Anda di halaman 1dari 39

Tinjauan Pustaka

Tuberkulosis Ekstra Paru

Oleh:
Nur Istianah
H1A012042
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan
penyakit infeksius yang disebabkan
oleh basil Mycobacterium
- Menjadi masalah kesehatan
tuberkulosis
tingkat dunia
DUNIA - - setiap tahun, terdapat sekitar 9

juta kasus baru TB dan hampir 2

juta orang telah meninggal

karena TB
INDONESIA - Masalah kesehatan yang
paling menyita perhatian
- - Menduduki peringkat
ketiga setelah Cina dan
India
- WHO 2012 mencapai
242.326
- Lebih sering ditemukan di
negara berkembang
TUBERKULOSIS - - Terjadi apabila daya tahan
EKSTRA PARU
tubuh yang rendah
- - 23% dari pasien yang di
diagnosis tuberkulosis ekstra
paru biasanya mempunyai
riwayat tuberkulosis dan
sering dengan terapi yang
tidak adekuat
TUBERKULOSIS EKSTRA
PARU
Definisi

Tuberkulosis ekstra paru merupakan


tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain
Etiologi
Penyebab TB adalah Mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4 m dan tebal 0,3-0,6 m
Berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakit:

1. TB di luar paru ringan Misalnya : TB kelenjar limfe,


pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

2. TB diluar paru berat Misalnya : meningitis, millier,


perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kencing dan alat kelamin
Spondilitis TB
Merupakan infeksi granulomatosis
dan bersifat kronis destruktif yang di
sebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosa yang mengenai tulang
vertebra.Insidensi
Dikenal juga dengan istilah
bervariasi.
Vertebral Osteomyelitis.
Amerika Utara, Eropa, Saudi Arabia :
terutama mengenai dewasa usia 40-50
tahun
Lokasi tersering : vertebra thorakalis bawah
(40-50%), lumbalis (35-45%) dan 10%
Gejala :

Rasa nyeri yang dapat berkurang dengan istirahat

Pada leher: pasien akan enggan menoleh dan


merasakan nyeri pada leher dan bahu.

Pada punggung ke bawah hingga tulang rusuk terakhir


(region torakalis): punggung kaku dan dapat tampak
benjolan atau lekukan pada tulang belakang (gibbus)
yang menandakan lokasi kolapsnya badan vertebra
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan darah tepi
Kultur darah
Tuberculin skin test / Mantoux test
CT-scan dapat memperlihatkan
dengan jelas sklerosis tulang,
destruksi badan vertebra, abses
epidural, fragmentasi tulang, dan
penyempitan kanalis spinalis
Penatalaksanaan :
Tuberkulostatik
Terapi konservatif
penyaliran abses
bedah fusi kostotransvektomi
Tuberkulosis Pada Saluran
Napas Bagian Atas (Epiglotis,
Laring, Faring)
Gambaran klinis :

Batuk dan keluar sputum selama beberapa waktu


karena penyakit laring lebih sering terjadi pada
tuberkulosa lanjut.
Penurunan berat badan
Suara serak dan perubahan suara menjadi serak-
serak basah
Otlgia
Odinofagia (sakit telan) biasanya epiglottis terkena
Ulkus pada lidah
Sputum biasanya positif dan
diagnosa dapat ditegakkan dari
pemeriksan biopsi.

Pentalaksanaan :
Kemoterapi OAT kategori I
Jika nyeri tidak berkurang tambahkan
prednisone 10 mg dua kali sehari
selama 2 sampai 3 minggu

Tuberkulosis Pada Mulut, Tonsil, dan Lidah

Jarang terjadi

Biasanya terdapat pada gusi, berupa


pembengkakan yang tidak nyeri dan
seringkali menjado ulkus. Lesi primer disertai
pembengkakan kelenjar limfe regional.
Lesi lidah biasanya merupakan lesi sekunder
dari tuberkulosis paru. Lesinya berbentuk
ulkus dan mungkin sangat nyeri.
Meningitis TB

Patogenesis :

Adanya fokus primer tuberkulosis atau


tuberkulosis milier yang menyebar,
menyebabkan adanya tuberkel kecil di
otak atau selaput meningen.

Biasanya juga menyebar ke tulang


tengkorak atau vertebra. Bila tuberkel ini
pecah ke ruang subaraknoid, dapat
menyebabkan :
Peradangan selaput meningen
Terbentuknya masa abu-abu seperti jeli di
dasar otak
Peradangan dan penyempitan arteri,
sehingga terjadi kerusakan lokal pada otak.
Meningitis menyebabkan nyeri kepala,
muntah, dan kaku kuduk
gangguan N.II-VIII berupa gangguan
penglihatan, paralisis kelopak mata, pupil
anisokor, ketulian
Kadang terjadi hidrosefalus. Hal ini
terjadi karena tersumbatnya saluran
cairan serebrospinal oleh eksudat.
Blokade spinal oleh eksudat dapat
menyebabkan kelemahan upper
motor neuron atau paralisis tungkai
Diagnosis :

pemeriksaan cairan serebrospinal dengan


pungsi lumbal yaitu :

Tekanan : biasanya meningkat


Kejernihan : mula- mula jernih dan
kemudian menjadi kekuningan bila terjadi
blokade spinal
Mula-mula banyak sel neutrofil kemudian
banyak limfosit
Penatalaksanaan :

2HRZE (HRZS) fase inisial dilanjutkan 4HR fase


lanjutan, atau 2HRZE(HRZS) fase inisial dilanjutkan
4H3R3 fase lanjutan, atau 2RHZE(HRZS) fase
inisial dilanjutkan 6HE fase lanjutanditambah
dengan kortikosteroid (prednisolon) 30 mg dua kali
sehari selama 4 minggu
Prognosis :

kematian terjadi bila tidak di obati

Semakin dini diagnosis dibuat dan di obati, semakin


baik pemulihannya tanpa disertai kerusakan
permanen

Bila penderita koma, prognosisnya untuk pulih sangat


buruk. 10-30% yang selamat biasanya menderita
beberapa kerusakan seperti paralisis nervus kranial,
serangan epilepsy atau gangguan intelektual.
Tuberkulosis Kelenjar Getah Bening

Gejala klinis :
Perluasan nodus mungkin
disebabkan timbunan karsinoma
yang berasal dari karsinoma primer
dari tempat lain.
Pada keadaan tertentu terdapat
demam yang sangat tinggi
Pemeriksaan penunjang :
pemeriksaan mikrobologi yang meliputi
pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan
dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. spesimen
dari biopsy aspirasi dan dapat memastikan
adanya basil mikrobakterium pada
specimen. Diperlukan minimal 10.000 basil
TB agar pmeriksaan positif.
Pemeriksaan sitologi yang di ambil
dengan menggunakan biopsi aspirasi
kelenjar limfe. Pada pemeriksaan
sitologi akan terlihat Langhans giant
cell, granuloma epiteloid, nekrosis
kaseosa.
Prognosis :

Prognosis baik jika perkembangan


terus diperhatikan. Tetapi jika banyak
fistulasi akan mengakibatkan banyak
bekas luka.
Tuberkulosis Tulang Pinggul

Merupakan kejadian yang paling


sering setelah tuberkulosis tulang
dan sendi

Berjalan pincang dan mengeluh nyeri


terkadang beralih ke lutut. Otot paha
umumnya mengecil.
Pada awalnya terdapat penyempitan
pada ruang sendi antara asetabulum
dan kepala femur, tetapi kemudian
dapat timbul perubahan pada tulang
sejalan dengan berlangsungnya
penyakit. Pada kasus yang berat,
sendi rusak berat, dan terjadi
dislokasi femur.
Penatalaksanaan dimulai dengan
istirahat hingga spasme menghilang.
Semakin muda umur, semakin
banyak regenerasi tulang yang dapat
diharapkan

Pengobatan anti tuberkulosis yang


teratur dan lama akan menghasilkan
kesembuhan yang cukup berarti.
Tuberkulosis Ginjal

Disebabkan oleh penyebaran hematogen dari infeksi primer.


Penyakit biasanya berkembang lambat. 5-15 tahun setelah
infeksi pertama

Penyakit biasanya mulai dari bagian terluar ginjal (korteks),


akan merusak jaringan ginjal dan membentuk kavitas.

Infeksi menyebar melalui ureter dan menimbulkan obstruksi.


Infeksi juga dapat menyebar ke kandung kemih dan ulserasi
mungkin terbentuk di prostat, vesikula seminalis, dan
epididimis.
Gejala klinis :

Kencing yang sering


Nyeri ketika kencing
Sakit pada ginjal, biasanya lemah,
dan kadanh-kadang akut (kolik ginjal)
Darah dalam air kemih
Pembengkakan pada epididimis
Nanah dalam air kemih
Pemeriksaan :

Urin : periksa untuk pus


Foto rontgen dari ginjal : pielogram intravena
Pemeriksaan klinis untuk epididimis dan testis.
Permukaan dapat lunak, berbatu-batu atau
tidak rata
Foto rontgen toraks : biasanya tidak ada
kelainan
Uji tuberculin: tidak terlalu membantu
Tes fungsi ginjal
Tuberkulosis Usus/ Gastrointestinal/ Peritoneal

Terdapat 3 bentuk tuberkulosis abdomen yaitu:


Fokus primer:

Lesi primer mungkin terjadi pada dinding usus


besar tetapi lesi-lesi pada kelenjar limfe
mesenterika dan penyebarannya yang
menyebabkan timbulnya gejala-gejala klinis

penyebaran hematogen melalui kelenjar limfe


atau peritoneum kelenjar limfe membesar
dan jika pecah infeksi akan menyebar ke
kavum peritoneum dan dapat terjadi asites
Bentuk sekunder :
Kuman tuberkulosis pada sputum
menginfeksi dindinh usus, biasanya
ileum dan menyebabkan ulserasi.
Fistula dapat terjadi, infeksi dapat
menyebar ke kavum abdomen dan
menyebabkan asites.
Tuberkulosis ileo-caecal
hiperplastik merupakan bentuk
yang jarang terjadi pada penyakit ini.
Terjadi pada daerah katup ileocaecal
Gejala klinis :

Kehilangan berat badan, kehilangan nafsu


makan
Nyeri samar abdomen, demam, keringat
malam hari, diare, memendeknya masa
menstruasi
Massa abdomen sering terasa lunak, sering
juga terdapat cairan abdomen (asites)
Serangan obstruksi gastrointestinal dengan
nyeri akut dan distensi abdomen
Pemeriksaan tambahan:

Foto rontgen di usus besar


Biopsi kelenjar limfe atau peritoneum
dengan operasi tau laparoskopi
Biakan bahan aspirasi cairan
abdomen atau pus dari sinus
Tatalaksana TB Ekstra
Paru
Diberikan 2 HRZE (HRZS) fase inisial dilanjutkan 4HR fase
lanjutan, atau 2HRZE(HRZS) fase inisial dilanjutkan
4H3R3 fase lanjutan, atau 2RHZE(HRZS) fase inisial
dilanjutkan 6HE fase lanjutan. Pemberian regimen bisa
diperpanjang sesuai dengan respons klinis penderita.

Sedangkan untuk kategori II, yaitu kasus gagal


pengobatan, relaps, drop-out, diberikan 2RHZES fase
inisial dilanjutkan 5HRE fase lanjutan, atau 2HRZES fase
inisial dilanjutkan 5H3R3E3 fase lanjutan.
British Medical Research Council
menyarankan bahwa TB ektra paru
diberikan kemoterapi OAT selama 6
9 bulan, namun beberapa ahli
menyarankan durasi kemoterapi
selama 912 bulan.
Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang pentingdi dunia.
Tuberkulosis ekstra paru menyerang organ
tubuh selain paru.

Oleh karena itu sangat penting untuk


menegakkan diagnosis tuberkulosis melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboraturium
(kultur), foto rontgen, biopsy atau patologi
anatomi sehingga dapat diberikan
pengobatan yang adekuat sesuai dengan
kriteria diagnosis.
Daftar pustaka
WHO. (2011), The Global Plan To Stop TB 2011-2015
Wibisiono, M.Jusuf, et al,. (2010), Buku Ajar lmu Penyakit Paru. Surabaya :
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair RSUD Dr. Soetomo.
Tani, J., et.al. (2008). Evaluation of Tuberculosis Control Programs in
Indonesian Community Health Centers Using Systemic Approach. Dalam
Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis,
Spondilitis TB. Modul bedah saraf: infeksi susunan saraf.1-14
Pedoman diagnosia dan penatalaksanaan TB di Indonesia
Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam:Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007:
988-93
Crofton J. Tuberkulosis nonpulmonal padaa orang dewasa. Dalam:
Tuberkulosis Klinis. Jakarta: Widya Medika, 2002
Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmi Penyakit
Paru. Jakarta: Ailangga, 2002

Anda mungkin juga menyukai