Anda di halaman 1dari 18

TUHAN YANG MAHA ESA

DAN KETUHANAN

OLEH:
KELOMPOK 1

NAURA MAYA MINA (140210102007)


BAROROTUT DAWAMAH(140210102029)
FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM

Siapakah Tuhan itu?


Perkataan yang diterjemahkan Tuhan, dalam al-Qur`an
dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan
atau dipentingkan manusia. Dalam surat Al-Qashash ayat
38, perkataan ilah dipakai oleh fir`aun untuk dirinya
sendiri :





Dan Firaun berkata: wahai para pembesar aku tidak
menyangka bahwa kalian masih mempunyai illah selain
diriku.
Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa
perkataan ilah bisa mengundang berbagai arti benda, baik
abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda
nyata (fira`un atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Untuk dapat mengerti defenisi Tuhan atau ilah
yang tepat, berdasarkan logika Al- Quran
sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan
(dianggap penting) oleh manusia sedemikin
rupa sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan
hendaklah diartikan secara luas. Tercakup
didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberi
kemaslahataan atau kegembiraan dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1. Pemikiran barat
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui
pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang bersifat
pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal dengan Teori
evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses
dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan
pemikiran tentang Tuhan menurut evolusionisme adalah
sebagai berikut: dinamisme, animisme, politeisme,
henoteisme, dan monoteisme.
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa
konsepsi ke-Esaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah dan
konsepsi Tauhid.
a. Konsepsi Aqidah
Menurut sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup
pembahasan aqidah meliputi: Iyat, Nubuwat, Ruhaniyat,
dan Samiyyat.
Sumber aqidah Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah
artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam al-
Quran dan Rasulullah dalam Sunnahnya wajib di imani,
diyakini dan diamalkan.
b. Konsepsi Tauhid
Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi tersebut adalah
pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta yang
mutlak dan penguasa segala yang ada. Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat
diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi
pengetahuan yaitu tauhid.
Tauhid menurut Islam ialah tauhid Itiqadi-ilmi (keyakinan teoritis) dan Tauhid amali-
suluki (tingkahlaku praktis). Dengan kata lain ketauhidan antara ketauhidan teoritis dan
ketauhidan praktis tak dapat dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid bentuk makrifat
(pengetahuan), itsbat (pernyataan), Itiqad (keyakinan), qasd (tujuan) dan iradah
(kehendak). Dan semua itu tercermin dalam empat tingkatan atau tahapan tauhid yaitu:
Tauhid Rububiyah
Tauhid Mulkiyah
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Ubudiyah
Keimanan dan ketakwaan

Kata iman berasal dari bahasa arab, dari asal kata amanu yang artinya
percaya atau yakin. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman,
keyakinan atau kepercayaan. Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan
meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan.
Perkataan takwa berasal dari bahasa Arab, asal kata dari waqa, yaqi,
wiqayah yang artinya takut, menjaga, memelihara atau melindungi. Secara
istilah takwa diartikan sikap menjaga, memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah). Jadi orang yang bertakwa adalah menjalankan seluruh perintah
dan meninggalkan segala larangan sebagaimana yang termaktub dalam syariat
Allah.
Wujud Iman dan Takwa

Iman dan takwa adalah suatu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang
tidak mudah untuk diketahui atau dideteksi secara pasti tentang keadaan
sebenarnya karena iman tersebut tidak terlihat oleh pancaindra manusia itu
sendiri, akan tetapi dapat dirasakan oleh orang yang menyakininya. Iman
dapat dilihat atau diketahui dari gejala prilaku sehari-hari secara lahiriyah.
Ada 6 (enam) konsep wujud iman dan takwa dalam diri manusia yaitu:
1. Melafadzkan secara fashih kalimat syahadat, karena awal dari keimanan
dan ketakwaan alah syahadatain.
2. Mendirikan shlat secara khusu dan tawadhu, indicator takwa kedua
memelihara ibadah formal kepada Allah.
3. Mengeluarkan zakat, berinfaq, sedekah kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam yaitu 8 (delapan) asnab,
indicator takwa yang ketiga adalah mencintai sesama umat manusia
yang diwujudkan melalui kesanggupan untuk mengorbankan harta
benda
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara
kehormatan diri manusia itu sendiri
5. Sabar disaat kesusahan, kepayahan yang menimpa diri manusia itu
sendiri artinya semua urusan diserahkan kepada Allh sambil berikhtiar
dengan sesungguhnya untuk mencapai kesuksesan hidup
6. Ridha dan ikhlas dalam keputusan Allah apabila itulah yang menjadi
suatu ketentuan bagi dirinya.
Proses Terbentuknya Iman dan takwa

Manusia lahir secara fitrah dalam keadaan suci dan


mempunyai nafsu sebagaimana manusia lainnya. Ia terbentuk
sesuai dengan sunnatullah. Iman dan takwa pada diri manusia
bukanlah warisan dari kedua orang tua ayah dan ibu, akan
tetapi benih-benih iman dan takwa sudah ada pada diri
manusia itu sendiri sejak ia dilahirkan. Berkembang tidaknya
fitrah iman dan takwa tergantung dari pendidikan, pemahaman
dan pengalaman agama yang didapatnya pada saat manusia
menginjak dewasa.
Ciri-ciri Orang Beriman dan Bertakwa

Secara umum karakteristik orang yang beriman dan bertakwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) dapat dikelompokkan
dalam lima kategori:
1. Memelihara fitrah iman
2. Mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui
kesanggupan untuk berkorban baik secara fisik maupun materi.
3. Memelihara ibadah secara formal
4. Memelihara kehormatan diri dan keluarga
5. Memiliki semangat perjuangan (berikhtiar dan berdoa)
Takwa memiliki 3 (tiga) tingkatan yaitu :

Pertama: Ketika seseorang melepaskan diri dari kefakiran


dan mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang
yang takwa.

Kedua: Menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT


dan Rasul-nya, ia memiliki tingkat takwa yang tinggi.

Ketiga: Orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai


cinta Allah SWT, inilah tingkat takwa yang tertinggi.
Korelasi antara Iman dan Ketakwaan

Hubungan antara keimanan dan ketakwaan ini tidak dapat


dipisahkan satu dengan lainnya, karena antara keimanan dan
ketakwaan pada hakikatnya saling berkaitan dan memerlukan,
artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah SWT dapat
menerima ketakwaannya. Setiap amalan atau perbuatan yang baik
tidak akan diterima Allah SWT tanpa didasari keimanan. Iman
seseorang seolah hampa dan kosong tanpa amal shaleh yang
menyertainya, secara konkretnya membuktikan bahwa ada iman
dalam hatinya.
Problematika, Tantangan dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Perkataan iman sangat banyak kandungan maknanya diantaranya
adalah iman sebagai penerang, maksud dari penerangan disini adalah
sebagai cahaya yang menerangi manusia dari kesesatan, kegelapan yang
ada didunia dan menyelamatkan masa lalu dan masa depan umat manusia
dari kegelapan yang berkepanjangan.
Perkataan iman juga mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu
sebagai kekuatan maksudnya dimana manusia memiliki rasa sabar yang
diberikan Allah SWT untuk menghadapi cobaan.
Peranan Iman dan takwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan
Kehidupan Modern

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai hamba disamping sebagai khalifah


maksud hamba (abdu) adalah manusia telah diberikan kelengkapan akal (pikiran)
dan kemampuan rohani yang dapat ditumbuh kembangkan untuk selalu beribadah
kepada-Nya agar manusia terhindar dari kehidupan yang merusak dirinya,
sedangkan penguasa (khalifah) adalah disamping manusia dibekali akal/pikiran
dan hati (qalbu). Allah memberikan pada diri manusia itu kekuatan (emosional)
dan nafsu (keinginan) dengan kekuatan dan keinginan yang diberikan Allah
menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya agar manusia
dapat memanfaatkan serta mengolah bumi untuk kehidupannya.
Pelaksanaan iman dan takwa pada dunia modern ini
sangat turun atau dapat dikatakan mulai memasuki
dunia kejahilan bangkit kembali, dimana manusia
(wanita) dengan gembiranya mempertontokan auratnya
di depan umum khususnya laki-laki, banyak terjadi
tindak kriminal yang cukup tinggi yang dilakukan
manusia sekaan-akan tidak menjadi problem dalam
kehidupannya seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) yang dilakukan suami terhadap istri begitu
juga terhadap anak-anak.
Berangkat dari itu semua peran iman dan takwa
sangat dominan dalam kehidupan manusia, iman
dan takwa dapat memperbaiki kehidupan walaupun
lingkungan kehidupannya sangat rentan dari
kejahatan, dengan iman dan takwa manusia dapat
menjawab seluruh problem kehidupan modern,
dapat dibuktikan pada zaman Rasulullah SAW,
bahwa Rasulullah dilahirkan ditengah-tengah
zaman jahiliyah, namun Rasulullah SAW dapat
membawa umat manusia dari alam kegelapan
menjadi alam yang terang (baik).
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai