Anda di halaman 1dari 65

Tuberkulosis Paru

Dr. Irvan Medison ,SpP

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

FK Unand/ SMF Paru RS. DR.M. Djamil Padang


Tl&RKO
LOSIS

PEDOMAH
DIAGNOSIS
DAN
PENATALAKSAHA
AH
DllNDONESIA

Pirrti ... 11.. Dl1t..iw l'ni INCllltlnb


Jllll
TUBERKULOSIS PARU

( TB PARU )
Penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh
DEFINISI :
Mikobakterium Tuberkulosis.
Ada 3 varian M. Tuberkulosis
Var. Humanus
Var. Bovinum
Var. Avium
Yang paling banyak ditemukan pada manusia : M.
Tuberkulosis Humanus
Rober Koc pertam kal menemukan TB 24 Mare 188
t h a i kuman , t 2

Robert Koch
PENYAKIT INI MASIH MERUPAKAN
MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
DI
NEGARA BERKEMBANG
WHO :
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat
penting di dunia. Tahun 1992 , mencanangkan TB
sedbagai Global Emergency.
Perkiraan kasus TB secara global pada tahun 2009 adalah
insiden kasus 9,4 juta.
WHO 2010, Indonesia memenpati urutan ke 5 setelah
India, Cina, Afrika selatan, Nigeria.
TB Penyebab kematian 3 juta pertahun.
75 % dari kasus TB terdapat di negara berkembang.
Perkembangan TB DI INDONESIA

WHO 1962:
Yogya (urban) : AFB (BTA) + : 0,7 %
Malang (rural) : AFB (BTA) + : 0,39 %
Tuberkulin test positif: (telah terinfeksi M.
Tuberkulosis)
1 6 tahun 23,6 %
7 14 tahun 42,0 %
> 15 tahun 76,0 %
Rata rata 50,0 %

AFB = Fast
SURVEY KESEHATAN RUMAH TANGGA
(SKRT)

1986 : TB Paru penyebab kesakitan No. 10


penyebab kematian No. 3

1992 : TB Paru penyebab kematian No. 2


SURVEY
Sumatera Barat 1985 :
BTA (+) pada usia > 15 tahun : 5,3 %
Pessel : 18 %o
Kodya : 1 %o
Payakumbuh
Faktor risiko terjadi TB
i
. 1
1.
111
1 transmis,i 1

.
il

kas

I J
.,
-

R isi~o menjadiii
- - - - - -

TIB IBTA
: Falktor
11.1 us .+ : 1

: lingkungan TE billa
Jumllah
: Ve11tilasi
dengan HIV:
: iKepadatan 5-10% s.etiap
mahun II

I
: Dalam
>30% SEMB
ruangan
Falktor liiifetime'----
~

\ _(_+
P enilaku

~~
ii
.... ,,.-

1

ii

t _H_IV
TE.RPA
:
I Ii

)
JAN
111


IKonsentrasi
Kuman
llama kontak
I I
IMalnut
p,enyak~it
1
1

1
1
1
Keterlamb d~iagn
darn
atan pengoba.~an

memadai
osis
Tatalaksana tak

OM,
ni'si Kondisi
ii mmunos kesehat:an
upresan

Faktor Imunitas tubuh sangat mempengaruhi seseorang


yang terinfeksi TB menjadi menderita TB
MASUKNYA KUMAN KEDALAM
TUBUH MANUSIA (INFEKSI)
Inhalasi
Melalui saluran cerna
Melalui kulit (luka)
Patologi
Tukang daging
Intra uterina (melalui plasenta)

Sebagai sumber :
penularan
Penderita TB Paru dengan BTA (+) pada
sputumnya
Apakah seseorang akan menjadi sakit atau tidak
setelah mengalami infeksi tergantung kepada:

1. Jumlah kuman yang masuk


2. Virulensi kuman
3. Derajat hipersensitiviti tuan rumah
4. Daya tahan (resistensi) tuan rumah

Kenyataannya :
sebagian besar orang yang telah

Terinfeksi tidak menjadi sakit


1
G ---+ r.:-----~
Spontnnco
us h
Acute
ealing tuherculosi~

(TB primer )
dormant
TB Reaktivasi
s)

I' .
. '

. e
e

.- .: -~

_.
. ."I
:

I
. I
I
.

