Anda di halaman 1dari 29

ANESTESI EPIDURAL PADA

PEB DAN DECOMB CORDIS

PEMBIMBING :
DR. INDAH WATY MUCHLIS, SP.AN
DR. INDRA NUR HIDAYAT, SP.AN
DR. FERRY HAMDANY, SP.AN
DR.APRILINA,SP.AN

CASE REPORT By : Muhammah Nasrullah( 611 11 019 )


LATAR BELAKANG
Sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping
perdarahan adalah pre-eklampsia atau eklampsia dan
penyebab kematian perinatal yang tinggi.
Insiden eklampsia di negara berkembang
berkisar dari 1:100 sampai 1:1700.
Decomb Cordis Merupakan sindroma klinik yang
terdiri dari sesak napas dan rasa cepat lelah yang
disebabkan oleh kelainan jantung
Salah satu tatalaksananya adalah dengan
Sectio Caesaria
Regional Anestesi Sectio Caesaria .
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama : Ny.T
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
BB : 100 kg
TB : 150 cm
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama Mules
Riwayat Penyakit Pasien perempuan berusia 29 tahun
Sekarang datang ke Ponek RSUD Embung Fatimah
Kota Batam, dengan Pasien G2P1A0,
hamil 35-36 minggu, sudah merasakan
mules, dan keluar air ketuban,
pandangan kabur (-), sakit kepala (+),
nyeri ulu hati (-), mual (), muntah (-),
sesak (-).
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi (+),
Diabetes Melitus (-), Kelainan
Jantung (+)
Asma (-) Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga Disangkal


Riwayat Operasi dan Anestesi Bekas SC 1x
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis


Tekanandarah : 150/100 mmHg

Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,6oC
KEPALA
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Sclera : Ikterik (-)
Mallampati score : 1
Buka mulut : > 3 cm
LEHER
JVP : meningkat
Pergerakan dan ekstensi tidak terbatas
THORAX
Paru
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Auskultasi : VBS kanan sama dengan kiri, tidak ada
suara tambahan seperti ronki dan wheezing
Jantung

Bunyi jantung I dan II regular, gallop S3 ( + ), murmur


(-)
Abdomen

Cembung
Ekstremitas

Tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah


4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
JENIS
HASIL NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN
Hematologi
Hemoglobin 12,0 11,0 16,5 gr/dl
Lekosit 6.400 3500 10.000 /ul
Hematokrit 35 35 50 %
Eritrosit 3,5 3,8 5,8 juta/ul
Trombosit 191 150 500 ribu/ul
Kimia Darah
P=< 40 W =< 32
SGOT 20
U/l
P =< 41 W =< 33
SGPT 15
U/l
Ureum 43 10-50 mg/dl
P=<0,7 W=<0,5-1,0
Creatinin 1
mg/dl
P=<3,5 W=<2,6-6
GDS 100
mg/dl
Elektrolit
Natrium (Na+) 138 136 145 mmol/L
Kalium (Ka+) 3.5 3,5 5,1 .mmol/L
Klorida (Cl )
-
108 98 107 mmol/L
Imunoserologi
HBsAg Negatif Negatif
Non
Anti HIV Non Reaktif
Reaktif
5. DIAGNOSIS
G2P1A0 Gravida 35-36 Minggu dengan
PEB + Decomp Cordis

6. RENCANA TINDAKAN
Sectio Caesaria
PRA ANESTESI
Pra Anestesi Umum
G2P1A0 Gravida 35-36 Minggu
Diagnosa dengan PEB + Decomp Cordis

Jenis pembedahan Sectio Caesaria


GCS E4M6V5 = 15
TD : 160/80
N : 81
Vital sign
RR : 20x/m
T : 36,6oC
Pemeriksaan Fisik Dbn
Pemeriksaan
Dbn
Laboratorium
ASA IIE
Puasa 6 jam sebelum op
Jenis anestesi Regional Anestesi Epidural
INTRA OPERATIF
Laporan Anestesi Sectio Caesaria
Diagnosis PraBedah G2P1A0 Gravida 35-36 Minggu dengan PEB

Tindakan Bedah Sectio Cesaria


Jenis Anestesi RA
Anestesi dengan Epidural anestesi
Teknikanestesi Epidural Cateter
Lama anestesi 60 menit
Lama operasi 40 menit
Premedikasi Ondansentron 4 mg IV
Dexametason 10 mg IV

Pernafasan Terkontrol
Posisi Supine
Cairan RL
Masuk : Preoperative : RL 200 ml
Keluar : Durante-Operatif: RL700 ml
Perdarahan: 400 cc
Monitoring Tindakan Sectio Caesaria
Pukul Tindakan TD Nadi SpO2
11.30 Pasien masuk kamar operasi dibaringkan di meja operasi dengan 160/70 80 100%
posisi supine
Diinjeksi IV
1. Ondansentron 4 mg
2. Dexamethasone 10 mg
3. Vopicain 0,50%
Diberikan agen berupa O2 2 liter.
Setelah induksi pasien merasa kebas dan berat dikedua tungkai ,
Monitoring KU pasien per 10 menit.
11.50 140/80 83 100%

12.00 Mulai operasi 140/65 80 100%


12.10 Ganti Infus RL kolf ke I 120/64 82 100%
12.20 120/62 82 100%

12.30 Bayi lahir dgn jenis kelamin Laki, BB: 2600, PB:46, A/S:8/9. 110/60 75 100%
Injeksi: Oksitosin 10 IU,Metergin 200 mcg

12.40 111/64 76 99%

12.50 109/70 78 99%

13.00 Ganti Infus RL kolf ke II 109/57 75 100%


13.10 Operasi selesai 110/58 93 100%
13.05 Tramadol 100mg drips dalam RL 500ml 90/55 93 100%
13.08 pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. 95/60 101 100%
POST OPERATIF
Pasien masuk ruang pemulihan
(Recovery Room) pukul 23:08 WIB.
Keluhan pasien: mual (-), muntah (-),

pusing (-), nyeri (-).


MONITORING POST
OPERATIF

TD : 160/80 mmHg SKOR ALDRETTE (total 9)


1. Aktifitas = 1
N : 79x/mnt
2. Sirkulasi = 2
SpO2 : 99%
3. Pernafasan = 2

4. Kesadaran =2
Nassal Canule 2 5. Warna kulit = 2
Ltr/mnt
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

Keluhan : pasien
hamil 35-36 minggu, Banyak hal yang harus diperhatikan
sudah merasakan dalam melakukan tindakan anestesi
pada wanita hamil yang akan
mules, dan keluar air melakukan persalinan. Karena
dalam melakukan tindakan anestesi
ketuban, pandangan harus memperhatikan teknik
anestesi yang akan dipakai demi
kabur (-), sakit kepala menjaga keselamatan ibu, bayi,
(+), nyeri ulu hati (-), serta kehamilan itu sendiri.

mual (), muntah (-),


sesak (-)
KASUS TEORI

Tatalaksana pada pasien yaitu Sectio Anestesi epidural termasuk jenis


Caesaria dengan teknik anestesi
anestesi regional. Anestesi epidural
Regional Anestesi
menghambat sensasi dan kontrol
motorik daerah abdominal, pelvis,
ekor, dan kaki belakang
Anestesi Regional Epidural Anestesi

Keuntungan Epidural Anestesi pada pasien ini adalah


Ketinggian blok anestesi bisa disesuaikan
Penghindaran obat narkotik sehingga mengurangi
kemungkinan penekanan pernapasan yang lama dan
penekanan saraf pusat pada bayi, serta muntah pada ibu
Penurunan hemodinamik tidak sebesar penggunaan anestesi
spinal
Uteral blood flow tetap terjaga
Relaksasi otot yang lebih baik.
Managemen nyeri pasca operasi lebih baik
Mengurangi pemakaian narkotik sistemik sehingga kejadian
depresi janin dapat dicegah/ dikurangi
Kesadaran ibu tetap tidak berkabut selama pembiusan
Risiko aspirasi pulmonal minimal dibandingkan pada tindakan
anestesi umum
1. .
KASUS TEORI
Premedikasi: 1. Ondansentron selektif reseptor 5 HT
menghindari terjadinya PONV
-Ondansentron 4 mg
2. Dexamethasone untuk mengurangi
-Dexamethasone 10 mg insiden reaksi hipersensitivitas
3. Untuk mengurangi nyeri pada saat
-Vopicain 0,50%
jalannya operasi
PENGELOLAAN NYERI
Kasus:
Pemberian tramadol 100 mg post

operasi

Teori:
Opoid sintetik lemah, bekerja di sentral
Dosis 50-100 mg /6-7 jam
ANESTESI REGIONAL

Anestesi regional adalah anestesi lokal


dengan menyuntikan obat anestesi
disekitar saraf sehingga area yang
dipersarafi teranestesi.
Terbagi menjadi :

1. Anestesi Spinal (per abdominam/SC)

2. Anestesi Epidural
A. SPINAL ANESTESI
Tindakan anestesi untuk menghambat
penghantaran sinyal nyeri dengan cara
memberikan obat anestesi lokal ke dalam ruang
subarachnoid, biasanya anestesi spinal dilakukan
untuk pembedahan pada daerah yang diinervasi
oleh cabang Th.4 (papila mammae kebawah)
ANESTESI SPINAL
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Teknik anestesi sederhana 1. Insiden hipotensi mengkat
2. Induksi Cepat 2. Mual dan muntah
3. fetal terpapar obat minimal 3. Postdural puncture
sehingga kejadian depresi headache
janin dihindari
4. Pasien sadar
5. Resiko aspirasi berkurang
OBAT ANESTESI LOKAL UNTUK BEDAH
SESAR
1. Lidocain 1-5 % (dosis 7-10mg/kgBB)
2. Bupivacain 0,25-0,75 % (dosis 1-
2mg/kgBB

KOMPLIKASI
Hipotensi, batuk kering yang persisten,
mual muntah, nyeri kepala setelah
operasi, retansi urine dan kerusakan saraf
B. EPIDURAL ANESTESI
Tindakan anestesi untuk menghambat
penghantaran sinyal nyeri dengan cara
memberikan obat anestesi lokal ke
dalam ruang epidural dengan
menggunakan jarum khusus.
ANESTESI EPIDURAL
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Digunakan pada operasi yg 1. Teknik anestesi sulit
lama
2. Insiden hipotensi minimal 2. Onset lambat
3. fetal terpapar obat minimal 3. Membutuhkan jumlah obat
sehingga kejadian depresi anestesi lokal yang lebih
janin dihindari banyak
4. Pasien sadar 4. Postdural puncture
headache
5. Resiko aspirasi berkurang
KOMPLIKASI
Kejang, dan henti jantung (cardiac arrest).
KESIMPULAN
Anestesi epidural memungkinkan ibu untuk tetap sadar pada
saat kelahiran dan mendengar suara tangisan dari bayinya,
sehingga teknik anestesi tersebut menjadi pilihan para ibu hamil
dan dokter.

Pada kasus ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesi epidural


pada operasi sectio caesarea pada wanita, usia 29 tahun, status
fisik ASA IIE dengan diagnosis preeklamsia berat secundi gravida
hamil preterm.

Prosedur anestesi epidural pada sectio casarea dalam kasus ini


tidak mengalami hambatan yang berarti baik dari segi anestesi
maupun dari tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan
pasien sadar penuh, hemodinamik stabil, dan tidak terjadi hal yang
memerlukan penanganan serius.

Anda mungkin juga menyukai