Anda di halaman 1dari 27

Efikasi Larutan Hipertonis Saline dan

Normal Saline pada Penanganan


Sinusitis Kronis
Ramabhadraiah Anil Kumar, Borlingegowda Viswanatha, Nisha Krishna,
Niveditha Jayanna, Disha Ramesh Shetty
Departement of Ear Nose Throat, Bangalore Medical College & Research
Institute
Bangalore, India

Disadur oleh:
Intan Palupi
122011101056

Pembimbing:
dr. Bambang Indra H, Sp. THT-KL

SMF Ilmu Penyakit THT-KL


RSD dr. Soebandi Jember
2016 1
ABSTRAK
Latar belakang :
Peradangan noninfeksius predisposisi
terjadinya sinusitis yang infeksius
pengembangan terapi efikasi tambahan
yang dapat melengkapi penggunaan
antibiotik pd sinusitis kronis.
Hipertonis saline meningkatkan
pembersihan mukosilier dan frekuensi
aktivitas silier
2
ABSTRAK
Tujuan penelitian :
Mengevaluasi efek Hipertonis saline dan
normal saline tetes hidung terhadap gejala
sinusitis kronis
Menilai toleransi larutan hidung hipertonis
saline dan normal saline pada pasien
sinusitis kronis
Mengetahui apakah hipertonis saline dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita
sinusitis kronis
3
ABSTRAK
Metode penelitian:
50 pasien usia 18-45th didiagnosis sinusitis
kronis kelompok A (diterapi dgn Normal
saline) & kelompok B (diterapi dgn hipertonis
saline 3,5%) selama 4 minggu
Dilakukan foto x-ray sebelum dan sesudah
perlakuan dinilai sesuai skor radiologis
Gejala dievaluasi sebelum dan sesudah
perlakuan menggunakan VAS (visual analog
score)

4
PENDAHULUAN
Modalitas umum pengobatan untuk sinusitis
kronis adalah penggunaan antibiotik,
dekongestan, mukolitik dan steroid.
Penggunaan jangka panjang memberikan
efek yang merugikan baik lokal maupun
sistemik
Pengobatan irigasi nasal dapat
membersihkan sekret, debris dan kotoran
intranasal.

5
PENDAHULUAN
Periode pasca operasi untuk
mengurangi risiko perlekatan dan
untuk memicu patensi osteomeatal.
Normal saline dan hipertonis saline
untuk irigasi hidung teknik
terjangkau, ada bukti terjadi
peningkatan pembersihan mukosiliar

6
KRITERIA OBJEK
PENELITIAN
Kriteria inklusi:
Pasien laki-laki dan perempuan dengan sinusitis
kronis
kelompok usia 18 sampai 45 tahun.
Pasien yang telah diterapi dengan antibiotik, 2
agonis, steroid topikal dan sistemik, tetapi
pengobatan dihentikan satu bulan sebelum awal
penelitian

Kriteria eksklusi:
Pasien yang mengalami demam yang diterapi
dengan antibiotik dan steroid selama penelitian
Pasien dengan defek anatomi atau mukokel yang
mengobstruksi sinus

7
Bahan dan Metode Penelitian

Desain penelitian :Present Prospective


Randomized Comparatif Study
Waktu penlitian :Penelitian ini dilakukan
selama Juli 2009 sampai Agustus 2011.
Tempat Penelitian :Rumah Sakit Victoria,
Departemen Telinga Hidung Tenggorok, Bangalore
Medical College dan Research Institute,
Bangalore, Karnataka, India
Objek penelitian:50 pasien yang didiagnosis
sebagai sinusitis kronis yang berumur 18-45th.

8
Objek penelitian dibagi secara acak dalam dua
kelompok:
1. Kelompok A:25 kasus diterapi dengan normal
saline 10 tetes 3x/hari selama 4 minggu
2. Kelompok B:25 kasus diterapi dengan hipertonis
saline 3,5% 10 tetes 3x/hari selama 4 minggu
Analisis Data
Chi Square : untuk mengetahui hubungan atau
pengaruh dari 2 variabel nominal dari tiap kelompok
dengan level signifikansi 5% atau 0,05
Unpaired T-test : untuk menguji perbedaan
signifikan antara 2 kelompok

9
Normal Saline 0,9% dan
Hipertonis Salin 3,5%
sebagai tetes hidung

10
HASIL
Kelompok Hidung Nyeri kepala Nyeri wajah
tersumbat
P=0,0 P=0,0 P=0,0
A 1 06
83
B h Sig h Sig Not Sig

Kelomp Hilangnya Sekresi hidung Keseluruhan


ok daya gejala
penciuman
P=0, P=0, P=0,
A 623 001 003
Not Sig Vh Sig h Sig
B
HASIL
Tabel 8. Toleransi terhadap Larutan Nasal pada
Kelompok A dan B
Toleransi Kelompok A Kelompok B Total
T
No. % No. % No. %
Tidak ada 18 85,7 5 23,8 23 54,8
sensasi
terbakar
Sensasi 3 14,3 12 57,1 15 35,7
terbakar
ringan
Sensasi 0 0 4 19,0 4 9,5
terbakar
sedang
Sensasi 0 0 0 0 0 0
terbakar
berat

12
HASIL
Tabel 1. Penilaian Radiologis dari foto X-ray sinus
Paranasal menurut Berg et al.[1]
Grade Temuan Radiologis Skor
Radiologis
I Tidak ada hipertrofi mukosa 1
II Penebalan mukosa <0,5 cm 2
tapi tanpa batas cairan
III Tebal mukosa >0,5 cm tapi 3
tanpa batas cairan
IV Perubahan jaringan atau 4
cairan mengisi sinus atau
terdapat batas cairan

13
HASIL
Analisis Radiologis
Kelp. A :
9 pasien kekaburan sinus maksilaris yang jelas
8 pasien kekaburan pada sisi kiri
4 pasien kekaburan bilateral
Kelp B
11 pasien kekaburan sinus maksilaris yang jelas
7 pasien kekaburan pada sisi kiri
3 pasien kekaburan bilateral

14
HASIL
Analisis skor radiologis pre dan post
terapi menunjukkan perbaikan yang
signifikan pada Kelp B (dari 5,67 1,32
menjadi 3,62 1.43) dibandingkan
dengan kelompok A (dari 5.38 1,43
menjadi 4,71 1,42) (p = 0,001).
Tidak terdapat perbedaan signifikan
pada distribusi kasus antara 2
kelompok

15
DISKUSI
Irigasi nasal dengan hipertonis saline secara
resmi diidentifikasi sebagai terapi atau
perawatan tambahan untuk sinusitis di tahun
1990-an
Penelitian ini larutan hidung hipertonis saline
lebih baik dalam mengurangi gejala sinusitis
kronis dibanding normal saline
Hipertonis saline 3,5% digunakan
konsentrasi mirip air laut, dan tidak berbahaya,
dapat ditoleransi dgn baik oleh pasien

16
DISKUSI
Mekanisme hipertonis saline masih belum
jelas.
Hipotesis: Hipertonis saline dapat
meningkatkan fungsi mukosilier,
mengurangi edema mukosa dan mediator
inflamasi, secara mekanis menghilangkan
mukus yang tersmbunyi
Memiliki efek vasokonstriktif ringan dan
efek antibakteri

17
DISKUSI
Hiperosmolaritas larutan
peningkatan pengeluaran Ca2 dari
penyimpanan intraseluler
merangsang frekuensi aktivitas silia
Terganggunya fungsi siliar oleh
karena sinusitis kronis kembali
seperti kondisi normal setelah
pengeluaran dan pembersihan
mukosa yang terinfeksi lendir
18
DISKUSI
Sel-sel silia saluran pernapasan
memiliki fungsi cadangan
mekanisme autoregulasi pengeluaran
dalam menanggapi perubahan
viskositas mukosa pernapasan
Terjadi peningkatan signifikan
viskoelastisitas mukosa pernapasan
setelah dilakukan pembersihan hidung
berulang kali.
19
DISKUSI
Semua pasien mengalami hidung
tersumbat, sekresi hidung, dan nyeri
kepala.
Beberapa pasien hilang daya
penciuman, dan nyeri wajah
Setiap gejala dinilai dengan VAS dan
dan dibandingkan dengan rata-rata
dari pada akhir minggu pertama dan
keempat
20
DISKUSI
Perbaikan signifikan pada hidung
tersumbat terjadi pada kedua kelompok,
namun lebih signifikan pada kelompok B
Semua pasien pada tiap kelompok
melaporkan meredanya gejala nyeri
kepala dengan pemberian terapi, namun
meredanya gejala pada kelompok B lebih
dahulu terjadi dan lebih signifikan.

21
DISKUSI
Dari hasil observasi daya penciuman
meningkat dengan pemberian terapi pada
kedua kelompok dan tidak terdapat
perbedaan signifikan pada kedua
kelompok
Perbaikan pada sekresi hidung diobservasi
terjadi secara signifikan pada kelompok B
yaitu menghilangnya postnasal
drip/sekresi hidung atau sekresi menjadi
jernih pada sebagian besar pasien
22
DISKUSI
Penilaian gejala keseluruhan menunjukkan
perbedaan rata-rata yang signifikan antara
minggu pertama dan minggu keempat
pada kelompok A dan B
Analisis skor radiologis pre dan post
terapi :
Terdapat penurunan skor radiologis yang
sangat signifikan pada kelp B dibanding
kelompok A. Sedangkan pada kelp. A
terlihat seperti tidak ada perbaikan.
23
DISKUSI
Toleransi pasien pada larutan
menunjukkan terjadi sensasi terbakar
sedang pada 19%pasien kelp.B dan tidak
ada pada kelp.A. Dan terdapat sensasi
terbakar ringan pada kelp A dan B (14,3%
dan 57,1%)

24
Gambar 1. Tampak peningkatan radiologis setelah
pemberian terapi dengan tetes hidung hipertonis saline
(3,5%)

Sebelum
terapi Setelah terapi

25
KESIMPULAN
Larutan hipertonis saline 3,5% lebih baik
efikasinya dibanding normal saline 0,9%
pada penanganan pasien dengan sinusitis
kronis
Hipertonis saline dapat ditoleransi dengan
baik oleh pasien, dan pemberian terapi
irigasi ini mampu meningkatkan kualitas
hidup pasien sinusitis kronis.

26
TERIMA KASIH

27

Anda mungkin juga menyukai