Anda di halaman 1dari 10

Tipikor II

Pidana
Pokok
Pasal 10 KUHP
Pidana Pokok
Pidana Mati;
Pidana Penjara;
Pidana Kurungan;
Pidana Denda;
Pidana Tutupan
Pidana Tambahan (KUHP)
Pencabutan hak-hak tertentu;
Perampasan barang-barang tertentu;
Pengumuman putusan hakim.
Pidana tambahan UU
Tipikor
Pasal 18
a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak
berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau
yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan
milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut;
b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi;
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu
paling lama 1 (satu) tahun;
d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau
penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang
telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.
Penyidikan, Penuntutan, Pemeriksaan
di Sidang Pengadilan (P3)
Proses P3 didahulukan dari perkara lain (Pasal 25)
KUHAP berlaku kecuali ditentukan lain, termasuk
penyadapan (wiretapping) (Pasal 26)
Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dapat
meminta keadaan keuangan dan memblokir
rekening tersangka atau terdakwa ke BI (pasal 29)
Jika tersangka/terdakwa meninggal, dapat
dilakukan gugatan kepada ahli warisnya. (Pasal
33,34)
Penyadapan
KPK memiliki kewenangan melakukan
penyadapan dan merekam pembicaraan (UU
30/2002 Pasal 12 huruf a)
Dasar hukum alat bukti:
Pasal 26A UU20/2001
a. alat bukti lain yang berupa informasi yang
diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu;
Penyidik, Penuntut Umum dan
Hakim
Polisi (KUHAP pasal 1 (1) dan (2)
Jaksa (Pasal 30 (d) UU Kejaksaan No 16/2004 )
Melakukan penyelidikan terhadap tindak
pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
KPK sebagai penyelidik, penyidik, penuntut
umum (Pasal 38 (1))
Hakim Tipikor terdiri dari hakim PN dan hakim
adhoc
Hakim Tipikor
Pasal 56
(1)Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas hakim
Pengadilan Negeri dan hakim ad hoc.
(2) Hakim Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung.
(3) Hakim ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik
Indonesia atas usul Ketua Mahkamah Agung.
(4) Dalam menetapkan dan mengusulkan calon hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3), Ketua Mahkamah Agung wajib
melakukan pengumuman kepada masyarakat.
Hakim Tipikor
1) Untuk dapat ditetapkan sebagai hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman menjadi hakim sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. berpengalaman mengadili tindak pidana korupsi;
c. cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi
selama menjalankan tugasnya; dan
d. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin.
Hakim Tipikor (adhoc)
(2) Untuk dapat diusulkan sebagai hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dan
berpengalaman sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun di bidang hukum;
e. berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun pada proses pemilihan;
f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang
baik;
h. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik; dan
i. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi
hakim adhoc.

Anda mungkin juga menyukai