Anda di halaman 1dari 15

Blok 3 Modul 1

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

MADHERISA PAULITA
1310015099
Cairan dan Elektrolit Tubuh

Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara


intake dan output.

Elektrolit adlh zat kimia yg menghasilkan partikel-


partikel bermuatan listrik yg disebut ion jika berada
dlm larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan
tubuh.

fungsi sel
Kita mengkonsumsi 2 L cairan yg mengandung 6-15
gr NaCl, juga elektrolit dlm jumlah bervariasi ,
mencakup K+, H+, Ca2+, HCO3-, ion fosfat

Tugas tubuh adlh mempertahankan keseimbangan


massa, apa yg masuk harus di ekskresikan bila tubuh
tdk memerlukannya
Mekanisme kehilangan cairan
- 1,5 L hilang melalui urine
- sebagian kecil 100 mL hilang melalui feses
- Kehilangan tidak disadari (perm kulit & uap air)
900 mL
Ginjal Mengonservasi Cairan

Ginjal membuang kelebihan cairan dgn


mengekskresikannya dlm urin ttp tdk dpt
menggantikan volume yg hilang. (mengatur
volume urine yg keluar)

Volume yg hilang kelingkungan hrs digantikan dari


lingkungan.
Medula Ginjal membentuk Urine Pekat

Pemeliharan homeostasis mmbutuhkan


pembuangan kelebihan air, ginjal mnghasilkan byk
urine encer dg osmolaritas serendah 50 mOsM

mekanisme >> meningkatkan kepekatan urine 4x


kepekatan darah (1200 mOsM : 300 mOsM)

Osmolaritas interstisial medula membuat urine jd


pekat dlm perjalanannya melalui duktus koligens
Ginjal mengatur kepekatan urine dgn mengubah
jumlah air dan Na+ yg direabsorpsi dinefron distal
(tubulus distal & duktus koligens) >> urine encer.

Urine encer >> mereabsorpsi solut tnpa


memperbolehkan air mengikuti osmosis. Membran
apikal sel tubulus hrs tdk permeable utk air.

Urine pekat >> nefron hrs mereabsopsi air ttpi


meninggalakn solut dilumen tubulus.
Keluaran urine yg diproduksi ginjal dipengaruhi oleh
ADH (hormon hipofisis posterior Vasopresin) >>
duktus koligens mnjd permeabel utk air.

Pengaruh vasopresin yg berjenjang memungkinkan


tubuh utk menyesuaikan kepekatan urine dgn
kebutuhan tubuh
Pelepasan vasopresin disbbkan krna osmoreseptor
(pemantau osmolaritas) trdpt dihipotalamus.

Bila osmolaritas plasma berada dibwh nilai ambang


280 mOsM >> osmoreseptor tdk menghasilkan
cetusan & pelepasan vasopresin berhenti.

Penurunan tekanan darah ( baroreseptor dikarotis &


aorta) & volume darah (peka-regangan diatria) >>
rangsangan pelepasan vasopresin dg kekuatan rendah
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan
renin yg menimbulkan produksi angiotensi II pd
hipotalamus utk melepaskan substrat neural yg
bertanggung jwb trhdp sensasi haus. (osmolaritas
280 mOsM).

Peningkatan tekanan osmotik akan menybbkan


osmoreseptor dihipotamalus mengaktivasi jaringan
saraf yg mnybbkan sensasi dahaga
Gastrointestinal

Berperan dlm mengeluarkan cairan >> 100-


200mL/hari diatur melalui mekanisme reabsorbsi
(penyerapan/pengeluaran air) didlm mukosa kolon.
Paru-paru

Menghasilkan insensible water loss kurang dr 400-


500 ml/hari, bila proses respirasi/suhu tubuh
meningkat mk IWL dpt meningkat.
Kulit
Pengaturan cairan terkait dg proses pengaturan panas yg
atur oleh saraf vasomotorik mengendalikan arteriol kutan
>> vasodilatasi & vasokontriksi.
1. Pelepasan panas dilakukan dg cara penguapan
tergantung jg byknya darah yg mengalir melalui
pembuluh darah dlm kulit.

2. Pemancaran (melepas panas keudara sekitarnya)


- Konduksi (mengalirkan panas kebenda yg disentuh)
- konveksi (mengalirkan udara panas ke perm lebih
dingin) >> sekresi aktif keringat dikendalikan saraf
simpatis
Referensi

1. Silverthorn, Dee Unglaub. (2013). Fisiologi


Manusia : Sebuah Pendekatan Terintegrasi Ed 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai