Anda di halaman 1dari 54

PENCEMARAN TANAH

KELOMPOK 2

ASTRI ESTIARINI
MAYA YULISTIANA
MOH. AGUNG RAMADHAN
NAJIAH RAHMATUN NISA
RESA RESTIANTI
YAYANG SOLEHUDIN
NAJIAH RAHMATUN NISA
STATUS LOGAM BERAT MERKURI (Hg)
DALAM TANAH PADA KAWASAN
PENGOLAHAN TAMBANG EMAS DI
KELURAHAN POBOYA, KOTA PALU
MIRDAT, YOSEP S PATDUNGAN, ISRUN
MAHASISWA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
TADULAKO, PALU

NAJIAH RAHMATUN NISA


PENDAHULUAN

Proses pengolahan biji emas yang dilakukan di


Kawasan Poboya yaitu proses amalgamasi dimana
proses penggilingan dan proses pembentukan
amalgam dilaksanakan bersamaan di dalam suatu
amalgamator yang disebut tromol. Setelah material
dianggap sudah tidak mengandung emas, tetapi
masih mengandung merkuri, oleh para penambang
dibuang ke tanah lokasi sekitar (Ruslan dan
Khairuddin, 2011).
BAHAN DAN METODE
Bahan yang digunakan meliputi contoh tanah, dan tailing diambil dari
lokasi pengolahan emas dan dari areal kebun campuran dan
persawahan Kelurahan Poboya Kota Palu. Bahan lain yang digunakan
adalah peta rupa bumi. Peralatan lapangan yang digunakan meliputi:
cangkul, sekop, linggis, bor tanah, ring sampel, palu, parang, kantong
plastik, label, GPS, dan alat tulis. Sedangkan alat analisis di
laboratorium meliputi Mercury Analyzer, AAS, Spectrophotometer, pH
meter, oven, tanur, dan seperangkat alat laboratorium lainnya.
Instrumen untuk olah data adalah computer set yang didukung oleh
beberapa software termasuk Auto Cad 2009.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei yang menggambarkan/menguraikan sifat dari suatu keadaan
lokasi secara aktual dan mengkaji penyebab dari gejala-gejala
tertentu.
TEKNIK PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan/Pra Survei
Penelitian Lapangan
Penelitian Laboratorium
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Merkuri Dalam Tanah
Areal Terbuka
Perawahan dan Kebun Campuran

Kandungan Merkuri pada Area Pengolahan


KESIMPULAN

Penggunaan merkuri (Hg) pada penambangan emas rakyat di


Poboya telah mencemari lingkungan terutama tanah, hal ini
ditunjukan oleh kadar merkuri pada semua sampel tanah
yang diambil dari lokasi penelitian.
Semakinjauh tanah yang diambil sebagai sampel dari lokasi
pengolahan menunjukan kandungan merkurinya rendah.
ASTRI ESTIARINI
BIOREMEDIASI LOGAM TIMBAL (Pb)
DALAM TANAH TERKONTAMINASI LIMBAH
SLUDGE INDUSTRY KERTAS PROSES
DEINKING
HENGGAR HARDIANI, TEDDY KARDIANSYAH, SUSI SUGESTY

ASTRI ESTIARINI
PENDAHULUAN

Industri Kertas dengan proses deinking adalah salah satu industri yang menghasilkan limbah
padat yang diklasifikasikan sebagai limbah B3 dari sumber yang spesifik (Peraturan
Pemerintah No18/1999 dan 85/1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun). .
Pada umumnya limbah padat tersebut mengandung logam Pb, Cr, Cu, Ni, Zn, Cd dan Hg yang
berasal dari tinta yang larut dalam air limbah.
Logam Pb merupakan logam berat yang sangat beracun dan tidak dibutuhkan oleh manusia,
sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya. Di dalam
tubuh manusia, logam Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan
hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil logam Pb dieksresikan lewat urin atau feses karena
sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku,
jaringan lemak, dan rambut.
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan
dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran dan cukup
menarik. Selain hemat biaya, dapat juga dilakukan secara in situlangsung di tempat
dan prosesnya alamiah.
METODE
Penelitian dilakukan di laboratorium
yang meliputi, karakterisasi media tanah
terkontaminasi limbah deinking; pembuatan
inokulum mikroba dan percobaan
bioremediasi.
Tahapan percobaan dapat dilihat pada
diagram
alir penelitian
1. Karakterisasi tanah terkontaminasi limbah deinkingdan limbah sludge, meliputi parameter
kandungan logam dalam tanah yang meliputi Cd, Cr, Cu, Pb, Ni dan Zn. Metode analisa mengacu
Standard Methods for the Examination of Water & Wastewater, APHA, 21 st Edition, 2005 diukur dengan
Direct Air Acetylene Flame Method, AAS.
2. Pembuatan inokulum mikroba. Mikroba konsorsium yang digunakan dalam penelitian dikultur pada
medium Pepton glukosa ekstrak (PGE) cair, diaktivasi 3 kali dengan menggunakan medium yang sama
selama 24 jam pada suhu 37C dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Setiap inokulum kultur secara
terpisah, satu ose biakan di inokulasi ke dalam 10 mL medium PGE, kemudian diinkubasi 1 hari dan
dianalisis jumlah selnya. Inokulan campuran 2,5 mL dari masing-masing inokulan tunggal
diinokulasikan ke dalam 2 liter medium PGE, kemudian diinokulasikan hingga mencapai minimum 109
sel/mL (Mamik, 2004). Pembuatan inokulum hasil akhirnya adalah inokulum yang siap dipakai untuk
kegiatan bioremediasi.
3. Percobaan dilakukan dengan menggunakan tanah terkontaminasi limbah kertas proses deinking.
Sebanyak 1,5 kg tanah kering udara ditimbang dan dimasukkan ke dalam reaktor bioremediasi yang
dialiri udara untuk aerasi, kemudian diinokulasi dengan suspensi mikroba campuran dan diaduk secara
merata. Pengamatan terhadap kadar air dilakukan setiap 3 hari sekali dan dilakukan pengadukan. Kadar
air dijaga sekitar 60%, diatur dengan menambahkan air. Percobaan dilakukan dengan variasi perlakuan
jumlah inokulum : kontrol; 5; 10 dan 15% (v/w) dan waktu inkubasi : 10; 20; 30; 40; 50; dan 60 hari.
Percobaan dilakukan dalam ulangan 3 kali.
4.Pengamatan parameter logam Pb meliputi : Soluble-exchangeable, Bound to
carbonates, Bound to FeMn oxides, Bound to organic matter, dan Residual,
Prosedur analisis mengikuti Sequential Extraction Procedure (Amanda, 2010).
Alat yang digunakan untuk ekstraksi adalah shakerdan sentrifuse.

5.Penentuan Germination index (GI) dengan menggunakan tanaman Brassica


oleracea L. dan percobaan dilakukan dalam ulangan 3 kali (Gao et al., 2010).

6. Metode evaluasi data


Secara statistik dengan ANAVA Uji F
Perhitungan koefisien distribusi (Huang, 2005)
HASIL

Karakteristik Logam Berat


Pengaruh Penambahan Jumlah Inokulum dan Inkubasi
RESA RESTIANTI
REMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM TIMBAL
(PB) MENGGUNAKAN TANAMAN BAYAM CABUT
(AMARANTHUS TRICOLOR L.)
Bahan Alat
Aquadest Polybag
Lempengan logam Pb Tabung reaksi
Bibit tanaman Bayam Labu ukur
Tanah Gelas ukur
Pupuk organik dan kapur dolomit Pipet tetes
Batang pengaduk
Timbangan analitik
Oven
Tanur
Timbangan analitik
Kertas saring
Pembenih
an

Metodolo
gi
penelitian
Penanaman,
Penyiapan aklimatisasi
media dan analisa
tanaman parameter
Data yg di
kumpulka
n dari
tanah

Variab
el atau
Data
Data yang Data yang
dikumpulka dikumpulkan
n dari setiap dari polybag
tanaman berisi tanah
bayam dan
tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemasaman tanah gambut yang tinggi dipengaruhi oleh keberadaan asam-
asam organik di dalamnya. Ion H+ dalam tanah gambut berada dalam bentuk gugus
fungsional asam-asam organik terutama dalam bentuk gugus karboksilat (-COOH)
dan gugus hidroksil dari fenolat (-OH). Gugus tersebut merupakan asam lemah yang
dapat terdissosiasi menghasilkan ion H+, dan mampu mempertahankan reaksi tanah
terhadap perubahan kemasaman tanah. Tanah yang memiliki pH terlalu asam seperti
tanah yang digunakan pada penelitian ini dapat menyebabkan kemampuan akar
tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara dalam tanah menjadi berkurang
kadar logam timbal (Pb) pada tanaman semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu penanaman. Pada akhir pengamatan
tingkat akumulasi logam timbal lebih besar daripada di awal
pengamatan. Hasil pengukuran tersebut menunjukan pada waktu
pengukuran 7 hari telah terjadi penyerapan logam timbal (Pb),
tetapi masih dalam kadar yang sangat kecil. Pada waktu
pengukuran selanjutnya terjadi peningkatan penyerapan, yang
terjadi pada hari ke-14 dan ke-21 hari. Kadar Pb yang terserap olah
tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L.) pada hari ke-7
sangat kecil yaitu kurang dari 0,100 mg/kg. Hal ini dapat
disebabkan karena ukuran tanaman pada hari ke-7 masih sangat
kecil, sehingga kemampuan tajuk tanaman dalam menyerap logam
timbal juga masih sangat kecil. Jaringan tanaman yang masih kecil
belum bekerja secara maskimal, salah satunya dalam proses
MOHAMAD AGUNG RAMADHAN
MOHAMAD AGUNG
RAMADHAN
PENDAHULUAN

Upaya untuk membersihkan daerah tercemar dengan penerapan


strategi rehabilitasi lingkungan umumnya sangat mahal (Onrizal,
2005), sehingga penting untuk mengembangkan strategi yang
murah dan ramah lingkungan. Penggunaan tanaman sebagai agen
dalam meremediasi logam berat pun telah di kembangkan pada
berbagai jenis logam berat dengan harapan dapat meremediasi
daerah tercemar dengan biaya yang relative murah (Brown et al
1995, Sal et 1995, Hidayat, 2011a, Ali et al. 2013). Perkembangan
terbaru penanganan tanah yang tercemar dengan logam berat
adalah dengan menggunakan biochar.
MEKANISME BIOCHAR DALAM
MEREMEDIASI TANAH TERCEMAR
LOGAM BERAT
BIOCHAR DAN MOBILITAS LOGAM
BERAT
BIOCHAR DAN BIOAVAILABILITAS
LOGAM BERAT
MAYA YULISTIANA
FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MERKURI (Hg2+)
MENGGUNAKAN TANAMAN AKAR WANGI (Vetiver
zizanioides)
PADA LAHAN EKS-TPA KEPUTIH, SURABAYA
PENDAHULUAN
Pada lahan eks TPA Keputih Surabaya belum
bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Lantaran
kandungan berbagai logam beratnya yang cukup
tinggi, tanaman sulit untuk tumbuh. Kandungan
logam berat yang utama adalah Pb, Cd, dan Hg.
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan
untuk menghilangkan, memindahkan,
menstabilkan, atau menghancurkan bahan
pencemar baik itu senyawa organik maupun
anorganik.
Tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides)
merupakan tanaman hiperakumulator logam yang
memiliki sifat daya penyerapan atau akumulasi
yang tinggi terhadap logam berat di jaringan
tumbuhan
METODELOGI ..
Alat Bahan

-Reaktor proses: polybag Limbah buatan yang


- Timbangan berasal dari larutan induk
- Peralatan pembuatan Hg2+
limbah buatan - Tanaman Akar Wangi
- Peralatan analisis - Tanah eks-TPA Keputih
parameter (Termometer, dan kompos sebagai media
Soil Tester, Tabung Reaksi, tanam
Cawan Petri, Penggaris, - Bahan kimia untuk
Plate Count, Autoclave, analisis jumlah koloni
Inkubator) mikroorganisme (nutrient
agar dan larutan fisiologis)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penurunan Kandungan Konsentrasi Merkuri (Hg2+) Di
Dalam Media Tanam
AKUMULASI KONSENTRASI MERKURI PADA TANAMAN

Setiap tanaman memiliki perbedaan sensivitas terhadap logam berat dan


memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam
berat. Dalam menyerap logam berat, tumbuhan membentuk suatu enzim
reduktase di membran akarnya yang berfungsi mereduksi logam. Dari akar
kemudian merkuri (Hg2+) harus diangkat melalui jaringan pengangkut,
yaitu xilem dan floem, ke bagian lain tumbuhan. Untuk meningkatkan
efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat (molekul
pengikat). Setelah itu, merkuri diakumulasikan di seluruh bagian tanaman
akar wangi (Vetiveria zizanioides) pada bagian akar, batang, dan daun.
Hasil rata-rata kemudian dianalisis kandungan logam berat merkurinya
yang dilakukan dengan metode AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometer).
hasil pengukuran logam merkuri (Hg2+) dalam tanaman akar
wangi
(Vetiveria zizanioides)
akumulasi logam
merkuri (Hg2+)
terbesar terjadi
pada media 90% tanah
tercemar + 10%
kompos pada
konsentrasi tertinggi
sebesar 1,208 mg/kg
dibandingkan dengan
media 100% tercemar
sebesar 1,145 mg/kg.
Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan
kompos mampu
membantu tanaman
akar wangi (Vetiveria
zizanioides) dalam
menyerap merkuri
(Hg2+).
YAYANG SOLEHUDIN
Asalamualaikum Wr WB

PENGGUNAAN BAKTERI Pseudomonas


fluorescens DAN PUPUK KANDANG DALAM
BIOREMEDIASI INCEPTISOL TERCEMAR
HIDROKARBON
PENGERTIAN

Inceptisol merupakan tanah yang tercemar akibat tumpahan


minyak mentah crude oil atau oli (Hidrokarbon)

Bioremediasi adalah suatu teknik rehabilitasi lahan dengan


menggunakan mikroorganisme (Pseudomonas fluorescens) untuk
mendegradasi bahan atau zat-zat pencemar pada lahan, misalnya :
limbah racun, pestisida, sampah, senyawa organik (minyak) dan
logam-logam berat (Sufardi, 2007).

Degradasi hidrokarbon dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa


faktor antara lain temperatur, kadar air, bahan organik tanah dan
biota tanah serta pasokan hara (pemupukan
Isolat Pupuk kandang(ton ha-1)
Bakteri 0 10 20 30
Hidrokarbon

Tanpa Isolat 1249,95 l 730,35 l 169,18 l 169,43


l

Dengan Isolat 31,51 l 23,57 l 17,60 l 25,77


l
Isolat Pupuk kandang(ton ha-1)
Bakteri 0 10 20 30
SPK

Tanpa 30,67 74,00 62,33 47,67


Isolat aA bA bA ab A
Dengan 32,67 60,67 93,00 144,3
Isolat aA aA bB 3cB
BNT(0,05
) =28,45
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai