Kelompok
Yogi Kurniawan
Lela Puspita
Hernaini
Lisma Rahmawati
Hestin Maulida
Anisa Mariani
BENTUK SEDIAAN
Bentuk Sediaan Kekuatan
Identifik Identifik
asi asi Encerkan sejumlah
zat uji dengan
metanol P hingga
Waktu retensi diperoleh larutan
puncak utama yang mengandung
Larutan uji lebih kurang 1 mg
sesuai parasetamol per ml.
Larutan memenuhi
dengan uji Identifikasi
Larutan baku secara Kromatografi
Lapis Tipis <281>,
seperti tertera gunakan fase
pada gerak campuran
Penetapan diklorometan klorida
P-metanol P (4:1).
kadar.
METODE RANCANGAN MUTU
SEDIAAN
Kemurnian
Kadar
Larutan Oral Parasetamol
mengandung parasetamol,
C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
Metode: Kromatografi cair kinerja
tinggi
ALASAN PEMILIHAN METODE
ANALISIS
1. Spektrofotometri UV-Vis
Dalam metode ini berprinsip pada hukum
Lambert-Beer, dimana hukum Lambert
Beer hanya berlaku untuk penggunaan
cahaya yang monokromatis. Monokromatis
terjadi ketika sinar polikromatis dipisahkan
dari sumber cahaya, jika tidak
monokromatis maka akan diperoleh 2 nilai
absorbansi pada 2 panjang gelombang.
ALASAN PEMILIHAN METODE
ANALISIS
Spektrofotometri UV-vis
Parasetamol dalam strukturnya memiliki gugus kromofor
yang merupakan ikatan rangkap yang memiliki elektron
dimana elektron ini jika dikenai sinar radiasi
elektromagnetik akan mudah tereksitasi ke tingkat yang
lebih tinggi yaitu menuju ke orbital bintang. Selain
gugus kromofor dari senyawa parasetamol, parasetamol
memiliki gugus ausokrom yang terikat langsung pada
gugus kromofor. Gugus ausokrom memiliki pasangan
elektron bebas pada elektron n yang dapat berinteraksi
dengan elektron phi pada kromofor. Dengan demikian,
gugus ausokrom berperan dalam
pengubahan/pergeseran panjang gelombang maksimum
dan intensitas serapan maksimum dari parasetamol.
Gugus ausokrom dari senyawa parasetamol
yaitu :
HO
O
CH3
NH
ALASAN PEMILIHAN METODE
ANALISIS
2. Spektrofotometri Inframerah
Terbacanya gugus fungsi pada parasetamol dengan menggunakan
spektrofotometri IR ini dikarenakan adanya proses instrumental
normal. Proses instrumental normal adalah sebagai berikut:
Sumber : energi infra merah dipancarkan dari pijaran sumber
benda hitam (black body). Sinar ini melewati celah yang
mengontrol jumlah energi yang disampaikan kepada sampel (dan
akhirnya untuk detektor).
Interferometer : sinar memasuki interferometer dimana encoding
spektral terjadi. Sinyal Interferogram yang dihasilkan kemudian
keluar interferometer.
Sampel : sinar memasuki ruang sampel dimana ditransmisikan
melalui atau terpantul dari permukaan sampel, tergantung pada
jenis analisis yang dicapai. Di sinilah frekuensi energi tertentu,
yang karakter unik dari sampel, diserap.
ALASAN PEMILIHAN METODE
ANALISIS
Detector : sinar akhirnya lolos ke detektor untuk
pengukuran akhir. Detektor yang digunakan secara
khusus dirancang untuk mengukur sinyal
interferogram khusus.
Komputer : Sinyal yang diukur didigitalkan dan
dikirim ke komputer dimana transformasi Fourier
terjadi. Spektrum inframerah terakhir ini kemudian
dipresentasikan kepada pengguna untuk
interpretasi dan setiap manipulasi lebih lanjut.
Dari spektrum yang didapat kita dapat mengetahui
panjang gelombang dari masing-masing gugus yang
terdapat di dalam parasetamol.
ALASAN PEMILIHAN METODE
ANALISIS
2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan metode
pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang dapat
mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif
bahan dalam jumlah yang sangat kecil.
Bromheksin HCl dan guaifenesin mempunyai unsur
elektronegatif yang menjadikannya bersifat polar
sehingga dapat dipisahkan menggunakan KCKT
Detektor sensitif sehingga dapat mendeteksi komponen
yang konsentrasinya rendah.
Menghasilkan pemisahan dengan kecepatan yang
tinggi dan kepekaan yang tinggi
Waktu analisis yang cepat
Pemasukan sampel yang tepat dan mudah dikendalikan
sehingga menjamin presisi kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Indonesia.
Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi
Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol. JKM. Vol. 2. No.
1
MIMS
Khopkar, S.M. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik.
Universitas Indonesia : Jakarta
Farmakope Indonesia edisi 3 tahun 1979/Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Farmakope Indonesia edisi 4 tahun 1995/Menteri
Kesehatan Republik Indonesia