setelah 3 minggu, lakukan
pemeriksaan koagulasi yang termasuk hitung trombosit, kadar fibrinogen, waktu protrombin, partial tromboplastin time (PTT)
dan analisis produk degradasi fibrinogen serta lakukan secara serial. Berikan immunoglobulin rhesus pada semua gravida
rhesus negatif kacuali ayah janin diketahui pasti dengan rhesus negatif. Berikan dosis kecil (30g) pada trimester I dan dosis
penuh pada kehamilan akhir.
Penggunaan USG pada kehamilan dini telah menunjukkan bahwa kematian janin terjadi pada gestasi kembar lebih sering
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Keadaan ini biasanya asimtomatik, walaupun mungkin terjadi bercak pada vagina.
Tidak diperlukan intervensi, dan dapat diharapkan terjadinya resorpsi pada janin yang mati. Hipofibrinogenemia maternal
adalah komplikasi yang jarang dan harus diamati pada kasus tersebut. Koagulopati konsumtif juga dapat timbul pada janin
yang hidup. Keadaan ini mengarahkan pada perlunya persalinan segera jika kematian salah satu janin terjadi pada kehamilan
yang lanjut dan maturitas janin yang lainnya telah diyakini dengan pemeriksaan unsur-unsur pulmonal dalam cairan amnion.
Prostaglandin E2 dalam bentuk supositoria vagina (20 mg tiap tiga sampai lima jam) adalah efektif untuk evakuasi janin yang
telah mati pada midtrimester. Walaupun insidensi keberhasilan adalah tinggi, terjadinya retensi plasenta memerlukan kuretase.
Dokter dapat menggunakan dosis 15-methylprostaglandin F 2 intramuskuler (250 g pada interval satu dan satu sampai satu
setengah dan seengah jam) jika selaput amnion telah pecah. Sesuaikan jadwal dosis untuk menghindari stimulasi yang
berlebihan. Adanya kegagalan mengarahkan pada anomali rahim. Persiapkan aminophylline dan terbualine untuk menghindari
bronkospasme jika prostaglandin diberikan pada pasien asmatik. Penggunaan oksitosin secara bersamaan harus dihindari
karena resiko rupture uterin.
Jika janin telah mati dalam waktu yang cukup lama, ukuran rahim menurun cukup banyak untuk memungkinkan evakuasi
dengan penyedotan dapat dilakukan dengan aman. Pemeriksaan keadaan koagulasi, seperti yang telah disebutkan, harus
dilakukan. Jika keadaan tersebut ditemukan, atasilah koagulopati dan lanjutkan dengan evakuasi. Kira-kira 80% akan memasuki
persalinan dalam dua atau tiga minggu. Jika timbul koagulopati, heparin dapat dipakai untuk memperbaikinya sebelum
melakukan evakuasi rahim, tetapi penggunaan heparin pada keadaan tersebut tidak sepenuhnya bebas dari bahaya.
Histerotomi hampir tidak pernah diindikasikan kecuali terdapat persalinan dengan seksio secaria sebelumnya atau operasi
miomektomi. Evakuasi instrumental transervikal dan kehamilan trimester ketiga yang telah lanjut memerlukan keahlian dan
pengalaman khusus untuk menghindari perforasi dan perdarahan. Laminaria mungkin berguna dalam kasus tersebut.
Semua gravida dengan rhesus negatif harus diberikan immunoglobulin rhesus. Jika diperkirakan terdapat interval lebih dari 72
jam antara kematian janin dan persalinan, berikan dosis immunoglobulin yang sesuai dengan segera. Penjelasan pasca
persalinan adalah bagian yang penting dalam perawatan total pasien. Tiap usaha harus dilakukan untuk mendapatkan ijin
otopsi janin, karyotiping dan pemeriksaan lain yang dindikasikan
Tentukan usia kehamilan dan cari adanya
Penanganan Umum kehamilan ganda

Ditemukan janin tunggal Ditemukan kehamilan ganda dengan


satu janin masih hidup

Pertimbangkan untuk menunda intervensi


dengan alasan psikologis untuk Amati absorpsi janin yang telah
memberikan waktu pada gravida mati. Amati koagulopati maternal
melakukan penyesuaian diri dan dengan pemeriksaan koagulasi
membiarkan cervix matang. serial.

Harapkan terjadi persalinan spontan dalam


Jika terjadi pada kehamilan akhir,
2-3 minggu pada sebagian besar pasien.
pertimbangkan intervensi dengan
Amati koagulopati maternal induksi
dengan persalinan atau seksio
pemeriksaan koagulasi serialsesaria untuk mencegah
koagulopati janin yang hidup.

Jika terjadi koagulopati, pertimbangkan pengobatan


dengan heparin untuk memperbaiki gangguan koagulasi
dan melakukan intervensi.

Kematian janin dini atau Kematian janin pada


pertengahan kehamilan kehamilan lanjut

Amati persalinan atau berikan regimen


dilatasi dan evakuasi vakum atau prostaglandin intramuskular /
DUGAAN KEMATIAN JANIN

Hitung trombosit
Hilangnya pergerakan janin Kadar fibrinogen
Tidak terdapat pertumbuhan Waktu protrombin (PT)
janin Partial Thromboplastin Time
Tidak terdapat denyut jantung (PTT)
janin Produk Degrdasi Fibrin (FDP)
Ultrasonografi

Tegaskan kematian janin dengan


ultrasongrafi

Berikan penjelasan dan dukungan dalam keadaan


duka cita

Anda mungkin juga menyukai