Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

ANESTESI UMUM

Kinanta
1102011137
Kepaniteraan Ilmu Anestesi RSUD Arjawinangun
08 Agustus 27 Agustus 2016
DEFINISI

ANESTESI Keadaan yang didapatkan ketika agen obat-obatan


anestesik mencapai konsenterasi tertentu untuk
UMUM memberikan efeknya secara reversible pada SSP.
TRIAS ANESTESI
ANALGESIK

HIPNOTIK
RELAKSAN
SEDATIF
Stadium II Stadium IV
Disebut juga
Stadium stadium operasi.
analgesi atau Stadium delirium Dimulai dari nafas Dari paralisis
stadium atau stadium teratur sampai diafragma
disorientasi. exitasi. paralise otot nafas. sampai apneu
dan kematian
Stadium I Stadium III
INDIKASI : KONTRAINDIKASI RELATIF :
Operasi di sekitar kepala, leher, intra- Gangguan kardivaskular yang berat
torakal atau intra-abdomen Hipertensi berat atau tak terkontrol
Pada bayi atau anak-anak (diastolik >110 mmHg)
Pasien gelisah, tidak kooperatif atau Diabetes tak terkontrol
disorientasi gangguan jiwa Infeksi akut
Pembedahan lama Sepsis
Pembedahannya luas atau ekstensif
Memiliki riwayat alergi terhadap
anestesi lokal
Pasien yang memilih anestesi umum
Faktor yang
mempengaruhi
anestesi

Faktor respirasi
Faktor obat
(untuk obat Faktor sirkulasi Faktor jaringan
anestesI
inhalasi)

Makin tinggi pengangkutan gas


perbedaan tekanan anestesi dari paru
parsiel makin cepat ke jaringan dan
terjadinya difusi sebaliknya
Metode Pemberian
Anestesi Umum

Induksi Induksi mencuri


Induksi Intravena Induksi Inhalasi Induksi per rektal
Intramuskular (steal induction)
Obat Obatan Anestesi Umum

PREMEDIKASI
INDUKSI
Jenis Obat Dosis (Dewasa)
1. Sedatif
Diazepam 5 10 mg
Difenhidramin 1 mg/kgBB
Promethazin 1 mg/kgBB Induksi Induksi
Midazolam 0.1 0.2 mg/kgBB Anestesi Rumatan
Lanjutan Jenis Obat yang dapat digunakan sebagai premedikasi
2. Analgetik opiat
Petidin 1 2 mg/kgBB
Morfin 0.1 0.2 mg/kgBB
Fentanil 1 2 mikrogram/kgBB
Analgetik non opiat Disesuaikan
3. Antikholinergik
Sulfas atropin 0.1 mg/kgBB
4. Antiemetik
Ondansetron 4 8 mg (IV)
Metoklopramid 10 mg (IV)
5. Profilaksis aspirasi
Cimetidin Dosis disesuaikan
Ranitidin
Antasid
Berdasarkan sistem aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi, anestesi
dibedakan menjadi 4 sistem, yaitu :
System Rebreathing Reservoir bag Sodalime Tingkat polusi Tingkat
kamar operasi keborosan obat

Open - - - ++++ +++

Semi open - + + +++ ++

Semi closed + + + ++ +

Closed + + + + -
Langkah Langkah Anestesi Umum

Pemberian
Persiapan
Evaluasi Pra Anestesi Monitoring Pasca
Pra Intubasi Ekstubasi
Anestesi dan Perianestesi Bedah
Anestesi
Rumatan
Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang adalah yang berasal dari
The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan resiko
anestesia, karena dampaksamping anestesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.

Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.


Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Kelas III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari
24 jam.
Tabel Skor Pemulihan Pasca Anestesi

Penilaian Nilai
Warna Merah muda 2
Pucat 1
Sianosis 0
Pernapasan Dapat bernapas dalam dan batuk 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
Apnoea atau obstruksi 0
Sirkulasi Tekanan darah menyimpang <20%> 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal 0
Kesadaran Sadar, siaga dan orientasi 2
Bangun namun cepat kembali tertidur 1
Tidak berespons 0
Aktivitas Seluruh ekstremitas dapat digerakkan 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan 1
Tidak bergerak 0
S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun
(blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.

T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon
(cuffed).
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
II. Persiapan menyumbat jalan napas.
induksi anestesi
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokan
untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S : Suction penyedot lender, ludah danlain-lainnya.


INDIKASI INTUBASI KESULITAN INTUBASI KOMPLIKASI INTUBASI

Selama intubasi
Leher pendek berotot
Trauma gigi geligi
Mandibula menonjol
Menjaga patensi jalan napas Laserasi bibir, gusi, laring
Maksila/gigi depan
oleh sebab apapun. menonjol Merangsang saraf simpatis
Mempermudah ventilasi Uvula tak terlihat Intubasi bronkus
positif dan oksigenasi Gerak sendi temporo- Intubasi esophagus
Pencegahan terhadap mandibular terbatas Aspirasi
aspirasi dan regurgitasi Gerak vertebra servikal Spasme bronkus
terbatas Setelah ekstubasi
Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema glottis-subglotis
Infeksi laring, faring,
trakea
Ekstubasi

Ekstubasi ditunda sampai


pasien benar-benar sadar, jika:

Intubasi kembali akan


menimbulkan kesulitan
Pasca ekstubasi ada risiko
aspirasi
Ekstubasi dikerjakan pada
umumnya pada anestesi sudah
ringan dengan catatan tak
akan terjadi spasme laring.
Sebelum ekstubasi bersihkan
rongga mulut laring faring
dari sekret dan cairan lainnya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai