PEDOMAH
DIAGNOSIS
DAN
PENATALAKSAHA
AH
DllNDONESIA
( TB PARU )
Penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh
DEFINISI :
Mikobakterium Tuberkulosis.
Ada 3 varian M. Tuberkulosis
Var. Humanus
Var. Bovinum
Var. Avium
Yang paling banyak ditemukan pada manusia : M.
Tuberkulosis Humanus
Rober Koc pertam kal menemukan TB 24 Mare 188
t h a i kuman , t 2
Robert Koch
PENYAKIT INI MASIH MERUPAKAN
MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
DI
NEGARA BERKEMBANG
WHO :
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat
penting di dunia. Tahun 1992 , mencanangkan TB
sedbagai Global Emergency.
Perkiraan kasus TB secara global pada tahun 2009 adalah
insiden kasus 9,4 juta.
WHO 2010, Indonesia memenpati urutan ke 5 setelah
India, Cina, Afrika selatan, Nigeria.
TB Penyebab kematian 3 juta pertahun.
75 % dari kasus TB terdapat di negara berkembang.
Perkembangan TB DI INDONESIA
WHO 1962:
Yogya (urban) : AFB (BTA) + : 0,7 %
Malang (rural) : AFB (BTA) + : 0,39 %
Tuberkulin test positif: (telah terinfeksi M.
Tuberkulosis)
1 6 tahun 23,6 %
7 14 tahun 42,0 %
> 15 tahun 76,0 %
Rata rata 50,0 %
AFB = Fast
SURVEY KESEHATAN RUMAH TANGGA
(SKRT)
.
il
kas
I J
.,
-
R isi~o menjadiii
- - - - - -
TIB IBTA
: Falktor
11.1 us .+ : 1
: lingkungan TE billa
Jumllah
: Ve11tilasi
dengan HIV:
: iKepadatan 5-10% s.etiap
mahun II
I
: Dalam
>30% SEMB
ruangan
Falktor liiifetime'----
~
\ _(_+
P enilaku
~~
ii
.... ,,.-
1
ii
t _H_IV
TE.RPA
:
I Ii
)
JAN
111
IKonsentrasi
Kuman
llama kontak
I I
IMalnut
p,enyak~it
1
1
1
1
1
Keterlamb d~iagn
darn
atan pengoba.~an
memadai
osis
Tatalaksana tak
OM,
ni'si Kondisi
ii mmunos kesehat:an
upresan
Sebagai sumber :
penularan
Penderita TB Paru dengan BTA (+) pada
sputumnya
Apakah seseorang akan menjadi sakit atau tidak
setelah mengalami infeksi tergantung kepada:
Kenyataannya :
sebagian besar orang yang telah
(TB primer )
dormant
TB Reaktivasi
s)
I' .
. '
. e
e
.- .: -~
_.
. ."I
:
I
. I
I
.
mp
h
- ._
Komplex
Primer
PATOLOGI
Ada beberapa perubahan patologi anatomi
yang terjadi pada paru setelah mengalami
infeksi Mikobakterium Tuberkulosis
1. REAKSI PERMULAAN
initial response
Oedema
Pengerahan sel sel PMN untuk memakan
dan membunuh kuman yang masuk
2. PRODUCTIVE REACTION
Merupakan gambaran yang dominan
pada infeksi TB bila terdapat
keseimbangan antara :
Jumlah Day taha
kuma
Virulensi n a tubu
n
~
Gambaran tersebut berupa :
h
tuberkel
perkejuan
cavitasi
3. EXUDATIVE REACTION
Terjadi bila
Jumlah
Kuma Day taha
Virulensi
n
>
initial respons merupakan exudativa
a tubu
h
n
reaction
Pada exudativa reaction dimana tidak banyak
usaha tubuh untuk melokalisirnya, sehingga infeksi
meluas kesebagian besar / keseluruhan satu lobus
caseous pneumonia
bersamaan
Kompleks primer
TERGANTUNG KEPADA:
~
Meluas Sembuh
Secara langsung
Bronkogen
Limfogen
hematogen
TB PARU
Prime Post
r primer
TB Paru post primer :
Paling banyak
Sumber penularan
Terjadinya TB Paru post primer
1. Perluasan langsung lesi primer terutama bila infeksi
primer terjadi pada masa pubertas.
2. Reaktivasi lesi primer yang sudah tenang, terutama
karena daya tahan tubuh menurun
3. Penyebaran secara hematogen dari fokus primer
4. Superinfeksi eksogen
(infeksi baru dari luar)
Hasi18TA H.l'sitBTA
+ .
+++ .
++
Anbb10 Non-
1Jk OAT
Tidok Ado
ado perbaikan
perbaikan
HasilBTA
+++
++
foto taks
dan
penimbangan
dol(ter
TB BUKAN
TB
C.1u~n: P~.J k:t:acbarM.t~.)Jlil'I Wttntu dtn~npenim~ainktg.rrwa~ d.-i
mtdi5
spesialistik. alur tersebct dapa:i digooakan secara lebh fleksibel.
GEJALA KLINIS
Tanpa keluhan:
Terutama pada kasus ata din
ringan u i
Diketahui secara
kebetulan
Pemeriksaan radiologi
Rutin
Check up
cepat
Amenorrhea
KELUHAN LOKAL ( respiratorik)
Batuk : tak ada yang khas untuk TB Paru.
Batuk 2- 3 minggu harus dicurigai TB
Paru.
Sputum : Mengeluarkan dahak.
Juga darah
Batuk tidak ada yang khas.
= hemaptoe = hemoptysis.
Bervariasi : sedikit masif
Nyeri dada
Sesak nafas :
Proses luas
Ada efusi pleura
Ada pneumotoraks
KELAINAN FISIK
Keadaan umum
yang
Bisa baik; bahkan kadang pada kasus-kasus
Redup
Fremitus meningkat
Suara nafas bronkial
-
TERUTAMA PADA LAPANGAN ATAS
PARU
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
GAMBARAN RADIOLOGI TB PARU
1. Kelainan terutama pada lapangan atas paru.
2. Bayangan bercak-bercak atau noduler.
3. Adanya kavitas (caverne).
4. Adanya kalsifikasi.
5. Kelainan bilateral di lapangan atas.
6. Kelainan menetap setelah beberapa minggu.
7. Bayangan milier.
8. Bayangan fibrosis.
LABORATORIUM
Sputum: membuktikan adanya
Mikobakterium Tuberkulosis sputum
dalam
sangat penting artinya untuk;
Diagnosa
Menilai hasil pengobatan.
Pemeriksaan sputum:
Pewarnaan langsung
Kultur (pembiakan) butuh waktu 4 8 minggu
antara
PEMERIKSAAN SPUTUM LANGSUNG
dari penderita TB
paru
DIAGNOSA TB PARU
Klinis :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Radiologis : Rontgen Foto
toraks
Bakteriologis :
Pemeriksaan sputum
BTA
langsung
k
ultur
YANG LEBIH PENTING UNTUK
DIAGNOSA TB PARU
Pemeriksaan sputu :
bakteriologis m
- BTA langsung
- Kultur
PemeriksaanTidak dapat dipakai
radiologi toraks untuk Menyingkirkan
kemungkinan adanya TB Paru
Stateskop
( tidak adanya kelaian pada pemeriksaan fisik
bukan berarti TB nya tidak ada)
DIAGNOSA PASTI
Klinis (+)
Radiologis (+)
Bakteriologis (+)
BTA Sputum (+)
langsung
Kultur (+)
KLASIFIKASU PENYA.Krtr D.Af'l lfllPE PA.SIEN
Penernuan pemiviJ dan tipe pasfer t1J1bereu~o~is
suatu 0 definiS' k~s!Jsa
lkrafJ;iftk.asi akit 1r1:1elipufi tial
n memerfu kan
1
.i
1 lokais,1 ya:11~
organ yarng :stJ kit: paliu
empet 1 atau 6k$'fra
yai~u:
.. ateu tubuh
~h:zi1perineMiks.
paru; daha eecara m(kroskopis.)c posi~i
2. IBiltderiolagi siJ
ateu BliA negaif; aia11 k BT A f
3.
