Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI,

KEHUTANAN DAN
BUKAN PERTANIAN
EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI

1. Evalusi lahan untuk irigasi merupakan suatu metode evaluasi untuk


suatu penggunaan khusus bagi pengembangan sistem irigasi.

2. 1/3 lahan dipermukaan bumi terutama disaerah beriklim kering


dan semi-arid kekurangan air sehingga merupakan pembatas bagi
pertumbuhan tanaman.

3. Dalam perencanaan irigasi (Dent dan Young, 1981) ada 4


pertanyaan pokok yang perlu dipikirkan Yaitu :

- Letaknya (Hasil Survey Tanah dan Hidrologi Secara Kualitatif)

- Jumlah Air Tersedia (Studi Hidrologi Secara Kuantitatif)

- Luas Lahan yang Dapat Diari (Survei Tanah Khusus)

- Pembiayaan (Evalusi Lahan Secara Ekonomi)


EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI

Untuk membangun sistem irigasi, dikenal 3 kelompok


metode irigasi. Menurut cara air didistribusikan pada permukaan
tanah (Taylor dan Ashcroft, 1972) yaitu :
1. Metode Pemberian dari Atas (Overhead atau sprinkler
method)
Air disemburkan keudara kemudian jatuh ke permukaan
tanah/tanaman seperti air hujan
2. Metode Pemberian air pada permukaan (furrow
irrigation)
Distribusi air dengan mengalirkan kepermukaan berupa
penggenangan, selokan, antara baris tanaman.
3. Irigasi di bawah permukaan (subsurface irrigation)
Hanya mungkin dilakukan pada daerah yang memiliki
lapisan kedap air dekat dengan perakaran, sehingga
menghalangi perkolasi dan memungkinkan pergerakan air
ke samping
EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI

Untuk membangun sistem irigasi, dikenal 3 kelompok


metode irigasi. Menurut cara air didistribusikan pada permukaan
tanah (Taylor dan Ashcroft, 1972) yaitu :
1. Metode Pemberian dari Atas (Overhead atau sprinkler
method)
Air disemburkan keudara kemudian jatuh ke permukaan
tanah/tanaman seperti air hujan
2. Metode Pemberian air pada permukaan (furrow
irrigation)
Distribusi air dengan mengalirkan kepermukaan berupa
penggenangan, selokan, antara baris tanaman.
3. Irigasi di bawah permukaan (subsurface irrigation)
Hanya mungkin dilakukan pada daerah yang memiliki
lapisan kedap air dekat dengan perakaran, sehingga
menghalangi perkolasi dan memungkinkan pergerakan air
ke samping
EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI

Empat tahapan dalam proses perencanaan menjelang


pekerjaan pelaksanaan pembangunan irigasi :
1. Survei secara garis besar (outline survey)
2. Proyek pendahuluan
3. Laporan kelayakan (Feasibility report)
4. Proyek definitif (Definitife project)

Jika keseluruhan rangkaian kegiatan dapat dilakukan dan


memberikan keuntungan dari segi ekonomi maka kegiatan
pembangunan irigasi dapat dilaksanakan (perencanaan
mendetail proyek)
EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI
1. Evaluasi lahan digunakan untuk menyeleksi lahan irigasi
menurut FAO (Purnel, 1978; 1979).
- Kategori kelas (S1, S2, S3, S4 dan N1, N2)
- Kategori Sub Kelas :
a. Masalah alkalinitas (a)
b. Kedalaman efektif tanah (d)
c. Bahaya erosi (e)
d. Kedalaman perbatuan (g)
e. Reaksi tanah (H)
f. Pemasukan lambat (i)
g. Kapasitas menahan air tersedia (m)
h. Tekstur (q)
i. Singkapan batuan induk (r)
j. Pembatas-pembatas tanah secara umum (s)
k. Topografi (t)
l. Sivat vertik, liat mengembang dan rekahan (v)
m. Kelembaban, kebutuhan drainase, ketersediaan oksigen (w)
n. Salinitas (z)
EVALUASI LAHAN UNTUK IRIGASI
1. Klasifikasi untuk irigasi dari biro reklamasi Amerika Serikat
(USBR)

3 s t d
U2 f2
C 2 2 B X

Keterangan :
3 = Kelas lahan
s = pembatas tanah
t = pembatas topografi
d = pembatas darainase
U2 = butuh pendataran
f2 = bahaya banjir
C = penggunaan lahan
2 = tingkat produktifitas
2 = biaya pengembangan lahan
B = kebutuhan air usaha tani
X = kemungkinan drainase
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN
1. Eavaluasi lahan untuk kehutanan adalah pendekatan sistematik
pada proses mencocokan kehutanan ke dalam perencanaan
penggunaan lahan suatu negera atau suatu wilayah tertentu (Van
Goor, 1981)

