Anda di halaman 1dari 23

Martha Leonora 112016116

Kelenjar Prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler, yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian
proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum.
mempunyai kira kira panjang 3 cm dan lebar 4 cm, ia merupakan kelenjar aksesori
terbesar.

Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus, yaitu, lobus medius, lobus lateralis (2 lobus),
lobus anterior, dan lobus posterior.Selama perkembangannya lobus medius, lobus
anterior, lobus posterior akan menjadi satu dan disebut lobus medius saja

Pembagian prostat berdasarkan lobus adalah pembagian lama. Saat ini, lebih sering
digunakan pembagian prostat berdasarkan zona, karena lebih relevan terhadap
patologinya. Terdapat beberapa zona antara lain zona transisional, zona sentral, dan
zona perifer.
Histologi Kelenjar Prostat

Histologi Kelenjar Prostat


Prostat merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang.
Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika. Prostat mempunyai tiga zona yang
berbeda. Pertama adalah zona sentral yang meliputi 25% dari volume kelenjar. Kedua
adalah zona perifer yang meliputi 70% dari volume kelenjar dan merupakan tempat
predileksi timbulnya kanker prostat. Ketiga adalah zona transisional yang merupakan
tempat asal sebagian besar hiperplasia prostat jinak (Junqueira, 2007).
Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh epitel bertingkat silindris atau
kuboid. Stroma fibromuskular mengelilingi kelenjar-kelenjar. Prostat dikelilingi suatu
simpai fibroelastis dengan otot polos. Septa dari simpai ini menembus kelenjar dan
membaginya dalam lobus-lobus yang tidak berbatas tegas pada orang dewasa
(Junqueira, 2007).
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

Hiperplasia prostat jinak adalah suatu diagnosis histologik yang ditandai oleh proliferasi
elemen-elemen selular prostat, yang menyebabkan terjadinya obstruksi kronik saluran
kemih biasanya dialami laki-laki berusia diatas 50 tahun

EPIDEMIOLOGI

BPH adalah tumor jinak tersering pada pria. 20% pada pria berusia 41-50, 50% pada
pria berusia 51-60, dan lebih dari 90% pada pria di atas 80 tahun.
Faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya
BPH

Kadar Hormon Riwayat keluarga

Usia Pola Diet

Penyakit Diabetes
Ras Mellitus

Olah raga Kebiasaan merokok

Kebiasaan minum-
minuman Obesitas
beralkohol
ETIOLOGI

DHT merupakan metabolit androgen


Teori Dihidrotestosteron Testosteron + 5 alfa-reductase (NADPH) DHT
(DHT) DHT + RA pada inti sel sintesis Growth Factor pertumbuhan
sel prostat.

Ketidakseimbangan
antara Estrogen - Pada usia tua , kadar testosterone estrogen tetap estrogen > testosterone.
Testosterone Estrogen sensitifitas reseptor androgen apoptosis

Berkurangnya kematian Growth


Teori stem cell
sel prostat (Apoptosis) Factor
Patofisiologi

Hiperplasia Prostat

Penyempitan lumen uretra posterior

Peningkatan tekanan intravesika

Vesika urinaria Ginjal dan ureter

Hipertrofi otot detrusor Refluks vesiko ureter


Trabekulasi Hidroureter
Selula Hidronefrosis
Divertikel buli buli Gagal ginjal
Pembesaran prostat penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urin.
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan
perubahan anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel
buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bawah atau
lower urinary tract symptoms/ LUTS yang dahulu dikenal sebagai gejala prostatismus
Tekanan intravesika di seluruh vu termasuk muara ureter refluks vesikoureter
MANIFESTASI KLINIS

Obstruksi Iritasi
Hesistansi Frekuensi

Pancaran miksi lemah Nokturi

Intermitensi Urgensi

Miksi tidak puas Disuria

Distensi abdomen Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika


ada disebabkan oleh ketidakstabilan
Terminal dribbling (menetes)
detrusor sehingga terjadi kontraksi
Volume urine menurun involunter.
Mengejan saat berkemih
Keadaan pasien BPH
digolongkan berdasarkan
skor yang diperoleh sebagai
berikut:
Skor 0-7: gejala ringan
Skor 8-19: gejala sedang
Skor 20-35: gejala berat
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Rectal Toucher

Pada perabaan prostat harus diperhatikan :


Tonus sfingter ani / refleks bulbo kavernosus untuk
menyingkirkan kelainan buli neurogenic
Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal
Adakah asimetri
Adakah nodul pada prostat
Apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas
masih dapat diraba biasanya besar prostat diperkirakan
<60 gr.
Pemeriksaan Penunjang

Prostate Specific Antigen/


PSA

Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Pengukuran kadar elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk menilai
fungsi ginjal dari pasien. Pasien dengan insufisiensi ginjal mempunyai risiko yang
tinggi mengalami komplikasi post-operasi setelah pembedahan BPH.

Uroflometri Urinalisis IVU

TAUS dan TRUS


PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi,


(2) meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4)
mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi
volume residu urine setelah miksi dan (6) mencegah progrefitas penyakit
PENATALAKSANAAN

Watchful Waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari setiap 6 bulan pasien
diminta untuk kontrol mengenai keluhan yang dirasakan, skor IPSS, pemeriksaan laju
pancaran urin dan volume residu urin
Medikamentosa

Antagonis adrenergic reseptor

Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang


membantu untuk meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh
pembesaran prostat di BPH.
Umumnya digunakan alpha blocker BPH termasuk tamsulosin (Flomax),
alfuzosin (Uroxatral), dan obat-obatan yang lebih tua seperti terazosin
(Hytrin) atau doxazosin (Cardura).

Penghambat 5 reduktase

Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan


dihidrotestosteron (DHT) dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5
reduktase di dalam sel prostat.
Prostatektomi terbuka Prostatektomi terbuka dilakukan pada
keadaan prostat yang sangat besar (>100 gram). Tindakan ini dapat
dilakukan melalui pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer) atau
retropubik infravesikal (Millin)

microwave thermotherapy
transurethral (TUMT)

Teknik ini direkomendasikan untuk pasien yang memliki prostat ukuran


kecil. Pemanasan dengan gelombang mikro pada frekuensi 915- 1296
Mhz yang dipancarkan melalui antena yang diletakkan dalam uretra
menyebabkan destruksi jaringan pada zona transisional karena nekrosis
koagulasi
Transurethral Needle Ablation of the
prostate (TUNA)

Teknik ini menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam uretra melalui


sistokopi dengan pemberian anestesi topical xylocaine sehingga jarum yang
terletak pada ujung kateter terletak pada kelenjar prostat. Kateter ini dihubungkan
dengan generator yang dapat membangkitkan energy panas sampai 100C
sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat

Elektrovaporisasi
Sama dengan TURP namun memakai roller ball spesifik dengan mesin diatermi
yang cukup kuat untuk membuat vaporisasi kelenjar prostat. Untuk prostat yang
tidak terlalu besar, <50 gram.
PENATALAKSANAAN

Transurethral resection of the


prostate (TURP)

Reseksi kelenjar prostat menggunakan cairan pembilas agar daerah yang akan direseksi tetap
terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang sering dipakai adalah H2O steril (aquades)
karena tidak menyebabkan hantaran listrik saat operasi
Transurethral Incision of the Prostate
(TUIP)

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan dua insisi dengan pisau Collins pada
posisi jam 5 dan 7. Insisi diawali dari distal ke orificium uretra dan keluar melalui
verumontanum
hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Refluks Vesiko-Ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal
PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari derajat penyakit dan penatalaksanaan yang adekuat,
namun BPH adalah penyakit yang 90% ditemukan pada pria di atas 70 tahun,
sehingga kemungkinan untuk terjadi berulang lebih besar, kemungkinan tersebut
menurun jika telah dilakukan terapi berupa pembedahan.
KESIMPULAN
Tingkat kejadian Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka yang
bermakna pada populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar
dapat bertambah karena terjadi hiperplasia jaringan fibromuskuler dan struktur
epitel kelenjar (jaringan dalam kelenjar prostat). Gejala dari pembesaran prostat ini
terdiri dari gejala obstruksi dan gejala iritatif.Penatalaksanaan BPH berupa watchful
waiting, medikamentosa, terapi bedah konvensional, dan terapi minimal invasif.

Anda mungkin juga menyukai