. Tirngkat pernyaB;Jit nirngarn atau
. Riwayat
keparahan TB $ebalu mrnya: barn
pengobatanberat, suooll pernah dioba.ti
4 ataa
L
Beberapa istilah damm detfinisi
TB : Pasien TB yang re~i dibukiik3 secara n1[kroskopi atau
~ Kasus kasus.
.. dldi:zig nos.is o.1leh Zltl n s
2. Ka$U
dokrer. TB pa~ti {defirniti : pa~ien denqa fl bia kan po~ilif umfu'
. S f)
Mycooocterium ,wberreulosis :
ahiu ~1chi ada fa&in~:as k
~~urarng
dahak kSPS hasilnya BliA
lliaka111.
k!Jrangirnya 2 dari 3 spesi men
posiitif_
a Kllasijfiikasii be:rdasarkalilJ org:in
1 Tuber1k
tubuh rparu.
~nig terk.e,na: p~r adal 1llllrerkt yar
ulosijs
)1 rnenyer~ng 1 ulrerlku1o~i
.~~ringon u ~id~k
~h tem1a~uk
dosis ng
1(parenki1i111)
$ panu. P,leura (relaput
paru) d~ ekiStra
2) Tubelitul n [pt1IU. T'uberkulosis y1ng
1 lel6nja:r1pada
os~s
lai seil' p:ar hilus. pleu
menyemng
in1i$a orgal1il
~ela~llbuh
otal selaptd
n 1irn ke~ernjar
(pe;Jiicar lrnya ra~ put ,
persendfatn.~~ntung
usus,
salu ren u lymfe
diu111~, 11aim kehlmi111
2 t~lang, , kulit,
1 girnjill,
lkenci111g dan ~~in-la:in ..
IK,~3sijfiik lrr! li11asiiU dahat mikJoskopijs, y-
as~
pada T1B ~[dlasarl(,ai1i pemeriksL11an aiitll
Paru: 11
~ Tuberkulosijs para B,if A positif.
~ a) Selrurmnig- 2 dan 3 spesiimen dati.ak SPS haSiil11yai
1 kurangrnya BTA
1
b) G)OS(filf. dtlhali SPS timilnya STA 1positif den fate toralts
1 nternunju'.ktnan
spesimen dedagan1baran
c) tJJbertkuJosis
1 spescn1en .. SPS haS<i[11Ya BTA [POSitif ean E:da1kan
datna1k kurnen TB
d ) po~itiif.
1 iltau spesimen daihiak positi sere1ah 3
1 leibih peda pernertkseen ~ebeilumnya
hasilnya if haS(ilnya
speshnen BTA
dan tiida
daturk 1k ada
SPS p.eribaikaliil setelah
negatif :anlfbiatika non OA
pennbet13lrn lL
2 Tuberkl!llosijs paru B,TA m.egaliif
~ Kas;!Js. yang tiidak rnemenuhi defirnisi paru IBJTA
pada TB Kriiteria d i!!i1g noslik TB paru IB pooitif.
Tli.. PaUng
~)1 n egalif lidmli n1e(i puti ::BTA
haru s3 spestmen 1dt=1haik SPS lhasilrnv;;;i
negative
b)1 foto toraks a'bl'ilom1.al 1rnenul'ilj uklk~n gan1baran
~uberkru'loois
d .. c)1(dipeliimlbaliilg
)1 CHtentulkan Tidlak ada perbaikaclokter
n setelah pemherian
!illntuk odi'beri
k'1n)1CJlehnon OAT..
anlib:iatika [Pengob'1tar1.
e, lberdasal1(.,~Hi11 Ungkat
IK~asifiik
1 TlB paru BT.A
kf1para neg1atif
nami
1 foto tor~ ks positif d
pen1,llkit
aisi)1 keparahtrr1
ibagi be:Jd3~r1krn ~i~g~entuk
~3r~111
1 k~t befat Bernbik
bjfa
pernyakit~1 fotc lcrals
1 ning~n.g~rni. keruis
d~rnmelill 1
b~r~t p~
qam~3ra
y~ng p:rose~ Tt:Jr 00111
uas perfihaikarn b~mn nced1,
1 ~kan df.ln
ru
n
1[mi~~lrny~ ~oo:u kead3ian u rnurn11
pa~ien bl!
lru k,.
2)1 1ekstua- diba berda~erk p~o ting'. klepara
paru yait gi
TBpaniyaki~ ~n o ki-lt h~n
rrya,
1)1 e\k$flra
u: ringa lillisaln T ~elenj ~rrn ple1.
TBeiks1Jd
paru unilalern, lulanya:1(lkec tular
B ~riml~ kang), d~
fe, 1rivis
0fiva
kefenjar (jdren!ll.
n1l g 1.1~1i lg ,reniai, n
b)1 TB ekEitr~rf)aru bera~~ rnisatnyill:
1i11entinigi~is
p;enilo pleLa 2 1n1ilie:r
eksudat
1 perfkartlilis,
~Jl~'lera ~"1 b61'1k T
ueus, sail llramt
11ivis1 TBritis iv~ ke1rni~1, IB 1an ~ng~ B
dan alat kelamin. g
IK.11asiiflilkasij lbe<irdlas arl<ani riiw;l;'lya-t sebelumn"(.IJI
pengo.baitan berdasarik;an
K11asifika.s riiw;a.yt,it pe;ngoOO!ian seibetumin:ya, di'b~gi rinenjraidi
i liipe paelen, yaitu:
bebe;rapa
'ii lli<asos b a rrl!ll
~ Ada'lah pa.siern yang beilum per111ah dlowtii de:ngan OAT atau siudah
pemah meneten OAT lkurang darii satu bu Ian (4 minggu).
Berdasarkan faktor-faktor di
atas
WHO
merekomendasikan
4 kategori
KATEGORI I
Kasus baru TB paru BTA (+)
Kasus baru TB paru BTA (-)
Kasus baru TB ektra paru
Alternatif pengobatan
FASE
FASE LANJUTAN
AWAL
4 (PILIH SALAH
R3H3 SATU)
2 RHZE 4 RH
KATEGO II
RI
TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan
sebelumnya :
Kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
Alternatif pengobatan
FASE LANJUTAN
FASE
(PILIH SALAH
AWAL
SATU)
5 R3H3E3
2 RHZES + 1 5
RHZE RHE
Kemasan OAT
Obat tunggal,
Obat disajikan secara terpisah, masing-masing
INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol.
Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose
Combination FDC)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat
dalam satu tablet
Do yg Dosis (m. Dosis I beraty
(Mg s1i: dianjur
lnter (rngi
1
Maks g) (rnlg) bada1n
40 (ig)
>
s
JKg kg J n1itt 1Kgf
kam < - 6
Harian
BB har e 40
BB~ 60 0
(mgf
i',
H Hari
f6 BBfi , {5
1 ~ ~
.) 5 kalii) @
0
E 15 f 0 @ f3
11 0U
10 5 3
10
75
00
5 U f50
, 0
00 75 @
2 4 Atau 6
bula bula bulan
Hali 3x/mi
B n n
an nggu Har
Har R ian
B Harian R
RK ian R H
ZE HZ 15 E
30- ~H 3xln~ng H
0! gu H
37 15017: Z '150/1 15 400/
38- 75 0/'1
5/4001 150 5015 150
54 . 50
175 00 1
55- 275 2
70 140 2 ,
2 3
PENJELASAN TERHADAP
PENDERITA DAN
KELUARGANYA
Apanya yang sakit
Penyebabnya
Penularannya
Rencana pengobatan
Lamanya pengobatan
Cara makan obat
Kemungkinan efek obat
samping
Melaporkan kepada dokter / petugas jika
mengalami efek samping yang tidak bisa
ditolerir
Jangan sekali-kali menghentikan
pengobatan sebelum disuruh dokter
Walaupun keluhan sudah hilang
semuanya,
tidak berarti penyakit sudah sembuh
STRATEGI DOTS
3
5
Directly Observed
Treatment Short- Pengobata
Monitoring course
dan n
63
evalua pengawasan
jangka pendek
UNTUK ITU HARUS ADA
PENGAWAS MAKAN OBAT (PMO)
4
t
'
I