Anda di halaman 1dari 12

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Nama Anggota
1. Ikramina Harliesty (201410170311014)
2. Dhinar Ramadhaniar P (201410170311045)
3. Ahmad Hudiya Alhaq (201410170311222)
4. Aditya Pradipta Azhar (201410170311348)
5. Fakhrudin Dwi Firmansyah (201510190511117)
KEUTAMAAN ILMU, ILMUWAN, DAN MAJELIS ILMU

1. Keutamaan Ilmu
Dalam agama Islam, ilmu merupakan sarana yang amat penting untuk meningkatkan iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan
banyak himbauan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. mengenai keutamaan ilmu ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
A. Di antara hasad yang diperbolehkan
Secara umum, hasad atau iri itu dilarang, alias haram. Namun untuk ilmu, apalagi ilmu yang bermanfaat.
B. Memudahkan penuntut ilmu masuk surga
Kebanyakan umat Islam menganggap bahwa orang yang dimudahkan masuk surga adalah orang yang ahli ibadah; banyak puasa atau
shalat misalnya. Namun ternyata, menuntut ilmu juga merupakan jalan untuk mencapai surga, bahkan dimudahkan.
C. Ilmu merupakan salah satu sumber pahala tiada henti
Selain shadaqah jariyah dan anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya, ilmu yang bermanfaat merupakan sumber pahala
yang senantiasa mengalirkan pahala bagi orang yang mengajarkan ilmu dengan tulus.
D. Orang yang belajar itu sama dengan berjihad
Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa jihad itu harus dengan senjata. Ternyata belajar itu termasuk jihad.
E. Malaikat pun membentangkan sayap untuk pencari ilmu
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah bermaksiat. Rasulullah saw. menggambarkan kemuliaan orang yang menuntut itu
dengan hadirnya para malaikat yang mengembangkan sayapnya untuk orang tersebut.
2. Keutamaan Ilmuwan
Apabila Islam demikian menghargai usaha orang-orang yang menuntut ilmu, sudah selayaknya Islam pun amat menghargai
orang-orang yang berilmu. Berikut ini beberapa keutamaan ilmuwan:
A. Ditinggikan derajatnya
Menggambarkan keutamaan orang yang berilmu atau ilmuwan, Allah Taala berfirman: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)

B. Hanya orang yang berilmu yang selamat


Lalu Nabi Muhammad saw. seakan menegaskan keutamaan ilmuwan itu dengan sabda beliau: Dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah
semua yang ada di dunia itu, kecuali dzikir kepada Allah, ketaatan kepada-Nya, dan orang yang berilmu, atau yang mengajarkan
ilmu. (HR. Tirmidzi)

C. Dimohonkan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi


Keutamaan ilmuwan atau orang yang berilmu itu bukan hanya mendapat kemuliaan di sisi sesama manunia. Kemuliaan ilmuwan itu
juga memperoleh perhatian di sisi makhluk Allah yang lain, yaitu hewan-hewan yang hidup di daratan maupun di lautan. Hal ini
tidaklah mengherankan, karena ilmuwan atau orang yang berilmu dengan ilmu yang benar akan juga memperhatikan nasib sesama
makhluk hidup. Seorang ilmuwan yang berperilaku sesuai dengan ilmunya akan memperhatikan dampak kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga tidak merugikan apalagi membinasakan sesama makhluk hidup, meskipun ia hanya seekor hewan.
D. Memperoleh keutamaan jauh di atas ahli ibadah
Seorang yang beribadah berdasarkan ilmu jauh lebih mulia daripada seorang yang beribadah hanya berdasarkan ikut-ikutan, meskipun
praktik ibadahnya secara dhahir adalah sama. Sama-sama benar. Tapi orang yang pertama beribadah dengan mengetahui ilmunya,
sementara orang yang kedua beribadah tanpa mengetahui ilmunya. Hal ini menunjukkan betapa mulianya orang yang ahli ibadah
berdasarkan ilmu.
E. Pewaris para nabi
Secara umum, hubungan waris-mewarisi itu merupakan salah satu hubungan yang amat khusus antara seseorang dengan orang yang
lain, seperti adanya hubungan darah atau urusan pembebasan dari perbudakan (sebagaimana dahulu terjadi pada masa Islam klasik).
Artinya, hubungan waris-mewarisi itu bukan sembarang hubungan yang bisa diada-adakan secara sembarangan. Adalah sebuah
kemuliaan apabila seorang muslim memiliki hubungan yang khusus itu dengan manusia paling mulia, bahkan nabi yang paling
mulia, yaitu Nabi Muhammad saw. Nah, ternyata jalan mencapai kemuliaan itu adalah melalui jalur ilmu.
3. Keutamaan Majelis Ilmu
Mengingat demikian utamanya ilmu dan ilmuwan, sudah tentu hal ini menunjukkan keutamaan majelis ilmu. Keutamaan mejelis ilmu
ini bisa di pahami dengan adanya etika atau akhlak mencari ilmu yang akan di rinci dalam bahasan berikutnya.
ANTARA ILMU AGAMA DAN ILMU UMUM

Ada anggapan, bahwa ilmu agama itu lebih mulia daripada ilmu umum. Ilmu agama diartikan
sebagai ilmu yang secara langsung merujuk kepada Al-Quran dan Hadits, seperti ilmu akidah dan
fikih. Sementara ilmu umum diartikan sebagai ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada Al-
Quran dan Hadits, seperti ilmu teknik dan kedokteran.
AKHLAK MENCARI DAN MENGAJARKAN ILMU

Seperti dibahas sebelumnya, karena demikian mulianya kegiatan mencari ilmu ini, terdapat pesan-pesan khusus dalam proses mencari dan mengajarkan
ilmu.
1. Akhlak mencari ilmu
Berikut ini beberapa petunjuk yang diajarkan oleh agama Islam sebagai akhlak mencari ilmu:

Niat yang tulus


Secara khusus, Rasulullah saw. mengingatkan umatnya untuk menjaga niat yang benar dalam belajar.

Selalu berusaha menambah ilmu


Di antara akhlak orang yang mencari ilmu itu, hendaknya ia tidak pernah berhenti berusaha menambah ilmu yang telah dimilikinya. Hal ini karena ilmu
merupakan lautan yang amat luas, tanpa dasar dan tepian.

Berguru pada ahlinya


Juga di antara akhlak mencari ilmu itu adalah berguru kepada orang yang mumpuni di bidangnya. Apabila hendak belajar ilmu tafsir, hendaknya berguru
kepada orang yang ahli tafsir, bukan kepada ahli filsafat atau matematika. Demikian pula apabila hendak belajar ilmu hadits, hendaknya juga berguru
kepada ahli hadits, bukan kepada seorang insinyur atau sosiolog.
Bertanya dengan tepat
Juga di antara akhlak mencari ilmu yaitu bertanya sesuai dengan keperluan, bertanya pada waktu yang tepat, dan tidak bertanya dengan
pertanyaan-pertanyaan mubadzir.
2. Akhlak mengajarkan ilmu
Setelah mendapatkan ilmu, hendaknya berusaha mengajarkannya dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, kita akan mencapai
peringkat rabbani. Berikut ini beberapa akhlak dalam mengajarkan ilmu:

Tidak menyembunyikan ilmu


Apabila ditanyakan tentang suatu ilmu, dan kita mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita mengajarkan pengetahuan itu.

Tidak segan mengatakan tidak tahu


Apabila kita ditanya tentang suatu ilmu, dan kita tidak mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita tidak merasa malu untuk
mengatakan, Saya tidak tahu.
PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PENGEMBANGAN IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang tanpa norma-norma moral dan agama akan mendatangkan malapetaka, bukan hanya
bagi umat manusia, namun juga bagi hewan-hewan, tumbuhan dan lingkungan. Oleh karena itu sudah seharusnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu selalu dalam arahan dan pengawasan agama, terutama agama Islam.
1. Memperhatikan halal dan haram
Dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya manusia memperhatikan aturan agama, terutama yang
berkaitan dengan apa-apa yang telah diharamkan secara tegas. Mungkin saja dengan kemajuan teknologi, manusia bisa melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi sebagian manusia, namun sebenarnya hal itu dilarang oleh agama. Misalnya usaha mengkloning manusia,
dan merubah jenis kelamin.
2. Memperhatikan maslahat bagi masyarakat umum
Dalam usaha menjaga keamanan nasional, hamper semua Negara di dunia sekarang ini berlomba-lomba mempersiapkan diri dengan alat-
alat tempur. Ada sederetan nama-nama bom atau rudal. Apa sebenarnya maslahat yang bisa diambil dari dikembangkannya berbagai alat
tempur seperti itu selain kekuasaan bagi negara-negara tertentu? Senjata memang perlu, namun penggunaan teknologi yang semakin
maju dalam hal ini justru semakin mudah pula untuk menghancurkan kehidupan. Sudah sepantasnya, pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam hal senjata ini sejak awal diperhitungkan apa maslahatnya untuk kehidupan bersama.
3. Memperhatikan skala prioritas
Di zaman yang serba canggih seperti zaman sekarang, realitanya masih banyak warga negara atau warga dunia yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Oleh karena itu, seharusnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jangan sampai semakin memperlebar
jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin. Artinya, jangan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi itu dikembangkan justru untuk
kepentingan si kaya semata.
4. Menjauhi sikap mubadzir
Dalam hukum Islam ada empat istilah yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan manusia, yaitu: dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat
dan kamaliyat. Berkaitan dengan keempat macam kebutuhan tersebut, hendaknya kemajuan teknologi bisa digunakan seoptimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat secara bijak. Dan sebisa mungkin
menghindari kebutuhan kamaliyat yang sebenarnya sama dengan memenuhi hawa nafsu yang tidak ada batasnya.
BEBERAPA PERSOALAN BIOAKHLAK DALAM PANDANGAN ISLAM

