Anda di halaman 1dari 59

PENGELUARAN BARANG

IMPOR UNTUK DIPAKAI

D I BEA CUKAI
Balai Diklat Keuangan Pontianak
November 2009
1
Pengeluaran barang impor
dari Kawasan pabean
Untuk dipakai
dimasukkan ke TPB
Diimpor sementara
Diangkut lanjut/terus
Diekspor kembali

2
Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean, atau tempat lain yang
diperlakukan sama dengan TPS dengan tujuan diimpor untuk dipakai
wajib diberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
disampaikan ke Kantor Pabean.

Impor untuk dipakai ps. 10B (1) UU No. 17 /2006 adalah :


memasukkan barang ke dalam Daerah pabean dengan tujuan untuk
dipakai ; atau
memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean untuk dimiliki atau
dikuasai oleh Orang yang berdomisili di Indonesia

3
Dikecualikan dari penggunaan PIB
Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK):
barang pindahan
barang impor sementara yang dibawa penumpang
barang impor melalui jasa titipan
barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen
Customs Declaration:
barang penumpang
Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP)
barang kiriman melalui PT (Persero) Pos
Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB)
barang impor pelintas batas.

4
Perubahan Data PIB

Importir dapat melakukan perubahan atas


kesalahan data PIB dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Pabean

5
Pembayaran PNBP

Importir wajib melakukan pembayaran PNBP atas


pelayanan PIB melalui bank devisa persepsi, pos
persepsi, atau Kantor Pabean paling lambat pada
saat penyampaian PIB.

Ketentuan mengenai tarif, tata cara pengenaan,


dan pembayaran PNBP dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dibidang PNBP
6
Pembuatan PIB

Oleh Importir berdasarkan dokumen pelengkap pabean


dan dokumen pemesanan pita cukai dengan menghitung
sendiri bea masuk, cukai, dan PDRI yang seharusnya
dibayar.

Dalam hal pengurusan PIB dimaksud tidak dilakukan


sendiri, Importir menguasakannya kepada PPJK

PPJK adalah Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan,


yaitu suatu badan usaha yang melakukan kegiatan
pengurusan pemenuhan kewajiban pabean untuk dan atas
nama importir.

7
Larangan dan Pembatasan
Importir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/atau
pembatasan impor yang ditetapkan oleh instansi teknis.
Penelitian pemenuhan ketentuan larangan dan/atau
pembatasan dimaksud dilakukan oleh:
a. portal Indonesia National Single Window (INSW); atau
b. Pejabat yang menangani penelitian barang larangan
dan/atau pembatasan.

PIB dilayani setelah Importir memenuhi ketentuan larangan


dan/atau pembatasan

8
Cara Penyampaian PIB
Penyampaian PIB ke Kantor Pabean dilakukan untuk setiap
pengimporan atau secara berkala setelah pengangkut
menyampaikan Pemberitahuan Pabean mengenai barang yang
diangkutnya (BC.1.1), kecuali bagi Importir yang diberikan izin
untuk menyampaikan pemberitahuan pendahuluan
(prenotification).

PIB disampaikan :
dalam bentuk data elektronik , disampaikan melalui sistem PDE
Kepabeanan (untuk Kantor Pabean yang telah menerapkan
system tersebut) atau menggunakan media penyimpan data
elektronik ; atau
tulisan diatas formulir.

9
Cara Penyampaian PIB

PIB, dokumen pelengkap pabean dan bukti pembayaran


bea masuk, cukai dan PDRI disampaikan kepada
Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran barang.

Dalam hal barang impor berupa Barang Kena Cukai (BKC)


yang pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita
cukai, selain bukti pembayaran bea masuk, PPnBM,
PPh, dan PNBP, dokumen pemesanan pita cukai
disampaikan kepada Pejabat d Kantor Pabean tempat
pengeluaran barang.

10
Cara Penyampaian PIB
Untuk PIB yang disampaikan melalui sistem PDE Kepabeanan, hasil
cetak PIB, dokumen pelengkap pabean, dan bukti pelunasan bea masuk,
cukai, PDRI, PNBP, dan dokumen pemesanan pita cukai harus
disampaikan kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran
barang dalam jangka waktu :
a. 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur Merah
(SPJM) untuk jalur merah;
b. 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur Kuning
(SPJK) untuk jalur kuning;
c. 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur hijau;
d. 5 (lima) hari kerja setelah tanggal SPPF untuk jalur MITA Non Prioritas
yang dilakukan pemeriksaan fisik, atau
e. 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur MITA Prioritas atau
MITA Non Prioritas yang berdasarkan fasilitasnya harus menyerahkan
hasil cetak PIB dan dokumen pelengkap pabean.

11
Pembayaran

Pembayaran bea masuk dan PDRI dilakukan dengan cara:


a. pembayaran tunai; atau
b. pembayaran berkala.

Pembayaran berkala dapat dilakukan oleh MITA Prioritas dan Importir


yang diberikan kemudahan PIB berkala.
Dalam hal pembayaran dilakukan secara tunai, Importir melakukan
pembayaran bea masuk, cukai untuk impor etil alkohol, dan PDRI,
sebelum menyampaikan PIB ke Kantor Pabean dan dilakukan di
Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi.

Khusus terhadap importasi di Kantor Pabean yang telah menerapkan


sistem PDE Kepabeanan, pembayaran bea masuk, cukai untuk
impor etil alkohol, dan PDRI dilakukan di Bank Devisa Persepsi atau
Pos Persepsi yang terhubung dengan sistem PDE Kepabeanan.

12
Pembayaran

Pembayaran dilakukan dengan menggunakan SSPCP.


SSPCP yang disampaikan ke Kantor Pabean harus
mencantumkan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor
Transaksi Pos (NTP) dan/atau Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN).

NTB/NTP dan/atau NTPN dimaksud atas PIB yang


didaftarkan di Kantor Pabean yang telah menerapkan
sistem PDE Kepabeanan disampaikan secara elektronik
oleh Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi ke Kantor
Pabean.

13
Nilai Pabean
Nilai Pabean untuk penghitungan bea masuk dan PDRI
adalah nilai transaksi dari barang yang bersangkutan.

Dalam hal Nilai Pabean sebagaimana dimaksud tidak dapat


ditentukan berdasarkan nilai transaksi, nilai pabean
ditentukan secara hierarki berdasarkan nilai transaksi barang
identik, nilai transaksi barang serupa, metode deduksi,
metode komputasi atau tata cara yang wajar dan konsisten.

Nilai Pabean sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan


Cost Insurance Freight (CIF).

14
NDPBM
Untuk penghitungan bea masuk, cukai untuk impor etil
alkohol, dan PDRI, dipergunakan NDPBM yang berlaku
pada saat:
a. dilakukannya pembayaran dalam hal:
1) PIB dengan pembayaran bea masuk, cukai, dan/atau PDRI;
2) PIB berkala; atau
3) PIB penyelesaian atas barang-barang yang mendapat fasilitas
pembebasan.
b. diserahkan jaminan dalam hal PIB dengan penyerahan
jaminan; atau
c. PIB mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean,
dalam hal :
1) PIB dengan bea masuk dan Pajak dalam rangka impor
dibebaskan atau ditanggung pemerintah; atau
2) PIB dengan pembayaran berkala.
15
NDPBM
Nilai tukar mata uang yang dipergunakan sebagai NDPBM
sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan yang diterbitkan secara
berkala.
Dalam hal nilai tukar mata uang yang dipergunakan
sebagai NDPBM tidak tercantum dalam keputusan Menteri
Keuangan dimaksud , nilai tukar yang dipergunakan
sebagai NDPBM adalah nilai tukar spot harian valuta asing
yang bersangkutan di pasar internasional terhadap dolar
Amerika Serikat yang berlaku pada penutupan hari kerja
sebelumnya.
16
Klasifikasi dan Pembebanan Barang Impor
Klasifikasi dan pembebanan barang impor untuk
penghitungan bea masuk dan PDRI berpedoman pada
Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
Dalam hal terjadi perubahan ketentuan di bidang impor
yang berakibat pembebanan yang berbeda dengan BTBMI
maka berlaku ketentuan perubahan dimaksud.

