Anda di halaman 1dari 57

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN

TRANSFER KE DAERAH, DANA DESA, DANA


DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
TAHUN ANGGARAN 2016

Disampaikan Pada:
Musrenbang Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Prov. Kalimantan Timur
OUTLINE
Hubungan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Dae
Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
Kebijakan Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Kebijakan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Arah Kebijakan Transfer Ke daerah ke Depan
HUBUNGAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL DAN
DAERAH

3
DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN

Undang-undang Nomor 25 tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
Undang-undang Nomor 17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional;
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Perpres Nomor 2 tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
POKOK-POKOK PENGATURAN PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Sistem perencanaan pembangunan nasional


bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan.

Perencanaan pembangunan daerah harus


mengacu kepada rencana pembangunan nasional.
RPJMN 2015-2019

M1. Mewujudkan keamanan nasional yang C1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi
mampu menjaga kedaulatan wilayah, segenap bangsa dan memberikan rasa aman
menopang kemandirian ekonomi dengan pada seluruh warga negara
mengamankan sumber daya maritim, dan C2. Membangun tata kelola pemerintahan yang
mencerminkan kepribadian Indonesia bersih, efektif, demokratis dan terpercaya
sebagai negara kepulauan. C3. Membangun Indonesia dari pinggiran
M2. Mewujudkan masyarakat maju, dengan memperkuat daerah-daerah dan
berkeseimbangan dan demokratis desa dalam kerangka negara kesatuan
berlandaskan Negara Hukum. C4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan
M3. Mewujudkan politik luar negeri bebas reformasi sistem dan penegakan hukum yang
aktif dan memperkuat jati diri sebagai bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
negara maritim C5. Meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia
M4. Mewujudkan kualitas hidup manusia C6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera saing di pasar internasional
M5. Mewujudkan Indonesia yang berdaya C7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
saing menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi
M6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara domestik
maritim yang mandiri, maju, kuat, dan C8. Melakukan revolusi karakter bangsa
berbasiskan kepentingan nasional C9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat
M7. Mewujudkan masyarakat yang restorasi sosial indonesia
berkepribadian dalam kebudayaan
6
Relevansi Kebijakan HKPD Dengan
Program Kabinet Kerja Jokowi (Nawacita
Jokowi-JK)

1. Membangun dari pinggir dimaksudkan bahwa


pembangunan dimulai dari daerah, utamanya
daerah perbatasan;
2. Meningkatkan kesempatan bagi daerah untuk
menumbuhkembangkan inovasi dan potensi lokal,
sesuai dengan culture dan kebutuhan riil
masyarakatnya;
3. Inovasi dan diskresi yang diberikan kepada
Daerah harus didukung dengan pendanaan dari
Pusat dan kewenangan daerah untuk
mengelolanya.

7
Sinergi Kebijakan Fiskal Nasional dan
Daerah
Interrelasi Kebijakan
Kebijakan fiskal daerah
Makro
harus sejalan dan
mendukung dengan
keempat kebijakan makro
Kebijaka Kebijakan
nasional.
n Fiskal Moneter
Seluruh kebijakan makro,
terutama Kebijakan Fiskal
mempengaruhi Kebijakan
Transfer ke Daerah Kebijakan
Kebijaka
Neraca
Pembayar
n Sektor
an Riil

8
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA
PUSAT DAN DAERAH

9
Cakupan Hubungan Keuangan Pusat
dan Daerah

Pemberian kewenangan perpajakan


kepada daerah (local taxing power)
dan kewenangan dalam melakukan
pinjaman;
Kebijakan transfer (revenue
assignment);
Keleluasaan untuk Belanja
(expenditure assignment).
10
Penerapan Prinsip Money
Follows Function

11
UU No.22 /1999
Otonomi Percontohan UU No.25 /1999 Memperkuat Otonomi

Pajak (40 Jenis) Krisis Ekonomi Open list Closed list


dan Retribusi tidak banyak Pengendalian Ada Pajak baru
(150 Jenis) berdampak pungutan yaitu, PBB-P2,
Pelimpahan terhadap daerah yang BPHTB, dan
Pajak Pusat peningkatan bermasalah sulit Pajak Rokok
PKB/BBNKB PAD dilakukan
Open list Membatasi Jenis
Pengendalian Pajak dan
oleh Retribusi
pusat/provinsi Closed list
Pajak baru yang
potensial PBBKB

12
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA

13
Kebijakan Umum Transfer ke Daerah

1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka


penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah;
2. Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan
antara Pusat dan Daerah dan mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antardaerah;
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di
daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik
antardaerah;
4. Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerah
tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pasca bencana;
5. Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan
infrastruktur dasar;
6. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan
daerah yang lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel;
7. Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah
dengan tetap memperhatikan akuntabilitas dan transparansi;
8. Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi Dana
14
Postur Transfer ke Daerah TA 2014 Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2015