1. Bayi Tabung
Proses teknologi bayi tabung itu sebenarnya tidak ubahnya sebagai proses pembuahan alami, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel
telur. Hanya saja pembuahan alami terjadi dalam rahim seorang calon ibu, sementara pembuahan bayi tabung dilakukan di sebuah
tempat khusus hasil karya manusia. Dengan kemajuan teknologi, sepasang suami-istri yang telah diketahui dimungkinkan memiliki
anak, namun ternyata selalu gagal dalam proses pembuahan, bisa memperoleh solusi dengan bantuan para dokter melalui proses ini.
Lalu bagaimana sikap Islam terhadap bayi tabung ini? Halal atau haram?
Secara umum, para ulama memperbolehkan pemanfaatan teknologi bayi tabung ini, sepanjang memperhatikan nilai-nilai ajaran Islam,
yaitu:
Pertama, hendaknya sperma dan ovum berasal dari sepasang suami istri. Oleh karena itu, pembuahan yang dilakukan antara sperma
dan ovum yang berasal dari luar pasangan tidak bisa dibenarkan. Pembuahan seperti ini menjadi tidak berbeda dengan perzinahan yang
diharamkan.
Kedua, hendaknya rahim tempat bersemainya bakal janin itu adalah istri dari pemilik sperma. Yang demikian ini diatur, sehingga tidak
ada wanita yang mengandung benih dari laki-laki yang bukan suaminya. Bila hal ini diabaikan, akan lahir bayi dari rahim seorang
wanita yang bukan istri dari bapaknya. Tentu saja dampak dari pengabaian ini akan menimbulkan kekacauan hukum perkawinan.
2. Kloning
Dengan bantuan teknologi pula, sekarang makhluk hidup yang biasanya berketurunan dengan cara bertemunya sel sperma dengan sel
telur, menjadi tidak demikian. Dengan bantuan teknologi yang disebut dengan kloning, telah dimungkinkan terjadinya pembuahan
tanpa bantuan sperma.
Teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh binatang, termasuk secara teori kepada manusia.
Lalu bagaimana hukum kloning? Hukum kloning dibedakan kepada obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi binatang langka yang
hampir punah, maka kloning tidak dipermasalahan.
Adapun kloning kepada manusia hukumnya adalah haram. Kloning kepada manusia diharamkan dengan beberapa alasan.
Pertama, dari segi hak asuh anak. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah dan seorang ibu.
Sementara seorang bayi hasil kloning hanya memiliki orang tua dari ibu saja.
Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila setiap wanita yang hamil di luar perkawinan mengaku telah melakukan kloning.
3. Operasi Ganti Kelamin
Berkat kecanggihan teknologi, sekarang manusia bisa melakukan operasi ganti kelamin. Seorang yang semula berkelamin laki-laki
bisa berganti kelamin perempuan, dan sebaliknya.
Dalam Islam, jenis kelamin mempengaruhi kedudukannya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Dalam Islam,
pembedaan jenis kelamin memiliki konsekuensi yang serius, sejak lahir hingga mati. Maka dari itu operasi ganti kelamin hukumnya
adalah haram.
4. Bedah Plastik
Banyaknya manusia yang karena inginnya tampil lebih indah membuatnya melakukan hal-hal yang melebihi kewajaran. Seperti
mengerok alis dan menggantinya dengan gambar pensil atau tato. Bahkan dengan bantuan kecanggihan teknologi, manusia bisa
mengganti bentuk hidung, bibir, atau anggota tubuh yang lain.
Tindakan-tindakan yang di luar batas kewajaran itu memberikan kesan, seakan-akan pelakunya tidak bisa menerima karunia yang telah
diterimanya. Bahkan secara etika pelaku tindakan tersebut memberikan kesan sebagai sosok yang tidak percaya diri, sehingga dia
bersembunyi di balik topeng yang dibuatnya sendiri. Padahal tindak-tindakan itu bukannya tidak membawa dampak negatif secara
medis bagi dirinya sendiri.
Bagaimana sikap Islam dalam hal ini? Secara umum Islam menerima semua yang indah namun wajar. Namun bila sampai mengarah
kepada perbuatan yang melebihi batas kewajaran, apalagi mengarah pada sikap yang tidak menerima karunia dari-Nya, maka hal itu
bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak menyatakan ungkapan rasa syukur.

Anda mungkin juga menyukai