Klasifikasi dan pembebanan barang impor berlaku


ketentuan pada saat PIB mendapat nomor pendaftaran di
Kantor Pabean.

17
Penghitungan BM, Cukai, dan PDRI
Bea masuk yang harus dibayar dihitung dengan cara:
a. Untuk tarif advalorum, bea masuk = nilai pabean X
NDPBM X pembebanan bea masuk; atau
b. Untuk tarif spesifik, bea masuk = jumlah satuan barang X
pembebanan bea masuk per- satuan barang.

Cara Penghitungan:
a. PPN = % PPN x (nilai pabean + bea masuk + cukai);
b. PPnBM = % PPnBM x (nilai pabean + bea masuk + cukai);
dan
c. PPh = % PPh x (nilai pabean + bea masuk + cukai)
18
Pemeriksaan Pabean Secara Selektif

Dalam rangka pemeriksaan pabean secara selektif


berdasarkan manajemen risiko ditetapkan jalur
pengeluaran, sebagai berikut:
a. Jalur Merah
b. Jalur Kuning
c. Jalur Hijau
d. Jalur MITA Non-Prioritas dan
e. Jalur MITA Prioritas .

19
MITA Prioritas
adalah Importir yang penetapannya
dilakukan oleh Direktur Teknis
Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal
untuk mendapatkan kemudahan
pelayanan kepabeanan

20
Jalur Prioritas
adalah fasilitas yang diberikan kepada
importir yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan untuk mendapatkan pelayanan
khusus, sehingga penyelesaian
importasinya dapat dilakukan dengan
lebih sederhana dan cepat.

21
Trucklossing
adalah pembongkaran barang impor
secara langsung dari kapal ke atas alat
angkut darat tanpa terlebih dahulu
ditimbun di Tempat Penimbunan
Sementara (TPS) untuk pengeluaran
barang impor dari Kawasan Pabean.

22
Persyaratan Jalur Prioritas
a. mempunyai reputasi sangat baik yang tercermin dari profil
perusahaan;
b. mempunyai bidang usaha (nature of bussiness) yang jelas dan
spesifik;
c. tidak pernah menyalahgunakan fasilitas di bidang kepabeanan
selama satu tahun terakhir;
d. tidak pernah salah memberitahukan jumlah barang, jenis barang,
dan/atau nilai pabean selama satu tahun terakhir;
e. telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut tidak mendapatkan opini disclaimer atau
adverse;
f. tidak mempunyai tunggakan utang berupa kekurangan pembayaran
Bea Masuk kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC);
g. mempunyai kemampuan untuk mengajukan pemberitahuan pabean
secara langsung

23
Importir Jalur Prioritas mendapat kemudahan
a. tidak dilakukan penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik
barang sebagaimana dilakukan terhadap Jalur Merah dan Jalur
Hijau, kecuali terhadap :
1. Barang Impor Sementara;
2. Barang Re-impor;
3. Barang yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI);
4. Barang tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
b. pemeriksaan fisik terhadap barang dapat dilakukan di gudang
importir;
c. pengeluaran barang impor dapat dilakukan dengan Trucklossing;
d. penyerahan hardcopy PIB dilakukan paling lama 5 hari kerja
sejak diterbitkannya Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB);
e. pemberitahuan pendahuluan (prenotification);
f. pembayaran berkala khusus kepada importir produsen

24
Pembayaran Berkala
adalah pembayaran Bea Masuk, Cukai,
dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)
yang dilakukan secara periodiK

25
Pembayaran Berkala
Bea Masuk, Cukai, dan PDRI atas impor, wajib
dilunasi paling lama pada setiap akhir bulan
setelah bulan pendaftaran PIB, dengan ketentuan:
a. dalam hal akhir bulan jatuh pada hari Minggu atau hari
libur nasional, maka pembayaran dilakukan pada hari
kerja sebelumnya;
b. pembayaran atas importasi bulan November dan
importasi sampai dengan tanggal 20 Desember
dilakukan paling lama pada tanggal 20 Desember dan
apabila tanggal tersebut jatuh pada hari minggu atau
hari libur nasional, maka pembayaran dilakukan pada
hari kerja sebelum tanggal tersebut;

26
Fasilitas Jalur Prioritas
dicabut sementara selama 6 (bulan) :
a. melakukan pelanggaran salah satu ketentuan persyaratan sbg
IJP; dan/atau
b. tidak memenuhi ketentuan perizinan dari instansi teknis terkait.

* Fasilitas Jalur Prioritas yang dicabut sementara ,


berlaku kembali setelah berakhirnya jangka waktu
pencabutan jika dalam jangka waktu tersebut IJP tidak
melakukan pelanggaran lain.

* Pencabutan sementara dapat diperpanjang dalam hal


penanganan pelanggaran yang dilakukan IJP masih
dalam proses penyelesaian.

27
Fasilitas Jalur Prioritas dicabut
secara tetap
a. atas permohonan yang bersangkutan;
b. dalam jangka waktu 6 (enam) bulan secara
terus menerus tidak melakukan kegiatan
kepabeanan di bidang impor;
c. Pengadilan memutuskan IJP bersangkutan telah
melakukan tindak pidana di bidang Kepabeanan
dan/atau Cukai

28
MITA Non Prioritas
adalah Importir yang penetapannya
dilakukan oleh Direktur Teknis
Kepabeanan atas nama Direktur Jenderal
berdasarkan usulan Kepala Kantor
Pabean untuk mendapatkan kemudahan
pelayanan kepabeanan

29
Jalur MITA Prioritas
adalah proses pelayanan dan
pengawasan yang diberikan kepada MITA
Prioritas untuk pengeluaran Barang Impor
tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan
penelitian dokumen

30
Jalur MITA Non Prioritas
adalah proses pelayanan dan
pengawasan yang diberikan kepada MITA
Non Prioritas untuk pengeluaran barang
impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik
dan penelitian dokumen, kecuali dalam
hal:
a. barang ekspor yang diimpor kembali;
b. barang yang terkena pemeriksaan acak; atau
c. barang impor sementara.

31
Jalur Hijau
adalah proses pelayanan dan
pengawasan pengeluaran barang impor
dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik,
tetapi dilakukan penelitian dokumen
setelah penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB)

32
Jalur Kuning
adalah proses pelayanan dan
pengawasan pengeluaran barang impor
dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik,
tetapi dilakukan penelitian dokumen
sebelum penerbitan SPPB

33
Jalur Merah
adalah proses pelayanan dan
pengawasan pengeluaran barang impor
dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan
penelitian dokumen sebelum penerbitan
SPPB

34
Pemeriksaan pabean
meliputi penelitian dokumen dan
pemeriksaan fisik barang
dilakukan secara selektif
bertujuan untuk memperoleh data guna
penilaian dan penetapan kewajiban
pabean

35
Pemeriksaan Pabean Secara Selektif
Terhadap Barang Impor yang merupakan:
a. barang ekspor yang diimpor kembali;
b. barang yang terkena pemeriksaan acak; atau
c. barang impor tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah, yang
pengeluarannya ditetapkan melalui jalur MITA Non Prioritas,

diterbitkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Fisik (SPPF)


yang merupakan izin untuk dilakukan pemeriksaan fisik di
tempat Importir.