mp
h
- ._

Komplex
Primer
PATOLOGI
Ada beberapa perubahan patologi anatomi
yang terjadi pada paru setelah mengalami
infeksi Mikobakterium Tuberkulosis
1. REAKSI PERMULAAN

initial response
Oedema
Pengerahan sel sel PMN untuk memakan
dan membunuh kuman yang masuk
2. PRODUCTIVE REACTION
Merupakan gambaran yang dominan
pada infeksi TB bila terdapat
keseimbangan antara :
Jumlah Day taha
kuma
Virulensi n a tubu
n

~
Gambaran tersebut berupa :
h

tuberkel

perkejuan

cavitasi
3. EXUDATIVE REACTION
Terjadi bila

Jumlah
Kuma Day taha
Virulensi
n
>
initial respons merupakan exudativa
a tubu
h
n

reaction
Pada exudativa reaction dimana tidak banyak
usaha tubuh untuk melokalisirnya, sehingga infeksi
meluas kesebagian besar / keseluruhan satu lobus

caseous pneumonia

Cavitas (caverne) yang besar besar


PENYEMBUHAN
harus selalu diingat bahwa sebagian besar infeksi TB
Paru pada manusia cenderung untuk sembuh
Bentuk bentuk penyembuhan
Resolution (penyembuhan tanpa bekas)
Fibrosis
Kalsifikasi
ossifikasi
Secara alamiah perjalanan penyakit /
proses TB Paru bisa terjadi secara
bersamaan antara proses penyembuhan
dan proses perluasan
Akibatnya :
pada seorang penderita TB Paru; pada
parunya bisa terdapat :
tuberkel
Caverne / cavitas
Perkejuan Pada
Fibrosis waktu
kalsifikasi yang

bersamaan
Kompleks primer
TERGANTUNG KEPADA:

Dosis kuman Daya tahan (Imunitas)


Virulensi kuman hipersensitiviti

~
Meluas Sembuh

Sebagian terbesar Komplex


Primer SEMBUH
Penyebaran / perluasan infeksi
TB pada jaringan paru :

Secara langsung
Bronkogen
Limfogen
hematogen
TB PARU

Prime Post
r primer
TB Paru post primer :
Paling banyak
Sumber penularan
Terjadinya TB Paru post primer
1. Perluasan langsung lesi primer terutama bila infeksi
primer terjadi pada masa pubertas.
2. Reaktivasi lesi primer yang sudah tenang, terutama
karena daya tahan tubuh menurun
3. Penyebaran secara hematogen dari fokus primer
4. Superinfeksi eksogen
(infeksi baru dari luar)

Yang terpenting dari 4


kemungkinan di atas
adalah No. 1 dan 2
DIAGNOSIS
TB PARU
Suspek TB
Poru

Perneriks .. n clahak rnikroskopis . SeWilktU, Pagi,


Sew;oktu (SPSI

Hasi18TA H.l'sitBTA
+ .
+++ .
++

Anbb10 Non-
1Jk OAT

Tidok Ado
ado perbaikan
perbaikan

foto toraks clan pemeriksaan


pertJJnbangan dahak
dokter mikroskopes

HasilBTA
+++
++

foto taks
dan
penimbangan
dol(ter


TB BUKAN
TB
C.1u~n: P~.J k:t:acbarM.t~.)Jlil'I Wttntu dtn~npenim~ainktg.rrwa~ d.-i
mtdi5
spesialistik. alur tersebct dapa:i digooakan secara lebh fleksibel.
GEJALA KLINIS
Tanpa keluhan:
Terutama pada kasus ata din
ringan u i
Diketahui secara
kebetulan
Pemeriksaan radiologi
Rutin
Check up

Kalau sudah ada


keluhan:
Keluhan umum
KELUHAN UMUM
( sistemik)
Cepat
lelah tak bada
Malaise enak n
Anoreksia menuru
Berat n
badan
Demam
Keringat
Nadi
malam

cepat
Amenorrhea
KELUHAN LOKAL ( respiratorik)
Batuk : tak ada yang khas untuk TB Paru.
Batuk 2- 3 minggu harus dicurigai TB
Paru.
Sputum : Mengeluarkan dahak.
Juga darah
Batuk tidak ada yang khas.
= hemaptoe = hemoptysis.
Bervariasi : sedikit masif
Nyeri dada
Sesak nafas :
Proses luas
Ada efusi pleura
Ada pneumotoraks
KELAINAN FISIK
Keadaan umum
yang
Bisa baik; bahkan kadang pada kasus-kasus

secara radiologis relatif sudah lanjut.


Kelihatan sakit sedang.
Jelek pada kasus lanjut.
Demam terutama pada sore hari (subfebril)
Nadi relatif cepat dibanding kenaikan suhu.
Nafas cepat :
Pada yang lanjut (luas)
Komplikasi : - Pneumotoraks
- Efusi pleura
PEMERIKSAAN FISIK
Kelainan Toraks
Bisa tak ditemukan kelainan:
Pada penyakit yang dini / kelainan minimal
Kadang-kadang pada kelainan radiologis yang relatif luas.
Adanya ronkhi basah halus (krepitasi) sesudah batuk

pada lapangan konsolidasi


Tanda-tanda (pemadatan)
atas paru merupakan jaringan
kelainan paru:
yang dini.

Redup
Fremitus meningkat
Suara nafas bronkial
-
TERUTAMA PADA LAPANGAN ATAS
PARU
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
GAMBARAN RADIOLOGI TB PARU
1. Kelainan terutama pada lapangan atas paru.
2. Bayangan bercak-bercak atau noduler.
3. Adanya kavitas (caverne).
4. Adanya kalsifikasi.
5. Kelainan bilateral di lapangan atas.
6. Kelainan menetap setelah beberapa minggu.
7. Bayangan milier.
8. Bayangan fibrosis.
LABORATORIUM
Sputum: membuktikan adanya
Mikobakterium Tuberkulosis sputum
dalam
sangat penting artinya untuk;
Diagnosa
Menilai hasil pengobatan.
Pemeriksaan sputum:
Pewarnaan langsung
Kultur (pembiakan) butuh waktu 4 8 minggu
antara
PEMERIKSAAN SPUTUM LANGSUNG

1. Pewarnaan Ziehl Neelsen


2. Pewarnaan Kinyoun
3. Pewarnaan Gabbett
4. Pewarnaan Tan Thiam Hok (Kinyoun
Gabbett)
5. Fluorosensi BTA warna kuning mas
dengan latar belakang gelap
Selain dari sputum, M. Tuberkulosis bisa ditemukan
pada:
Cairan lambung (pada anak-anak)
Usapan laring
Bilasan bronkus (bronkoskopi)

dari penderita TB
paru
DIAGNOSA TB PARU
Klinis :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Radiologis : Rontgen Foto
toraks
Bakteriologis :
Pemeriksaan sputum
BTA
langsung
k
ultur
YANG LEBIH PENTING UNTUK
DIAGNOSA TB PARU

Pemeriksaan sputu :
bakteriologis m
- BTA langsung

- Kultur

PemeriksaanTidak dapat dipakai
radiologi toraks untuk Menyingkirkan
kemungkinan adanya TB Paru
Stateskop
( tidak adanya kelaian pada pemeriksaan fisik
bukan berarti TB nya tidak ada)
DIAGNOSA PASTI
Klinis (+)
Radiologis (+)
Bakteriologis (+)
BTA Sputum (+)
langsung
Kultur (+)
KLASIFIKASU PENYA.Krtr D.Af'l lfllPE PA.SIEN
Penernuan pemiviJ dan tipe pasfer t1J1bereu~o~is
suatu 0 definiS' k~s!Jsa
lkrafJ;iftk.asi akit 1r1:1elipufi tial
n memerfu kan
1
.i
1 lokais,1 ya:11~
organ yarng :stJ kit: paliu
empet 1 atau 6k$'fra
yai~u:
.. ateu tubuh
~h:zi1perineMiks.
paru; daha eecara m(kroskopis.)c posi~i
2. IBiltderiolagi siJ
ateu BliA negaif; aia11 k BT A f
3.
. Tirngkat pernyaB;Jit nirngarn atau
. Riwayat
keparahan TB $ebalu mrnya: barn
pengobatanberat, suooll pernah dioba.ti
4 ataa
L
Beberapa istilah damm detfinisi
TB : Pasien TB yang re~i dibukiik3 secara n1[kroskopi atau
~ Kasus kasus.
.. dldi:zig nos.is o.1leh Zltl n s
2. Ka$U
dokrer. TB pa~ti {defirniti : pa~ien denqa fl bia kan po~ilif umfu'
. S f)
Mycooocterium ,wberreulosis :
ahiu ~1chi ada fa&in~:as k
~~urarng
dahak kSPS hasilnya BliA
lliaka111.
k!Jrangirnya 2 dari 3 spesi men
posiitif_
a Kllasijfiikasii be:rdasarkalilJ org:in
1 Tuber1k
tubuh rparu.
~nig terk.e,na: p~r adal 1llllrerkt yar
ulosijs
)1 rnenyer~ng 1 ulrerlku1o~i
.~~ringon u ~id~k
~h tem1a~uk
dosis ng
1(parenki1i111)
$ panu. P,leura (relaput
paru) d~ ekiStra
2) Tubelitul n [pt1IU. T'uberkulosis y1ng
1 lel6nja:r1pada
os~s
lai seil' p:ar hilus. pleu
menyemng
in1i$a orgal1il
~ela~llbuh
otal selaptd
n 1irn ke~ernjar
(pe;Jiicar lrnya ra~ put ,
persendfatn.~~ntung
usus,
salu ren u lymfe
diu111~, 11aim kehlmi111
2 t~lang, , kulit,
1 girnjill,
lkenci111g dan ~~in-la:in ..
IK,~3sijfiik lrr! li11asiiU dahat mikJoskopijs, y-
as~
pada T1B ~[dlasarl(,ai1i pemeriksL11an aiitll
Paru: 11
~ Tuberkulosijs para B,if A positif.
~ a) Selrurmnig- 2 dan 3 spesiimen dati.ak SPS haSiil11yai
1 kurangrnya BTA
1
b) G)OS(filf. dtlhali SPS timilnya STA 1positif den fate toralts
1 nternunju'.ktnan
spesimen dedagan1baran
c) tJJbertkuJosis
1 spescn1en .. SPS haS<i[11Ya BTA [POSitif ean E:da1kan
datna1k kurnen TB
d ) po~itiif.
1 iltau spesimen daihiak positi sere1ah 3
1 leibih peda pernertkseen ~ebeilumnya
hasilnya if haS(ilnya
speshnen BTA
dan tiida
daturk 1k ada
SPS p.eribaikaliil setelah
negatif :anlfbiatika non OA
pennbet13lrn lL
2 Tuberkl!llosijs paru B,TA m.egaliif
~ Kas;!Js. yang tiidak rnemenuhi defirnisi paru IBJTA
pada TB Kriiteria d i!!i1g noslik TB paru IB pooitif.
Tli.. PaUng
~)1 n egalif lidmli n1e(i puti ::BTA
haru s3 spestmen 1dt=1haik SPS lhasilrnv;;;i
negative
b)1 foto toraks a'bl'ilom1.al 1rnenul'ilj uklk~n gan1baran
~uberkru'loois
d .. c)1(dipeliimlbaliilg
)1 CHtentulkan Tidlak ada perbaikaclokter
n setelah pemherian
!illntuk odi'beri
k'1n)1CJlehnon OAT..
anlib:iatika [Pengob'1tar1.
e, lberdasal1(.,~Hi11 Ungkat
IK~asifiik
1 TlB paru BT.A
kf1para neg1atif
nami
1 foto tor~ ks positif d
pen1,llkit
aisi)1 keparahtrr1
ibagi be:Jd3~r1krn ~i~g~entuk
~3r~111
1 k~t befat Bernbik
bjfa
pernyakit~1 fotc lcrals
1 ning~n.g~rni. keruis
d~rnmelill 1
b~r~t p~
qam~3ra
y~ng p:rose~ Tt:Jr 00111
uas perfihaikarn b~mn nced1,
1 ~kan df.ln
ru
n
1[mi~~lrny~ ~oo:u kead3ian u rnurn11
pa~ien bl!
lru k,.
2)1 1ekstua- diba berda~erk p~o ting'. klepara
paru yait gi
TBpaniyaki~ ~n o ki-lt h~n
rrya,
1)1 e\k$flra
u: ringa lillisaln T ~elenj ~rrn ple1.
TBeiks1Jd
paru unilalern, lulanya:1(lkec tular
B ~riml~ kang), d~
fe, 1rivis
0fiva
kefenjar (jdren!ll.
n1l g 1.1~1i lg ,reniai, n
b)1 TB ekEitr~rf)aru bera~~ rnisatnyill:
1i11entinigi~is
p;enilo pleLa 2 1n1ilie:r
eksudat
1 perfkartlilis,
~Jl~'lera ~"1 b61'1k T
ueus, sail llramt
11ivis1 TBritis iv~ ke1rni~1, IB 1an ~ng~ B
dan alat kelamin. g
IK.11asiiflilkasij lbe<irdlas arl<ani riiw;l;'lya-t sebelumn"(.IJI
pengo.baitan berdasarik;an
K11asifika.s riiw;a.yt,it pe;ngoOO!ian seibetumin:ya, di'b~gi rinenjraidi
i liipe paelen, yaitu:
bebe;rapa
'ii lli<asos b a rrl!ll
~ Ada'lah pa.siern yang beilum per111ah dlowtii de:ngan OAT atau siudah
pemah meneten OAT lkurang darii satu bu Ian (4 minggu).

2~ !K,3SUS kambuhi (.ReJapsJr


Ada1ah pa.sien tuberln.!llosis y3ng sebelu rnnyi!il pernan 1111
pe111gobatarn tube:riku'le>sis dan l:ellah dlnya.takari :se;mlnm endepata~au
perngobatan lelillgkap, dlidiagrnosis lken1ba1i dengarn BT A posiitiif (apus3n
a.tau lku'ffiuu-).

3~ lli<asus setella'lil IP ufus l:rlerobat (DwauJt )


Ada1ah pasten yang 'tei1ah berabat darn 1purus ber,ooo.t .2 lbulan atau lelbih
dengan IBTA p!Os.itif'.

4~ !Kasos setellalil 'Qil1Qi31 (FaiJUF<e!)


Acila1ah pasien yang hosi] peme,ri~saa111 daha'knya telop positif al!au
kerinbali rinernjadl positif 1pada lbulan lke{lirna ateu lebih seliJima
pengobatarn.

S. !K,asos Pi111,dahan r~Tronsfer in~


~ Adalah pasiien yang dlip:indaihlkan darii llPK yang linemili~ register TB
lain untuk me1onjuik'3n pengabaitannya.

6.~ IK3iS:lflS ll31ilill:


Ada'lrati :seimllla lkasu:s yllllng fidak ketentuan diatas, [)ala1n
mem1enuhi in'i l:enm3slJlk KasulS Krionilk,
kefompok yaitu pasren deng3n lha~il
pernerikaaanm,aiS<ih BTA iposi~if setelah .selesa:i pengol:::iatan u'lan;gan
_
PENGOBATAN
Tujuan : memusnahkan kuman yang
ada dalam tubuh penderita.
Tapi kita tak tahu pasti kapan hal ini
terjadi.
Dalam prakteknya :
Tujuan pengobatan membuat sekret
bronkus (sputum) bebas dari kuman
TB yang dibuktikan dengan hasil
kultur yang negatif.
Tujuan pengobatan bukan menjadikan
gambaran radiologis menjadi normal kembali.
Keberhasilan pengobatan bukan ditentukan oleh
gambaran radiologis.
(walaupun kelainan radiologis menetap tidak
berarti bahwa pengobatan gagal.)

Adanya kelainan radiologis yang


menetap menunjukkan luasnya
kerusakan jaringan paru pada awal
pengobatan
SYARAT-SYARAT
PENGOBATAN PARU
1. Kombinasi obat minimal 2
obat
2. Terus menerus tidak boleh
terputus
3. Jangka lama
Dulu 1 2 tahun
Kini 6 bulan
4. Dosis adekwat
5. Kuman harus sensitif terhadap obat
yang diberikan.
M. TB Robert Koch - 1882
Sinar X untuk diagnosa TB Paru - 1920
Streptomisin sebagai obat anti
TB pertama - 1944
PAS - 1946
INH - 1952

Pengobatan TB paru baru memberikan hasil


yang baik untuk pertama kalinya adalah setelah
mengkombinasikan:
Streptomisin + INH + PAS selama 1 - 2 tahun
kombinasi Streptomisin + INH + PAS
memerlukan masa pengobatan 1 2 tahun
(jangka panjang)
kelemahan :
Terlalu lama
Efek samping obat
Harus disuntikkan (S)

Akibatnya banyak drop out


(tidak meneruskan pengobatan)
Dengan ditemukannya Rifampisin dan
ditemukan kembali Pirazinamid
pengobatan TB paru bisa lebih pendek
masanya yaitu : 6 bulan
(pengobatan jangka pendek)
Banyak kombinasi obat anti TB (OAT) yang
bisa dipakai, demikian juga masa
pengobatannya
Minimal 6 bulan dengan memakai rifampisin
Kombinasi 3 4 macam OAT selama 2
bulan pertama tiap hari (fase awal)
Dilanjutkan dengan INH + Rifampisin saja
selama 4 bulan berikutnya (fase lanjutan)

Bisa tiap hari atau secara berkala


(intermitten) 2 3 kali seminggu
OBAT-OBAT ANTI TB

1. Isoniazid = isonicotinic acid hidrazid


= INH (H) - 1952
2. Rifampisin (R)
3. Pirazinamid (Z)
4. Etambutol (E)
5. Streptomisin (S) - 1944
6. Tiasetazon (T)
7. PAS = para amino salicylic acid - 1946
8. Sikloserin (Cyc)
OBAT-OBAT ANTI TB
9. Protionamid (Pro)
10. Kapreomisin (Cap)
11. Etionamid (Eth)
12. Viomisin (Vio)
13. Kanamisin (Kan)
14. Amikasin
15. Ofloxacin
16. ciprofloxacin
Bila seseorang telah didiagnosa sebagai TB paru,
pengobatan tergantung kepada:
Hasil pemeriksaan BTA
Luasnya penyakit
Riwayat pengobatan sebelumnya

Berdasarkan faktor-faktor di
atas
WHO
merekomendasikan
4 kategori
KATEGORI I
Kasus baru TB paru BTA (+)
Kasus baru TB paru BTA (-)
Kasus baru TB ektra paru
Alternatif pengobatan

FASE
FASE LANJUTAN
AWAL
4 (PILIH SALAH
R3H3 SATU)
2 RHZE 4 RH
KATEGO II
RI
TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan
sebelumnya :
Kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
Alternatif pengobatan

FASE LANJUTAN
FASE
(PILIH SALAH
AWAL
SATU)
5 R3H3E3
2 RHZES + 1 5
RHZE RHE
Kemasan OAT
Obat tunggal,
Obat disajikan secara terpisah, masing-masing
INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol.
Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose

Combination FDC)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat
dalam satu tablet
Do yg Dosis (m. Dosis I beraty
(Mg s1i: dianjur
lnter (rngi
1
Maks g) (rnlg) bada1n
40 (ig)
>
s
JKg kg J n1itt 1Kgf
kam < - 6
Harian
BB har e 40
BB~ 60 0
(mgf
i',
H Hari
f6 BBfi , {5
1 ~ ~
.) 5 kalii) @
0
E 15 f 0 @ f3
11 0U
10 5 3
10
75
00
5 U f50
, 0
00 75 @
2 4 Atau 6
bula bula bulan
Hali 3x/mi
B n n
an nggu Har
Har R ian
B Harian R
RK ian R H
ZE HZ 15 E
30- ~H 3xln~ng H
0! gu H
37 15017: Z '150/1 15 400/
38- 75 0/'1
5/4001 150 5015 150
54 . 50
175 00 1
55- 275 2
70 140 2 ,
2 3
PENJELASAN TERHADAP
PENDERITA DAN
KELUARGANYA
Apanya yang sakit
Penyebabnya
Penularannya
Rencana pengobatan
Lamanya pengobatan
Cara makan obat
Kemungkinan efek obat
samping
Melaporkan kepada dokter / petugas jika
mengalami efek samping yang tidak bisa
ditolerir
Jangan sekali-kali menghentikan
pengobatan sebelum disuruh dokter
Walaupun keluhan sudah hilang
semuanya,
tidak berarti penyakit sudah sembuh
STRATEGI DOTS

DOT = Directly observed shor


S treatment t
Prinsipnya :
course.
Menjamin seluruh dosis obat yang
telah
direncanakan dimakan oleh
penderita. di
Idealnya :
Setiap dosis obat dimakan oleh
5 ELEMEN STRATEGI DOTS
Komitme politi
Jamina 1n s
n Diagnosa
Yg bermut
Ketersediaan dengan
OAT u 4 2
mikrosko
p

3
5
Directly Observed
Treatment Short- Pengobata
Monitoring course
dan n
63
evalua pengawasan
jangka pendek
UNTUK ITU HARUS ADA
PENGAWAS MAKAN OBAT (PMO)

4
t
'
I

Anda mungkin juga menyukai