Dana
Dana Bagi
Bagi Hasil
Hasil
Dana
Dana Bagi
Bagi Hasil
Hasil Dana
Dana Transfer
Transfer Dana
Dana
ke
ke Daerah
Daerah Dana DBH
Perimbangan
Perimbangan Dana Alokasi
Alokasi Umum
Umum
Dana
Dana Alokasi
Alokasi Umum
Umum DBH Pajak Pajak
DBH
DBH PBB
PBB
Dana
Dana Perimbangan
Perimbangan DBH
DBH PBB
PBB Dana
Dana Alokasi
Alokasi Khusus
Khusus
Dana
Dana Alokasi
Alokasi Khusus
Khusus DBH
DBH PPh
PPh
DBH
DBH PPh
PPh Dana
Dana Otsus
Otsus PAPUA
PAPUA
Dana
Dana Otsus
Otsus PAPUA
PAPUA DBH
Dana
Dana Otsus
Otsus PAPUA
PAPUA BRT
BRT DBH CHT
CHT
DBH
DBH CHT
CHT
Dana
Dana Otsus
Otsus PAPUA
PAPUA BRT
BRT
DANA Dana
Dana Otsus
Otsus Dana
Dana Otsus
Otsus ACEH
ACEH
Dana
Dana Dana
TRANSFER Dana Otsus
Otsus ACEH
ACEH TRANSFER KE
Otsus
Otsus DBH SDA
KE DAERAH DAERAH DAN Dana
Dana Inf.
Inf. Otsus
Otsus Papua
Papua
Dana
Dana Infras
Infras Otsus
Otsus Papua
Papua
DBH SDA DESA Kehutanan
Kehutanan
Dana
Dana Inf.
Inf. Otsus
Otsus PaBarat
PaBarat
Dana
Dana Infras
Infras Otsus
Otsus PaBarat
PaBarat Kehutanan
Kehutanan
Dana
Dana Pertum
Pertum
Pertum Keistimewaan
Keistimewaan
Dana
Dana Keistimewaan
Keistimewaan DIY
DIY Pertum Perikanan
Perikanan
DI
DI Yogyakarta
Yogyakarta
Perikanan
Perikanan Migas
Migas
Dana Tamb
Tamb Penghasilan
Penghasilan Guru
Guru
Dana Otsus
Otsus &
& Tamb
Tamb Penghasilan
Penghasilan Guru
Guru Migas
Migas
Penyesuaian
Penyesuaian Panas
Panas Bumi
Bumi
Tunjangan
Tunjangan Profesi
Profesi Guru
Guru
Tunjangan
Tunjangan Profesi
Profesi Guru
Guru Panas
Panas Bumi
Bumi
Dana
Dana Bantuan
Bantuan Op
Op Sekolah
Sekolah
Bantuan Transfer Lainnya
Transfer Lainnya
Bantuan Op
Op Sekolah
Sekolah
Dana
Dana Dana
Dana Insentif
Insentif Daerah
Daerah
Penyesuaian
Penyesuaian Dana
Dana Insentif
Insentif Daerah
Daerah
Dana
Dana Desa
Desa Dana
Dana P2D2
P2D2
Dana
Dana P2D2
P2D2

15
Dalam Miliar
Rupiah
2014 2015 PERUBAHAN

POSTUR APBNP 2015 APBN 2015


APBNP APBN APBN-P*
Nominal %
1. Transfer ke Daerah 596.504 637.975,1 643.834,5 5.859,40 0,9%
1.1. Dana Perimbangan 491.882 516.401,0 521.760,5 5.359,50 1,0%
1.1.1. Dana Bagi Hasil (DBH) 117.663 127.692,5 110.052,0 -17.640,50 -13,8%
1.1.1.1. DBH Pajak 46.116 50.568,7 54.216,6 3.647,90 7,2%
1.1.1.2. DBH Sumber Daya Alam 71.547 77.123,8 55.835,4 -21.288,40 -27,6%
1.1.2. Dana Alokasi Umum 341.219 352.887,8 352.887,8 0,00 0,0%
1.1.3. Dana Alokasi Khusus 33.000 35.820,7 58.820,7 23.000,00 64,2%
1.2. Dana Otonomi Khusus 16.148 16.615,5 17.115,5 500,00 3,0%
1.3. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 523 547,5 547,5 0,00 0,0%
1.4. Dana Transfer Lainnya 87.948 104.411,1 104.411,1 0,00 0,0%
2. Dana Desa - 9.066,2 20.766,2 11.700,00 129,1%

JUMLAH 596.504 647.041,3 664.600,7 17.559,40 2,7%

* Setelah penambahan optimalisasi sebesar Rp3 Triliun pada pagu DAK

16
1. Menetapkan perkiraan alokasi DBH secara tepat
waktu sesuai dengan rencana penerimaan
berdasarkan potensi daerah penghasil sebagai dasar
penyaluran.
2. Menyalurkan alokasi DBH berdasarkan rencana
penerimaan untuk menjamin kepastian jumlah dan
waktu.
3. Menyempurnakan sistem penganggaran dan
pelaksanaan atas PNBP yang dibagihasilkan ke
daerah.
4. Melakukan perhitungan kurang bayar/lebih bayar
DBH dengan memperhitungkan penyaluran tersebut
berdasarkan realisasi penerimaan.
5. Mempercepat penyelesaian penghitungan
PNBP SDA yang belum dibagihasilkan.
17
KEBIJAKAN DAU 2015

1. Menerapkan formula DAU secara konsisten dengan penerapan


prinsip Non Hold Harmless, melalui pembobotan dalam Formula
DAU yaitu pada:
o Alokasi Dasar;
o Komponen Kebutuhan Fiskal;
o Komponen Kapasitas Fiskal.
2. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
(sebagai equalization grant) yang ditunjukkan oleh Indeks
Williamson yang paling optimal, melalui pembatasan porsi
alokasi dasar dan mengevaluasi bobot variabel kebutuhan fiskal
dan kapasitas fiskal, dengan arah mengurangi ketimpangan
fiskal antar daerah, serta memperhatikan jumlah daerah yang
mengalami penurunan DAU dan total penurunannya relatif kecil.
3. Menetapkan besaran DAU yang bersifat final (tidak mengalami
perubahan), dalam hal terjadi perubahan APBN yang
menyebabkan PDN Neto bertambah atau berkurang.

18
Bobot Penghitungan Kapasitas Fiskal Dinaikkan Untuk
Mengalokasikan
DAU yang Lebih Besar Bagi Daerah yang Kapasitasnya Rendah

2014 2015
BOBOT VARIABEL
PROVINSI KAB/KOTA PROVINSI KAB/KOTA
ALOKASI DASAR 40% 49% 40% 49%
CELAH FISKAL 60% 51% 60% 51%
VARIABEL KEBUTUHAN
FISKAL
- INDEKS JUMLAH
PENDUDUK 30% 30% 30% 30%
- INDEKS LUAS WILAYAH 14% 13% 14% 13%
(LUAS LAUT) 35% 40% 35% 40%
- INDEKS IKK 27% 28% 27% 28%
- INDEKS IPM 15% 15% 17% 17%
- INDEKS PDRB /cap 14% 14% 12% 12%

VARIABEL KAPASITAS FISKAL


- PAD 58% 60% 70% 65%
- DBH PAJAK 55% 57% 100% 80%
- DBH SDA 63% 57% 100% 95%
19
KEBIJAKAN DAK DALAM APBN 2015

1. Mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP, serta melakukan


restrukturisasi bidang DAK sehingga lebih fokus dan berdampak
signifikan;
2. Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif
rendah dalam membiayai pelayanan publik untuk mendorong
pencapaian standar pelayanan minimal (SPM), melalui penyediaan
sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat;
3. Memprioritaskan daerah tertinggal, daerah perbatasan dengan negara
lain, daerah pesisir dan kepulauan sebagai kriteria khusus dalam
pengalokasian DAK;
4. Melanjutkan kebijakan affirmatif DAK yang diprioritaskan pada bidang
infrastruktur dasar untuk daerah tertinggal dan perbatasan yang
memiliki kemampuan keuangan relatif rendah.
5. Perubahan jumlah bidang DAK dari 19 bidang pada APBN 2014 menjadi
14 bidang pada APBN 2015
6. Perubahan kriteria kewilayahan dari 6 kriteria (ketahanan pangan, rawan
bencana, pariwisata, daerah tertinggal, perbatasan, dan pesisir
kepulauan) pada APBN 2014 menjadi 3 kriteria (daerah tertinggal,
perbatasan, dan pesisir kepulauan) pada APBN 2015

20
Kebijakan Afirmasi DAK dalam APBN 2015
Affirmative policy kepada 196 daerah tertinggal dan/atau daerah
perbatasan yang berkemampuan keuangan relatif rendah, melalui:
1.Pemberian alokasi DAK Tambahan bagi daerah tertinggal dan
perbatasan yang berkemampuan keuangan relatif rendah, yang
diperuntukan bagi DAK Bidang Infrastruktur Dasar, yaitu:
Infrastruktur Transportasi (sub bidang jalan dan sub bidang transportasi
perdesaan);
Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum; dan
Infrastruktur Irigasi.
2. Dana Pendamping untuk DAK Tambahan diatur berdasarkan
kemampuan keuangan daerah, yaitu:
Kemampuan Keuangan Daerah Rendah Sekali, diwajibkan menyediakan
dana pendamping paling sedikit 0% (nol persen);
Kemampuan Keuangan Daerah Rendah, diwajibkan menyediakan dana
pendamping paling sedikit 1% (satu persen); dan
Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan dana
pendamping paling sedikit 2% (dua persen).

21
KEBIJAKAN DAK DALAM APBN-P 2015
Dalam rangka mendukung pendanaan atas berbagai urusan
pemerintahan dan penyelenggaran layanan publik yang telah diserahkan
kepada daerah, maka salah satu mekanisme pendanaan yang tepat
untuk mendukung program prioritas nasional adalah melalui DAK.
Untuk itu dalam APBN-P 2015, dialokasikan DAK Tambahan:
Untuk mengakomodasi berbagai program/kegiatan yang mendukung
prioritas Kabinet Kerja (Kedaulatan Pangan, Revitalisasi Pasar
Tradisional, Peningkatan Layanan Kesehatan, dan Peningkatan
Konektivitas antar Wilayah), dialokasikan DAK Tambahan Pendukung
Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) pada TA 2015;
Untuk mengakomodasi berbagai usulan daerah yang disampaikan
melalui DPR-RI dan disetujui oleh DPR-RI.
DAK Tambahan dialokasikan pada bidang:
1) Bidang Infrastruktur Irigasi
2) Bidang Pertanian
3) Bidang Sarana Perdagangan
4) Bidang Kesehatan, dan
5) Bidang Transportasi/jalan
Pagu DAK Tambahan dalam APBN-P 2015 disepakati sebesar Rp23
Triliun.

22
Tunjangan Guru PNSD melalui
Transfer ke Daerah
Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD
1.Tunjangan Profesi diberikan kepada Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNSD) yang telah memiliki sertifikat pendidik dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali
gaji pokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
Tunjangan peraturan perundang-undangan, tidak termasuk untuk bulan
Guru PNSD ke-13.

Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil) PNSD


1.Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNSD) diberikan kepada guru yang belum
mendapatkan tunjangan profesi guru sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2.Besarnya adalah Rp250.000,00 per bulan selama 12 bulan.

23
Kebijakan
Bantuan Operasional Sekolah TA 2015
1.Dana BOS dialokasikan dalam APBN untuk meringankan
beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
dasar yang lebih bermutu.
2.Dana BOS dialokasikan untuk SD/SDLB dan SMP/SMPLB
serta digunakan untuk:
Biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar, dan
Mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
3.Dana BOS merupakan pelengkap dari kewajiban daerah
untuk menyediakan anggaran pendidikan dan bukan
merupakan pengganti BOS Daerah (BOSDA).
4.Perhitungan Kebutuhan Alokasi Dana BOS diusulkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5.Dana BOS disalurkan dari rekening kas negara ke
rekening kas umum daerah provinsi untuk selanjutnya
diteruskan ke sekolah dengan mekanisme hibah.

24
Dana Insentif Daerah (DID)

Dana Insentif Daerah dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk melaksanakan
fungsi pendidikan dengan mempertimbangkan kriteria kinerja tertentu, yang terdiri dari kriteria
kinerja utama, kriteria kinerja keuangan, kriteria kinerja pendidikan, kriteria kinerja ekonomi dan
kesejahteraan, dan batas minimum kelulusan kinerja.

No Kriteria Bobot Tahun 2014 Usulan Bobot


Tahun 2015
Kriteria Kinerja Keuangan 50% 50%
1. Opini BPK atas LKPD 35% 35%
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu 35% 35%
3. Effort peningkatan PAD 15% 15%
4. Penyampaian LKPD Tepat Waktu 15% 15%
Total Bobot Kriteria Kinerja Keuangan Daerah 100% 100%
Kriteria Kinerja Pendidikan 25% 25%
1. Partisipasi Sekolah (APK) 50% 50%
2. Reduction Shortfall IPM 50% 50%
Total Bobot Kriteria Kinerja Pendidikan 100% 100%
Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25% 25%
1. Pertumbuhan Ekonomi 30% 35%
2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 30% 30%
3. Penurunan Tingkat Pengangguran 20% 20%
4 Kluster Kemampuan fiskal daerah (KFD) 20% 15%
Total Bobot Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 100% 100%

25
Peta Sebaran Desa Per Provinsi

Aceh Gorontal
Kepri Kaltara Sulut Malut
6474 o
275 447 1490 1063
Sumu 657
t Sulten
PaBar
5389 g
1628
1839

Riau Kalba Kalti Papua


Sumba 5118
r 1592 r m
880 1908 833
Kalten
Jambi g
1398 1434

Bengkul Babel Sulba


u 309 Kals r
Maluk
1341 el 576
u
1864 Sultra 1191
Sulsel
2253 1820
Sumsel
2817

Lampung
2435 Jumlah
Desa
Banten Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT
5319 7809 392 7723 636 995 2950
74.093
1238 (Kemendagri)
26
KEBIJAKAN UMUM DANA DESA

1. Menetapkan alokasi Dana Desa yang bersumber dari


Belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang
berbasis desa (sesuai dengan amanat UU No.6 Tahun
2014 tentang Desa);

2. Mengalokasikan Dana Desa kepada kabupaten/kota


berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan
jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis;

3. Menyalurkan Dana Desa kepada kabupaten/kota


melalui mekanisme transfer;

4. Dana Desa digunakan untuk mendanai keseluruhan


kewenangan Desa dengan prioritas untuk mendukung
program pembangunan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

27
PENGALOKASIAN DANA DESA DALAM
APBN 2015
(BERDASARKAN PP 60/2014)

Keterangan:
Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk kabupaten/kota (sumber BPS)
Jumlah Penduduk Miskin adalah Jumlah Penduduk Miskin kabupaten/kota (sumber BPS)
Luas Wilayah adalah Luas Wilayah kabupaten/kota (sumber Kemendagri dan BIG)
IKK adalah IKK kabupaten/kota (sumber BPS) 28
PENGALOKASIAN DANA DESA DALAM
APBNP 2015 (BERDASARKAN REVISI PP
60/2014)
MENTERI KEUANGAN BUPATI/WALIKOTA
APBN
DANA DESA DANA DESA
PER KAB/KOTA PER DESA
90%
10 % 90% 10 %
Alokasi
Formula Alokasi Dasar Formula
Dasar
Transfer
ke Daerah 25% x Jumlah 25% x Jumlah
Penduduk Desa Penduduk Desa
35% x Jumlah 35% x Jumlah
Penduduk Miskin Penduduk Miskin
Desa Desa
10% x Luas 10% x Luas
Dana Wilayah Desa Wilayah Desa
Desa
30% x IKK 30% x IKG

Keterangan:
Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk Desa pada kabupaten/kota (sumber BPS)
Jumlah Penduduk Miskin adalah Jumlah Penduduk Miskin Desa pada kabupaten/kota (sumber BPS)
Luas Wilayah adalah Luas Wilayah Desa pada kabupaten/kota (sumber Kemendagri dan BPS)
IKK adalah IKK kabupaten/kota (sumber BPS) 29
KEBIJAKAN DANA DESA DALAM APBN-P 2015

1. Sejalan dengan visi Pemerintah untuk Membangun Indonesia dari Pinggiran dalam
kerangka NKRI, perlu dialokasikan dana yang lebih besar untuk memperkuat
pembangunan daerah dan desa.
2. Dalam rangka memenuhi ketentuan UU 6/2014, yakni anggaran Dana Desa dari APBN
sebesar 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap, Pemerintah sedang
menyiapkan Road Map Dana Desa.
3. Sesuai roadmap Dana Desa, dalam APBNP tahun 2015 diusulkan tambahan anggaran
dana desa sebesar Rp11.700,0 miliar, sehingga total dana desa dalam APBNP 2015
sebesar Rp20.766,2 miliar.
4. Anggaran Dana Desa tersebut akan dialokasikan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. Alokasi dari Pusat ke kab/kota (ditetapkan dalam Perpres Rincian APBN)
b. Alokasi dari kab/kota ke desa (ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah)
5. Untuk menghindari ketimpangan alokasi Dana Desa untuk setiap kab/kota dan setiap
desa, penghitungan alokasi dana desa akan dilakukan berdasarkan:
a. alokasi yang dibagi secara merata; dan
b. alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah,
dan tingkat kesulitan geografis.

APBN 2015 APBN-P 2015


Dana Desa Rp 9.066,2 miliar Rp 20.766,2 miliar

30
PENYALURAN DANA DESA

PEMERINTAH PUSAT
(Mekanisme Transfer APBN)
1 2 3

5 4

PEMERINTAH KAB/KOTA
(Mekanisme Transfer APBD)

31
MEKANISME DAN
JADWAL PENYALURAN DANA DESA
TAHAPAN PENYALURAN DD
KETERANGAN/
URAIAN
PERSYARATAN
TAHAP I TAHAP 2 TAHAP 3

Proporsi 40% 40% 20% Dasar: Perpres Alokasi Dana Desa

Persyaratan:
Penyaluran Dana
Perda APBD thn berjalan;
Desa dari Minggu II Minggu II
Minggu II Bulan April Perkada ttg tata cara pembagian dan
PUSAT KE Bulan Agustus Bulan Oktober
penetapan Dana Desa setiap desa ; dan
KAB./KOTA
Laporan realisasi thn sebelumnya.

Persyaratan:
Penyaluran Dana 7 hari kerja setelah
7 hari kerja setelah 7 hari kerja setelah Tahap I: Penyampaian APB Desa;
Desa dari KAB / diterima di Kas
diterima di Kas Daerah diterima di Kas Daerah Tahap II: Laporan penggunaan
KOTA KE DESA Daerah
semester sebelumnya.

Menteri Keuangan selaku BUN akan menyalurkan Dana Desa dari Rekening Kas Umum
Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) untuk alokasi per Kab/Kota;
Mekanisme penyaluran dari RKUN ke RKUD sesuai mekanisme APBN untuk Transfer
ke Daerah;
Selanjutnya Bupati/Walikota selaku BUD akan menyalurkan alokasi Dana Desa setiap
Desa dari RKUD ke Rekening Kas Desa.
Mekanisme penyaluran dari RKUD ke Rekening Desa sesuai mekanisme Transfer
dalam APBD.
32
Roadmap Dana
Dana Desa (DD): Dana Desa (DD):
Rp103.791,1M Rp111.840,2 M
Rata-rata DD per Desa: Rata-rata DD per
Desa
Dana Desa (DD):
Rp81.184,3M Rp 1.400,8 juta Desa:
Rata-rata DD per Desa: ADD: Rp 1.509,5 juta
Dana Desa (DD): Rp1.095,7 juta Rp55.939,8M ADD:
Rp47.684,7 M ADD: Bagi Hasil PDRD: Rp60.278,0 M
Rata-rata DD per Desa: Rp42.285,9M Rp5.680,1M Bagi Hasil PDRD:
Dana Desa (DD):
Rp643,6 juta Bagi Hasil PDRD: TOTAL= Rp165.411,1M Rp6.384,6M
Rp20.766,2 M
ADD: Rp4.975,9 M Rata2 perdesa: TOTAL=
Rata-rata DD per
Rp37.564,4 M TOTAL= Rp128.446,3M Rp2.232,5 juta Rp178.502,8 M
Desa:
Bagi Hasil PDRD: Rata2 perdesa: Rata2 perdesa:
Rp 280,3 juta
Rp4.270,3 M Rp1.733,6 juta Rp2.409,2 juta
ADD:
TOTAL= Rp89.519,4M
Rp34.236,6 M
Rata2 perdesa:
Bagi Hasil PDRD:
Rp1.208,2 juta
Rp4.109,3 M
TOTAL= Rp59.112,1
M
Rata2 perdesa: Penggunaan:
-Sesuai kewenangan hak asal usul
Rp797,8 juta Penggunaan:
dan kewenangan lokal berskala
-Sesuai kewenangan hak asal
desa
usul dan kewenangan lokal
-Open menu dg prioritas utk
berskala desa
-Open menu dg prioritas utk mendukung program pembangunan
Penggunaan:
Penggunaan: & pemberdayaan masyarakat desa
-Sesuai kewenangan hak mendukung program
-Sesuai kewenangan hak asal melalui pembangunan infrastruktur
asal usul dan kewenangan pembangunan &
usul dan kewenangan lokal dasar desa
lokal berskala desa pemberdayaan masyarakat
Penggunaan: berskala desa -Tdk dapat digunakan utk
-Sesuai kewenangan hak asal usul dan -Open menu dg prioritas utk desa melalui pembangunan
-Open menu dg prioritas utk penghasilan tetap Kades dan
kewenangan lokal berskala desa mendukung program mendukung program infrastruktur dasar desa
-Tdk dapat digunakan utk Perangkat Desa
-Open menu dg prioritas utk mendukung pembangunan & pemberdayaan pembangunan &
program pembangunan & pemberdayaan pemberdayaan masyarakat penghasilan tetap Kades dan Perencanaan:
masyarakat desa melalui
masyarakat desa melalui pembangunan pembangunan infrastruktur dasar desa melalui pembangunan Perangkat Desa -APBDes
infrastruktur dasar desa desa infrastruktur dasar desa -RKP Des
Perencanaan:
-Tdk dapat digunakan utk penghasilan -melalui pembangunan -Tdk dapat digunakan utk -RPJM Des
-APBDes
tetap Kades dan Perangkat Desa infrastruktur dasar Desa penghasilan tetap Kades dan -RKP Des Pedoman Pelaksanaan;
Perencanaan: -Tdk dapat digunakan utk Perangkat Desa -RPJM Des Pendampingan;
-APBDes penghasilan tetap Kades dan Pengembangan Database:
Perangkat Desa Perencanaan: Pedoman Pelaksanaan;
-RKP Des Target Keberhasilan
Pedoman Pelaksanaan; -APBDes Pendampingan;
Perencanaan:
Pendampingan; -APBDes -RKP Des Pengembangan Database:
Pengembangan Database -RKP Des -RPJM Des Target Keberhasilan
Target Keberhasilan -RPJM Des Jumlah Desa
33
74.093
33
KEBIJAKAN DANA
DEKONSENTRASI DAN TUGAS
PEMBANTUAN
PRINSIP DASAR PENDANAAN

Pemerintah (K/L) berwenang menentukan lokasi, anggaran dan


kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan ditugaskan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan negara, keseimbangan
pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah.

( PP 7/2008 Pasal 21 dan Pasal 50 )

Penjelasan PP 7/2008 Pasal 21 dan Pasal 50


Kemampuan keuangan negara pengalokasian disesuaikan dengan kemampuan
APBN dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui bagian anggaran K/L
Keseimbangan pendanaan di daerah pengalokasian mempertimbangkan
kemampuan fiskal daerah yang terdiri dari besarnya transfer ke daerah dan
kemampuan keuangan daerah
Kebutuhan pembangunan daerah pengalokasian disesuaikan dengan prioritas
pembangunan nasional dan prioritas pembangunan daerah

35
TUJUAN REKOMENDASI

Mewujudkan proporsionalitas agar sebaran


alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan tidak terkonsentrasi pada daerah
tertentu.
Meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Memberi masukan kepada
Kementerian/Lembaga dalam perencanaan
lokasi dan anggaran dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan

36
REKOMENDASI TAHUN 2015

Dalam Perencanaan Lokasi dan Alokasi Dana Dekon/TP Tahun 2016:


1.Daerah yang direkomendasikan untuk diprioritaskan mendapat alokasi dana dekonsentrasi dan/atau dana
tugas pembantuan T.A 2016 sebanyak 390 daerah, dengan rincian :
Prioritas 1: daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional,
dan tingkat pembangunan kesejahteraan masyarakat (IPM) dibawah IPM nasional. Kelompok
daerah ini perlu mendapat perhatian melalui intervensi pemerintah pusat melalui kewenangan yang
dimiliki sehingga dapat menstimulasi percepatan pembangunan di daerah tersebut melalui
penyelenggaraan program dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kelompok daerah ini
sebanyak 242 daerah, yang terdiri dari 15 Provinsi dan 227 Kabupaten/Kota
Prioritas 2: daerah yang mempunyai tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional,
namun memiliki tingkat pembangunan kesejahteraan masyarakat (IPM) di atas IPM nasional.
Kelompok daerah ini diasumsikan sebagai daerah berkinerja baik, karena walaupun memiliki
tingkat kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional namun masih dapat secara efektif
melalukan pembangunan daerah melalui kegiatan pelayanan terhadap masyarakat dengan baik.
Kelompok ini perlu mempertahankan kinerjanya, dengan diberikan program dan kegiatan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang berkesinambungan. Kelompok daerah ini sebanyak 148
daerah, yang terdiri dari 12 Provinsi dan 136 Kabupaten/Kota

37
REKOMENDASI TAHUN 2015

2. Kementerian/Lembaga wajib memperhatikan program/kegiatan yang merupakan urusan pemerintah


yang didanai melalui mekanisme Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan secara tertib, dan taat pada
peraturan perundang-undangan.
3. Kementerian/Lembaga mempertimbangkan program/kegiatan tugas pembantuan dengan komposisi
belanja modal yang lebih besar dari jenis belanja lainnya dalam rangka meningkatkan perekonomian
daerah.
4. Kementerian/Lembaga melakukan langkah-langkah percepatan penyerapan anggaran kegiatan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dalam rangka pencapaian target pembangunan nasional.
5. Kementerian/Lembaga melakukan koordinasi dengan kepala daerah pada saat penyusunan Renja K/L
dalam rangka sinergi kebijakan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
6. Kementerian/Lembaga memberikan masukan kepada Kepala Daerah agar memperhatikan
ketersediaan sumber daya manusia yang mampu dan berpengalaman dalam pengelolaan keuangan di
setiap SKPD sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
terutama apabila pejabat dimaksud berpindah tugas atau promosi.

38
ARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE
DEPAN
Dasar Penyusunan Kebijakan Transfer
TA.2016

40
Kebijakan Strategis Transfer ke Daerah dan
Dana Desa TA.2016

Arahan Presiden agar alokasi Transfer ke


Daerah bagi pembangunan infrastruktur
daerah (Kab/Kota) terus ditingkatkan;
Melanjutkan affirmative policy terkait alokasi
DAK;
Pengalokasian DAU dengan tetap
mempertimbangkan agar semua daerah
memiliki kemampuan keuangan daerah yang
sama untuk membiayai urusan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Mengalokasikan dana desa dengan arah
segera mencapai jumlah yang telah
diamanatkan UU Nomor 6 Tahun 2014.
41
LANGKAH-LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN
TERKAIT KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN
DANA DESA

1.Percepatan penyampaian informasi alokasi transfer ke


daerah dan dana desa melalui pengunggahan dalam
website DJPK segera setelah pengambilan keputusan
dalam rapat kerja banggar DPR RI bersama pemerintah
untuk mempermudah Daerah dalam menyusun APBD;
2.Percepatan penyampaian informasi penetapan rincian
transfer ke daerah dan dana desa dalam Peraturan
Presiden melalui website DJPK. Kebijakan ini dilakukan juga
dalam rangka mempermudah Daerah dalam menyusun
APBD;
3.Pedoman penyusunan APBD harus dikoordinasikan
terlebih dahulu kepada Kemenkeu dan Bappenas sebelum
ditetapkan Kemendagri. Kebijakan ini dilakukan untuk
memastikan sinkronisasi pe- rencanaan dan
penganggaran antara Pusat dengan Daerah. 42
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN
(DRAFT REVISI UU 28/2009)

Peningkatan Kemandirian Daerah Dalam


Pembiayaan Untuk Meningkatkan Efisiensi dan
Akuntabilitas

Memperluas basis pajak daerah melalui pendaerahan PBB


P3.
Memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengenakan opsen atas pajak pusat (PPh Orang Pribadi).
Menyederhanakan struktur pajak daerah dan retribusi
daerah.

43
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN
(1)
(DRAFT REVISI UU 33/2004)

1. Reformulasi Sumber Pendanaan APBD


a. Reformulasi DBH:
Memperkuat konsepsi by origin DBH (menghapus DBH yang
tidak punya dampak signifikan terhadap penerimaan daerah
namun menyalahi prinsip by origin), yaitu menghapus DBH
Perikanan.
Penyaluran DBH menggunakan mekanisme prognosa pada akhir
tahun, yang selanjutnya selisihnya dengan realisasi akan
diperhitungkan pada tahun berikutnya.
b. Reformulasi DAU:
Menghapus alokasi dasar (belanja pegawai daerah), sehingga
formula DAU hanya didasarkan pada Fiscal Gap, guna
mengurangi dorongan inefisiensi belanja pegawai.
Penetapan bobot daerah berdimensi jangka menengah (3
tahun)
Kebutuhan fiskal diukur dengan ukuran kebutuhan riil (transisi
penerapan 5 tahun)
44
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN
(2)
(DRAFT REVISI UU 33/2004)
c. Reformulasi DAK:
DAK Prioritas Nasional: DAK harus benar-2 tepat sasaran dan mendukung
target prioritas program kerja pemerintah(i) prioritas bersifat fleksibel
sesuai RKP; (ii) penentuan daerah berbasis pada kriteria prioritas
pencapaian output; (iii) jumlah bidang per tahun relatif terbatas namun
mempunyai dampak yg signifikan.
DAK untuk pencapaian SPM/SPN sektor layanan dasar (sektor kesehatan,
pendidikan dan infrastruktur dasar (jalan, jembatan, air minum dan
irigasi).
DAK untuk pencapaian prioritas nasional (dapat ditentukan setiap tahun
sesuai prioritas pemerintah) berbasis prioritas kewilayahan dan/atau
sektoral.
Konsep output based untuk mengurangi rigiditas petunjuk penggunaan
dari Pusat (K/L terkait), namun digantikan dengan target output yang
harus dicapai oleh daerah.
Penerapan kerangka pendanaan jangka menengah pada DAK.
Besaran DAK harus ditingkatkan secara signifikan agar arah
pembangunan nasional dapat lebih terkendali
Tidak ada dana pendamping DAK
d. Mengintegrasikan dana transfer lainnya (yang penggunaannya telah
ditentukan, seperti TPG, BOS, dll) ke dalam DAK yang dapat digunakan
untuk kegiatan fisik dan non-fisik. 45
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN
(3)
(DRAFT REVISI UU 33/2004)
2. Penegasan mekanisme pendanaan sesuai urusan
pemerintahan
a. Urusan daerah didanai dari APBD, dan APBD dilarang mendanai
urusan Pusat diserta dengan penerapan sanksi berupa
pembatalan Perda APBD oleh Gubernur untuk APBD Kab/Kota dan
Mendagri untuk APBD Provinsi apabila Daerah melanggar.
b. Urusan Pusat didanai dari APBN, dan K/L dilarang mendanai
urusan Daerah
c. Pelanggaran dikenakan sanksi pemotongan anggaran tahun
berikutnya.
3. Pengendalian pemekaran daerah
Pengalokasian Dana Perimbangan kepada daerah otonom baru tidak
secara otomatis setelah penetapan, namun baru dilakukan pada
tahun kedua.
4. Pengendalian belanja daerah dan perbaikan pengelolaan
keuangan:
a. kontrol terhadap dana idle daerah, bila Pemda mempunyai
deposito jangka > 2 bulan sebesar >1/12 belanja APBD, maka
transfer dapat digantikan dengan SUN. Hal ini dimaksudkan agar 46
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN
(4)
(DRAFT REVISI UU 33/2004)
b. Pengendalian batas maksimal kumulatif defisit APBD;
c. Pengaturan mengenai belanja, utamanya batas minimal
untuk belanja infrastruktur yang langsung terkait dengan
peningkatan kuantitas layanan publik dalam APBD.
5. Pengaturan mengenai Pinjaman Daerah
a. Ruang yang lebih leluasa bagi daerah dalam melakukan
pinjaman daerah aturan tetap prudent namun tidak
mempersulit daerah;
b. Pengembangan Lembaga pembiayaan daerah semacam
RIDF.
6. Surveillance serta reward and punishment
Surveillance dilakukan secara berkala, sebagai salah satu alat
untuk memberikan reward and punishment kepada daerah
yang didasarkan pada kinerja keuangannya.

47
Terima Kasih

Kementerian Keuangan
Jl. DR Wahidin No. 1, Gd. Radius Prawiro
Jakarta Pusat, Indonesia, 10710
Telp. +6221-3509442
Fax. +6221-3509443
Website : http://www. djpk.depkeu.go.id
PROFIL KEUANGAN, EKONOMI
DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT

49
STRUKTUR APBD PROVINSI/KAB/KOTA SE-INDONESIA DAN
SE-PROV. KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2010 - 2015

Dalam kurun waktu tahun


2010-2015, terjadi
kenaikan pendapatan dan
belanja daerah.
Dalam kurun waktu tahun
2010-2012 terdapat
surplus anggaran daerah
(realisasi APBD), defisit
anggaran terjadi dalam
APBD secara Nasional
tahun 2013-2015.

Keterangan:
Keterangan:
-Tahun
-Tahun 2010
2010 2013
2013 :: Data
Data realisasi
realisasi APBD
APBD
--Tahun
Tahun 2014
2014 2015
2015 :: Data
Data APBD
APBD

50
STRUKTUR PENDAPATAN PROVINSI/KAB/KOTA SE-
INDONESIA DAN SE-KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2010 -
2015 Struktur pendapatan
daerah secara nasional
masih didominasi oleh
dana perimbangan
(transfer ke daerah).

Secara nasional, rata-rata


proporsi dana
perimbangan terhadap
total pendapatan mencapai
61,8%, sedangkan rata-
rata proporsi pada daerah
se-Prov. Kaltim mencapai
64,5%.

Secara nasional, rata-rata


proporsi PAD terhadap
total pendapatan
mencapai 21,3%,
sedangkan rata-rata
proporsi pada daerah se-
Prov. Kaltim mencapai
14,4%.

51
PERANANAN PAD TERHADAP PENDAPATAN DAERAH
PROVINSI/KAB/KOTA SE-INDONESIA TAHUN 2010
2015
Secara Nasional, peranan PAD
dalam pendapatan daerah
relatif masih rendah meskipun
terus meningkat, dari 18,1%
tahun 2010 menjadi 25% pada
tahun 2015.

Peranan PAD terhadap


pendapatan daerah juga
meningkat di provinsi/kab/kota
se-Kalimantan Tengah, dari
14,7% pada tahun 2010
menjadi 22,5% pada tahun
2015.

Hal ini diantaranya disebabkan


adanya kebijakan penguatan
Local Taxing Power,
pendaerahan PBB dan BPHTB
serta pengenaan pajak rokok).

Implikasinya inefisiensi dan


kurang akuntabelnya daerah
dalam membelanjakan
pendapatannya 52
TAX RATIO DAN ELASTISITAS PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH

Secara Nasional, rasio penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah


terhadap PDRB (tax ratio) masih sangat rendah meskipun terus mengalami
peningkatan selama periode 2011 2013 dari sebesar 1,45% pada tahun
2011 menjadi 1,66% pada tahun 2013.

Adapun tingkat elastisitas PDRD terhadap PDRB secara Nasional dapat


dikatakan cukup baik meskipun hanya sebesar 1,63 pada tahun 2013. Hal
ini menunjukkan bahwa upaya pemungutan PDRD relatif lebih baik.

53
PERANAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP
PENDAPATAN DAERAH YANG SEMAKIN MENURUN

Secara
Secara Nasional,
Nasional, peranan
peranan
dana
dana perimbangan
perimbangan
terhadap
terhadap pendapatan
pendapatan
daerah
daerah terus
terus mengalami
mengalami
penurunan
penurunan dari
dari 68,3%
68,3%
tahun
tahun 2010
2010 menjadi
menjadi
55,3%
55,3% pada
pada tahun
tahun 2015.
2015.

Peranan
Peranan dana
dana
perimbangan
perimbangan terhadap
terhadap
pendapatan
pendapatan daerah
daerah di di
provinsi/kab/kota
provinsi/kab/kota se
se
Kaltim
Kaltim juga
juga mengalami
mengalami
penurunan
penurunan daridari 75,6%
75,6%
pada
pada tahun
tahun 2010
2010 menjadi
menjadi
63,6%
63,6% pada
pada tahun
tahun 2015.
2015.

54
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mengalami fluktuasi


selama periode 2009 2013, semula 2,28% menjadi 1,59%. Selama
periode tersebut, laju pertumbuhan selalu berada di bawah laju
pertumbuhan ekonomi nasional.

55
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pembangunan Manusia terus mengalami peningkatan selama periode 2009 -


2013. Dari semula 75,11% pada tahun 2009 menjadi 77,33% pada tahun 2013.

56
PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
di Kalimantan Timur menurun dari
semula 11,14% pada tahun 2011
menjadi 7,95% pada tahun 2013.

Persentase penduduk miskin di


Kalimantan Timur terus mengalami
penurunan selama periode 2010 -
2014. Dari semula 7,66% pada
tahun 2010 menjadi 6,31% pada
tahun 2014.

57

Anda mungkin juga menyukai