36
Pemeriksaan Pabean Secara Selektif

Dalam hal jalur pengeluaran Barang Impor ditetapkan Jalur


Kuning dan diperlukan pemeriksaan laboratorium, Importir
wajib menyiapkan barangnya untuk pengambilan contoh

Untuk importasi yang ditetapkan Jalur Kuning, dapat


dilakukan pemeriksaan fisik melalui mekanisme NHI
berdasarkan informasi dari Pejabat pemeriksa dokumen

37
NHI
Nota Hasil Intelijen yang selanjutnya
disingkat dengan NHI adalah produk dari
kegiatan intelijen yang menunjukkan
indikasi mengenai adanya pelanggaran di
bidang kepabeanan dan/atau cukai

38
NPBL
Nota Pemberitahuan Barang
Larangan/Pembatasan yang selanjutnya
disingkat dengan NPBL adalah nota yang
dibuat oleh Pejabat kepada Importir agar
memenuhi ketentuan larangan dan/atau
pembatasan impor

39
Pemeriksaan Pabean Secara Selektif

Importir yang barang impornya ditetapkan jalur merah wajib :


a. menyerahkan hardcopy PIB, dokumen pelengkap pabean,
dan SSPCP, dalam hal PIB disampaikan dengan
menggunakan sistem PDE Kepabeanan;
b. menyiapkan barang untuk diperiksa; dan
c. hadir dalam pemeriksaan fisik, dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat
Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM).

40
Pemeriksaan Pabean Secara Selektif
Dalam hal Importir tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud diatas maka dapat dilakukan
pemeriksaan fisik oleh Pejabat atas risiko dan biaya
Importir. Atas permintaan Importir atau kuasanya, jangka
waktu dimaksud dapat diberikan perpanjangan apabila
yang bersangkutan dapat memberikan alasan tentang
penyebab tidak bisa dilakukannya pemeriksaan fisik.

Untuk pelaksanaan pemeriksaan fisik sebagaimana


dimaksud, pengusaha TPS wajib memberikan bantuan
teknis yang diperlukan atas beban biaya Importir.

41
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik barang impor dilakukan
oleh pejabat pemeriksa fisik berdasarkan
instruksi pemeriksaan yang diterbitkan
oleh pejabat bea dan cukai atau sistem
komputer pelayanan

42
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik barang harus dimulai paling lambat 3


(tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM atau SPPF.
Importir atau kuasanya menyampaikan kesiapan
dimulainya pemeriksaan fisik barang kepada Pejabat.
Untuk Kantor Pabean yang mengoperasikan pemindai peti
kemas, pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan dengan
menggunakan pemindai peti kemas.

43
Pemeriksaan Fisik

Pemberitahu dokumen pabean setelah menerima SPJM wajib


melampirkan minimal dokumen pelengkap pabean berupa daftar
data kemasan barang atau packing list atau P/L

menyerahkan SPJM dilampiri P/L tersebut kepada pejabat yang


ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan barang

Packing list memuat data importer, data eksportir diluar negeri, jenis
pengemas/kolli, jumlah pengemas, merk pengemas, jumlah
barangnya dan secara umum nama uraian jenis barangnya

dalam hal pemberitahu atau PPJK tidak menyerahkan packing list


atau P/L, pejabat yang melakukan pemeriksaan fisik barang dapat
melakukan pemeriksaan seluruhnya atau seratus persen atas
barang yang diberitahukan untuk dilakukan pemeriksaan fisik.

44
Persiapan Fisik dan Mental
Pemeriksa Barang
seorang pemeriksa harus mempunyai fisik yang baik,
tubuh yang sehat, mengingat tugas pemeriksaan barang
sering dilakukan ditempat yang udaranya panas,
mungkin keadaannya lembab dan berbau tidak enak
(pemeriksaan barang kimia).
Bermental baik dan berdedikasi tinggi terhadap negara
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain,
berbuat dan berpikirlah yang terbaik untuk bangsa dan
Negara.
Mempunyai pengetahuan yang luas tentang peraturan
kepabeanan dan peraturan pelaksanannya, peraturan
larangan dan pembatasan, peraturan lainnya dari instansi
lain yang pelaksanaannya dibebankan kepada Bea dan
Cukai.
45
PERSIAPAN PEMERIKSAAN FISIK

pengetahuan tentang jenis pengemas,


pengetahuan tentang tanda-tanda yang tertera
pada pengemas yang merupakan lambang-
lambang bahan atau barang berbahaya,
pengetahuan tentang jenis pengemas yang
lazim dipergunakan dalam perdagangan,
persiapan alat dan perlengkapan untuk
keperluan pemeriksaan fisik barang.

46
pemeriksaan fisik
Dalam hal seluruh barang telah datang dan
ditimbun ditempat penimbunan barang yang
pengawasannya dibawah Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai dimana pemberitahuan pabean
diserahkan, pejabat Bea dan Cukai yang
berwenang melakukan pemeriksaan fisik barang
wajib memilih/menunjuk pengemas atau kolli
yang akan dibuka dan diperiksa barangnya,
untuk ditimbun ditempat penimbunan yang
khusus digunakan untuk pemeriksaan fisik
barang.
47
Tingkat Pemeriksaan Fisik Barang Impor
Tingkat pemeriksaan 10 (sepuluh) %, adalah pemeriksaan fisik barang
dengan jumlah kemasan yang dibuka adalah jumlah yang dapat
mewakili 10% dari setiap jenis barang yang tertulis dalam fotocopy
invoice dan atau packing list dengan jumlah minimal 2 (dua) koli;

Tingkat pemeriksaan 30 (tigapuluh) %, adalah pemeriksaan fisik


barang dengan jumlah kemasan yang dibuka adalah jumlah yang
dapat mewakili 30% dari setiap jenis barang yang tertulis dalam
fotocopy invoice dan atau packing list dengan jumlah minimal 2 (dua)
koli;

Tingkat pemeriksaan 100 (seratus) %, adalah pemeriksaan fisik


barang dengan jumlah kemasan yang dibuka adalah seluruh kemasan
setiap jenis barang;

48
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dengan menggunakan pemindai peti kemas dilakukan
terhadap:
a. barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur hijau dan terkena
pemeriksaan acak melalui pemindai peti kemas;
b. barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur merah namun
hanya terdiri dari satu jenis (satu pos tarif);
c. barang impor dalam refrigerated container yang berdasarkan
pertimbangan dari Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat
diperiksa dengan pemindai;
d. barang yang berisiko tinggi berdasarkan hasil analisis intelijen;
e. barang peka udara; atau
f. barang lainnya yang berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor
Pabean.
49
Pemeriksaan Fisik
Pejabat yang ditunjuk dapat dilakukan pemeriksaan melalui pemindai
peti kemas.
Dikecualikan dari pemeriksaan melalui pemindai peti kemas
dimaksud, terhadap:
a. barang impor peka cahaya;
b. barang impor yang mengandung zat radioaktif; atau
c. barang impor lainnya yang karena sifatnya dapat menjadi
rusak apabila dilakukan pemindaian.

Untuk mendapatkan keakuratan identifikasi Barang Impor, Pejabat


pemeriksa dokumen dapat memerintahkan untuk dilakukan uji
laboratorium. Terhadap uji laboratorium dimaksud pada yang
dilakukan di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang dikenakan PNBP.
50
Penelitian Tarif dan Nilai Pabean

Untuk pemenuhan hak keuangan negara dan ketentuan


impor yang berlaku, Pejabat melakukan penelitian terhadap
tarif dan nilai pabean yang diberitahukan.
Penelitian dimaksud diselesaikan dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran
PIB.
Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud
mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk,
cukai, dan PDRI, Pejabat menerbitkan Surat Penetapan
Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP).

51
Penelitian Tarif dan Nilai Pabean

Terhadap SPTNP yang terbit atas PIB yang ditetapkan jalur


merah atau jalur kuning, Pejabat menerbitkan SPPB
setelah:
a. Importir melunasi kekurangan bea masuk, cukai,
PDRI, dan/atau sanksi administrasi berupa denda; atau
b. Importir menyerahkan jaminan sebesar bea masuk,
cukai, PDRI, dan/atau sanksi administrasi berupa denda
dalam hal diajukan keberatan.

52
Keberatan
Orang dapat mengajukan keberatan secara tertulis atas
penetapan yang dilakukan oleh Pejabat mengenai:
a. tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea
masuk yang mengakibatkan kekurangan pembayaran bea
masuk, cukai, dan PDRI;
b. pengenaan sanksi administrasi berupa denda;
c. kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan
PDRI selain karena tarif dan/atau nilai pabean; dan/atau
d. penetapan pabean lainnya yang tidak
mengakibatkan kekurangan pembayaran.

53
Keberatan

Keberatan sebagaimana dimaksud diajukan kepada :


a. Direktur Jenderal u.p. Kepala KPU BC dalam hal
keberatan diajukan di KPU BC;
b. Direktur Jenderal u.p. Direktur Penerimaan dan
Peraturan Kepabeanan dan Cukai melalui Kepala
KPPBC Tipe Madya atau Kepala KPPBC dalam hal
keberatan diajukan di KPPBC Tipe Madya atau di
KPPBC.

54
Keberatan
Orang yang mengajukan keberatan dimaksud wajib
menyerahkan jaminan sebesar tagihan kepada negara,
kecuali:
a. Barang Impor belum dikeluarkan dari kawasan
pabean sampai dengan keberatan mendapat keputusan,
sepanjang terhadap importasi barang tersebut belum
diterbitkan persetujuan pengeluaran oleh Pejabat;
b. tagihan telah dilunasi; atau
c. penetapan Pejabat tidak menimbulkan kekurangan
pembayaran.

55
banding
Orang yang berkeberatan terhadap penetapan Direktur
Jenderal atas tarif dan nilai pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), keputusan Direktur
Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2),
Pasal 93A ayat (4), atau Pasal 94 ayat (2) dapat
mengajukan permohonan banding kepada Pengadilan
Pajak dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal penetapan atau tanggal keputusan, setelah
pungutan yang terutang dilunasi

56
Ketentuan Lain
Barang Impor Eksep
Apabila pada saat pengeluaran barang impor dari kawasan pabean terdapat
selisih kurang dari jumlah yang diberitahukan dalam PIB (eksep),
penyelesaian atas barang yang kurang tersebut dilakukan dengan
menggunakan PIB semula paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal SPPB.

Impor Barang Kena Cukai (BKC)


Importir yang mengimpor BKC wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha
Barang Kena Cukai (NPPBKC). Barang Impor berupa BKC wajib dilunasi
cukainya sebelum diterbitkan SPPB. Dikecualikan dari ketentuan
pelunasan cukai dimaksud terhadap Barang Impor berupa BKC yang
mendapat :
a. pembebasan cukai; atau
b. fasilitas cukai tidak dipungut.

57
Ketentuan Lain
Barang Larangan dan/atau Pembatasan
Dalam hal terdapat Barang Impor yang terkena ketentuan larangan dan/atau
pembatasan diberitahukan dengan benar dalam dokumen PIB tetapi belum
memenuhi persyaratan impor, maka terhadap barang lainnya yang tidak terkena
ketentuan larangan dan/atau pembatasan dalam PIB yang bersangkutan dapat
diizinkan untuk diberikan persetujuan pengeluaran barang setelah dilakukan
penelitian mendalam.

Pembatalan PIB
PIB yang diajukan di Kantor Pabean yang telah menerapkan sistem PDE
Kepabeanan hanya dapat dibatalkan dalam hal:
a. salah kirim yaitu data PIB dikirim ke Kantor Pabean lain dari Kantor Pabean
tempat pengeluaran barang;dan/atau
b. penyampaian data PIB dari importasi yang sama dilakukan lebih dari satu kali.

58
Terima Kasih

Agoes widodo
Balai Diklat Keuangan Pontianak

59

Anda mungkin juga menyukai