2. Kehutanan dan pertanian berbeda dalam tiga hal (Lee, 1981) :


a. Periode daur yang panjang sehingga untuk dapat bersifat
ekonomis,
biaya-biaya pengembangan harus diusahakan agar tetap rendah
b. Meliputi areal yang luas, sehingga teknik-teknik pengelolaan
lahan yang
mahal tidak digunakan
c. Produktivitas yang rendah sehingga kehutanan umumnya
dialokasikan
pada tanah-tanah marginal

3. Dalam evaluasi lahan perlu dibedakan antara hutan alami dan


hutan buatan. Karena fungsi hutan alami berbeda dengan fungsi
hutan buatan.
a. Untuk mengendalikan keadaan lingkungan (erosi dan banjir)
b. Sumber bahan-bahan produksi ekstraksi
c. Sebagai cadangan lahan yang dapat dioleh pada masa
mendatang
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN
A. Penilaian Pertumbuhan Pohon
1. Indeks Lokasi atau Bonita
Cara mengukur produktivitas hutan yang terbaik adalah dengan
jalan mengukur volume kayu yang dapat berguna yang diperoduksi
pada satuan daerah atau area tertentu pada suatu waktu tertentu.
Penentuan bonita berdasarkan ukuran yang disebut peninggi dari
10 pohon tertinggi di dalam suatu tegakan seumur (Sitorus, 2004)

Keputusan mengukur contoh bonita didasarkan pada tinggi pohon


tidak banyak dipengaruhi jarak antara tegakan/pohon, memilih
tegakan yang berbatang sempurna, umur yang seimbang, tidak
mendapat gangguan dari kompetisi, api, kerusakan badai,
serangan berat dari hama dan penyakit.

2. Panjang Daur Optimum


Panjang daur optimum akan memberikan hasil maksimum, diukur
sebagai volume riap (pertambahan tahunan) rata-rata per satuan
area lahan dan keuntungan maksismum
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN

A. Penilaian Pertumbuhan Pohon


1. Indeks Lokasi atau Bonita
Cara mengukur produktivitas hutan yang terbaik adalah dengan
jalan mengukur volume kayu yang dapat berguna yang diperoduksi
pada satuan daerah atau area tertentu pada suatu waktu tertentu.
Penentuan bonita berdasarkan ukuran yang disebut peninggi dari
10 pohon tertinggi di dalam suatu tegakan seumur (Sitorus, 2004)

Keputusan mengukur contoh bonita didasarkan pada tinggi pohon


tidak banyak dipengaruhi jarak antara tegakan/pohon, memilih
tegakan yang berbatang sempurna, umur yang seimbang, tidak
mendapat gangguan dari kompetisi, api, kerusakan badai,
serangan berat dari hama dan penyakit.

2. Panjang Daur Optimum


Panjang daur optimum akan memberikan hasil maksimum, diukur
sebagai volume riap (pertambahan tahunan) rata-rata per satuan
area lahan dan keuntungan maksismum tanpa adanya faktor-faktor
pengecualian seperti bahaya kehilangan yang tinggi oleh tiupan
angin atau penyakit.
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN

B. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Produksi


Hutan

1. Iklim (Temperatur dan Curan Hujan)

Temperatur menentukan lamanya periode pertumbuhan. Di daerah


lintang utara dan lintang selatan prtumbuhan lebih lambat
dibanding daerah tropika basah dan sub-tropis

Curah hujan sangat penting mempengaruhi pertumbuhan pohon. Di


dekat pantai California, bonita dari Douglas Fir menaik 1.5 m untuk
setiap kenaikan 250 mm dari rata-rata CH tahunan.

2. Tanah (Sifat Fisika)

Kekurangan unsur hara tidak sedemikian hebatnya dalam tanaman


hutan dibanding masalah sifat fisik tanah. Diantara sifat fisik yang
paling penting dalam kehutanan adalah kapasitas menahan air
tersedia, kedalaman daerah perakaran, tekstur tanah dan
kandungan batu, kondisi drainase (bercak-bercak), kedalaman
muka air tanah, permeabilitas lapisan bawah.
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN

C. Evaluasi untuk Kehutanan di beberapa Negara

1. Kanada
2M
rp
Ket. Kelas kemampuan 2 karena air tanah tidak cukup (M). Tusam
merah yang dikelola dengan baik diharapkan dapat menghsilkan
6.4-7.7 m3/ha/tahun.
6 4
3RM 7W
wS bW
Ket. 60 persen lahan kelas 3 yang dipengaruhi oleh pembatas
kedangklaan ke batuan induk (R) dan air tanah yang tidak cukup
dimana spurce putih yang dikelola dengan baik (wS) diharapkan
dapat menhasilkan 5.0-6.3 m3.ha/tahun, dan 40% lahan kelas 7
dengan tanah basah (W) di mana spurce hitam (bS) akan
menghasilkan kurang dari 0.7 m3/ha/tahun.
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN

C. Evaluasi untuk Kehutanan di beberapa Negara

2. Amerika
Kelas kesesusian : 1 (Sangat Tinggi), 2 (Tinggi), 3 (Cukup Tinggi), 4
(Sedang) dan 5 (Rendah).

Sub-Kelas :
x = Perbatuan
w = kelembaban termasuk bahaya banjir
t = bahan-bahan beracun
d = kedalaman perakaran yang terbatas
c = tanah berliat
s = tanah berpasir
f = keadaan kerikil
r = lereng atau pola relief
o = sedikit atau tanpa pembatas tanah atau topografi tetapi
mempunyai pembatas iklim

Contoh : 1r Lahan kelas 1 dengan pembatas lereng, 2w lahan kelas


dua dengan pembatas banjir
EVALUASI LAHAN UNTUK KEHUTANAN

C. Evaluasi untuk Kehutanan di beberapa Negara

3. Indonesia
Di indonesia, metode klasifikasi lahan untuk kehutanan dikenal
dengan sebutan Tata Guna Hutan Kesepakatan (UU Pokok
Kehutanan No.5/1967). Lahan hutan diklasifikasikan menurut
fungsinya yaitu HL, HP (HPB, HPT, dan HPK) dan HAS dan hutan
untuk keperluan rekreasi.

Untuk keperluan perencanaan tiga faktor digunakan untuk evaluasi


bonita yaitu lereng (5 kelas)=20, tingkat erodibilitas (5 kelas)=15
dan intensitas hujan (5 kelas)=10.

Dengan demikian lokasi dengan lereng kelas 3, erodibilitas kelas 4


dan intensitas hujan 2 akan mempunyai bonita/indeks lokasi :

(3 x 20) + (4 x 15) + (2 x 10) = 140

Kriteria : 0-124 (HP), 125-174 (HPT) dan >175 (HL)


EVALUASI LAHAN UNTUK KEPERLUAN BUKAN PERTANIAN

A. Evaluasi Lahan Untuk Keteknikan

1. Sistem klasifikasi tanah manunggal


2. Berdasarkan keliatan untuk keperluan bangunan (Vertisol) yang
dikuatifikasikan berdasarkan nilai COLE
3. Penghambat tanah lokasi untuk pembangunan jalan
EVALUASI LAHAN UNTUK KEPERLUAN BUKAN PERTANIAN

B. Evaluasi Lahan Untuk Rekreasi

Menurut The Canada Land Inventory,


Terdapat 7 kelas untuk klasifikasi kemampuan lahan rekreasi dan
25 sub-kelas

Contoh.

6 3 1
5Q 3N 5V
J Y R

Ket. Menunjukkan satuan kompleks terdiri dari kelas 5 dataran


tinggi, dengan bentang lahan alami yang beranekaragam (Q), dan
kemungkinan untuk mengumpulkan benda-benda menarik (J); kelas
3 lahan pantai dengan kemampuan untuk pemondokan (N), dan
berperahu keluarga (Y); dan kelas 5 dataran tinggi dengan
kemampuan untuk dapat memandang sekeliling (V) dan informasi
batu yang menarik (R); dalam proporsi 6 : 3 : 1
EVALUASI LAHAN UNTUK KEPERLUAN BUKAN PERTANIAN

C. Evaluasi Lahan Untuk Keperluan Pelestarian Satwa Liar dan


Konservasi Alam

USDA, 1972
Lahan Terbuka : (3 x A) + (3 x B) + (3 x C) + (D, E dan F)
Lahan Hutan : (2 x B) + (2 x C) + (6 x D)
Lahan Basah : (5 x G) + (5 x H)
Lahan Padang : (5 x C) + (5 x F)

Ket. Lahan terbuka dikelaskan buruk untuk tanaman biji-bijian, baik


untuk legum dan rumput domestik, baik untuk tumbuhan perdu
liar, dan sangat buruk untuk pohon berkayu keras, tumbuhan
konifera, dan belukar.

Menjadi : (3 x 3) + (3 x 1) + (3 x 1) + (4) = 19
Kriteria = baik (10-14), sedang (15-24), buruk (25-34), sangat
buruk (35)
EVALUASI LAHAN UNTUK KEPERLUAN BUKAN PERTANIAN

C. Evaluasi Lahan Untuk Keperluan Pelestarian Satwa Liar dan


Konservasi Alam

The Canada Land Invenotry,


7 3
4Q 3W
T Q
D EM

Ket. 70 persen merupakan kelas 4 untuk mejangan (D) dengan


faktor penghambat kedalaman salju (Q) dan topografi (T), dan 30
persen merupakan kelas 3 daerah musim dingin (W) untuk rusa
besar elk (E) dan rusa moose (M) dengan sedikit faktor
penghambat kedalaman salju.

Anda mungkin juga menyukai