PAI Kelompok 1
PAI Kelompok 1
DAN KETUHANAN
OLEH:
KELOMPOK 1
Dan Firaun berkata: wahai para pembesar aku tidak
menyangka bahwa kalian masih mempunyai illah selain
diriku.
Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa
perkataan ilah bisa mengundang berbagai arti benda, baik
abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda
nyata (fira`un atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Untuk dapat mengerti defenisi Tuhan atau ilah
yang tepat, berdasarkan logika Al- Quran
sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan
(dianggap penting) oleh manusia sedemikin
rupa sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan
hendaklah diartikan secara luas. Tercakup
didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberi
kemaslahataan atau kegembiraan dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran barat
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui
pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang bersifat
pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal dengan Teori
evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses
dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan
pemikiran tentang Tuhan menurut evolusionisme adalah
sebagai berikut: dinamisme, animisme, politeisme,
henoteisme, dan monoteisme.
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa
konsepsi ke-Esaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah dan
konsepsi Tauhid.
a. Konsepsi Aqidah
Menurut sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup
pembahasan aqidah meliputi: Iyat, Nubuwat, Ruhaniyat,
dan Samiyyat.
Sumber aqidah Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah
artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam al-
Quran dan Rasulullah dalam Sunnahnya wajib di imani,
diyakini dan diamalkan.
b. Konsepsi Tauhid
Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi tersebut adalah
pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta yang
mutlak dan penguasa segala yang ada. Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat
diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi
pengetahuan yaitu tauhid.
Tauhid menurut Islam ialah tauhid Itiqadi-ilmi (keyakinan teoritis) dan Tauhid amali-
suluki (tingkahlaku praktis). Dengan kata lain ketauhidan antara ketauhidan teoritis dan
ketauhidan praktis tak dapat dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid bentuk makrifat
(pengetahuan), itsbat (pernyataan), Itiqad (keyakinan), qasd (tujuan) dan iradah
(kehendak). Dan semua itu tercermin dalam empat tingkatan atau tahapan tauhid yaitu:
Tauhid Rububiyah
Tauhid Mulkiyah
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Ubudiyah
Keimanan dan ketakwaan
Kata iman berasal dari bahasa arab, dari asal kata amanu yang artinya
percaya atau yakin. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman,
keyakinan atau kepercayaan. Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan
meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan.
Perkataan takwa berasal dari bahasa Arab, asal kata dari waqa, yaqi,
wiqayah yang artinya takut, menjaga, memelihara atau melindungi. Secara
istilah takwa diartikan sikap menjaga, memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah). Jadi orang yang bertakwa adalah menjalankan seluruh perintah
dan meninggalkan segala larangan sebagaimana yang termaktub dalam syariat
Allah.
Wujud Iman dan Takwa
Iman dan takwa adalah suatu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang
tidak mudah untuk diketahui atau dideteksi secara pasti tentang keadaan
sebenarnya karena iman tersebut tidak terlihat oleh pancaindra manusia itu
sendiri, akan tetapi dapat dirasakan oleh orang yang menyakininya. Iman
dapat dilihat atau diketahui dari gejala prilaku sehari-hari secara lahiriyah.
Ada 6 (enam) konsep wujud iman dan takwa dalam diri manusia yaitu:
1. Melafadzkan secara fashih kalimat syahadat, karena awal dari keimanan
dan ketakwaan alah syahadatain.
2. Mendirikan shlat secara khusu dan tawadhu, indicator takwa kedua
memelihara ibadah formal kepada Allah.
3. Mengeluarkan zakat, berinfaq, sedekah kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam yaitu 8 (delapan) asnab,
indicator takwa yang ketiga adalah mencintai sesama umat manusia
yang diwujudkan melalui kesanggupan untuk mengorbankan harta
benda
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara
kehormatan diri manusia itu sendiri
5. Sabar disaat kesusahan, kepayahan yang menimpa diri manusia itu
sendiri artinya semua urusan diserahkan kepada Allh sambil berikhtiar
dengan sesungguhnya untuk mencapai kesuksesan hidup
6. Ridha dan ikhlas dalam keputusan Allah apabila itulah yang menjadi
suatu ketentuan bagi dirinya.
Proses Terbentuknya Iman dan takwa