Anda di halaman 1dari 20

ORGANISASI LEMBAGA

PENDIDIKAN

KELOMPOK 6 :
NYENYEP DWI PRASTOWO
DHARA AYU RESTUNING TYAS
RIZKY PUSPASARI
DANI PRASETYO
MUHAMMAD SHOFYAN HABIBI
TERMIN 1
Ulfa 2501414035
Apakah pengorganisasian homeschooling sama dengan sekolah pada
umumnya dan efektif atau tidak
Ajeng Aulia 2501414036
Kegiatan sekolah kenapa di atur pemerintah pusat, ada atau tidak kegiatan
yang tidak diatur pemerintah
TERMIN 2
AZMI 3301414097
Apakah dengan perbedaan nama dinas akan
Syarifah 3301414109
Apakah ada kendala2 pemerintah dalam mengurusi pendidiakan
Laili 2101414030
Batasan pemerintah kabupaten dalam mengurus pendidikan
DEFINISI ORGANISASI
Menurut Para Ahli :

Louis A.Allen

Menurut Kamus Besar Indonesia (KBI)

Robbins

Chester I.Barnard

Stephen P.Robbins

J.William Schulze

Sir Stoner
DEFINISI LEMBAGA

Insiklopedia Sosiologi

Aldeman & Thomas

Koentjaraningrat

Sulaeman Taneko

T. Uphoff
JALUR PENDIDIKAN FORMAL

pendidikan formal

Jalur Pendidikan
pendidikan
nonformal

pendidikan informal
PENDIDIKAN FORMAL

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang


diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya
Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan
masyarakat.
PENDIDIKAN NONFORMAL

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar


pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang
Pendidikan nonformal juga disebut pendidikan luar sekolah
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
PENDIDIKAN INFORMAL

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan


keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
Homeschooling atau yang di-Indonesiakan menjadi
sekolah rumah, merujuk pada UU No. 20 tahun 2003
terkategori sebagai pendidikan informal.
JENJANG PENDIDIKAN

Pendidikan dasar

Jenjang Pendidikan menengah


pendidikan

Pendidikan tinggi
JENIS PENDIDIKAN
Pendidikan umum

Pendidikan kejuruan

Pendidikan akademik
Jenis
pendidikan Pendidikan profesi

Pendidikan vokasi

Pendidikan keagamaan

Pendidikan khusus
LANDASAN HUKUM OTONOMI
PELAKSANAAN PENDIDIKAN

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009
UNDANG-UNDANG NOMOR 20
TAHUN 2003

reformasi di bidang pendidikan telah diatur dalam Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas). Pasal 53 UU Sisdiknas mewajibkan
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang
didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk
badan hukum pendidikan. Sehubungan dengan itu,
diperlukan pengaturan tentang badan hukum pendidikan
dalam bentuk undang-undang, sesuai dengan amanat
Pasal 53 ayat (4) UU Sisdiknas.
UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN
2009

UU tersebut mengamanatkan bahwa selambat-


lambatnya enam tahun sejak diundangkan semua
satuan pendidikan dari jenjang Pendidikan Dasar
sampai dengan Pendidikan Tinggi harus sudah
berbentuk BHP.Secara substansial BHP merupakan
bentuk formal dari otonomi pendidikan.
Kewenangan Pemerintah Pusat di Bidang Pendidikan meliputi:
a. Penetapan standard kompetensi siswa serta pengaturan kurikulum dan
penilaian hasil belajar.
b. Penetapan standard materi pelajaran pokok.
c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
d. Penetapan pedoman pembiayaan pendidikan.
e. Penetan persyratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi siswa, warga
belajar dan mahasiswa.
f. Penetapan persyaratan sistem pengamanan benda cagar budaya serta
penyaratan penelitian arkeologi.
g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengelolaan
museum nasional.
h. Penatapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap
Tahun.
i. Pengaturan dan pengembangan pendidikan jarak jauh serta pengaturan
skolah internasional.
j. Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia
Kewenangan pemerintah kota dalam mengurus pendidikan
a. Pnetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan maha siswa dari
masyarakat minoritas, atau tidak mampu.
b. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok pendidikan
untuk seluruh jenjang sekolah.
c. Mendukung/membantu penyelengaraan pendidikan tinggi.
d. Pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi.
e. Penyelengaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan atau
penataran guru.
f. Penyelenggaraan museum propinsi dan kajian sejarah trdisional serta
pengembangan bahasa dan budaya daerah.
Pengorganisasian

a. Di pemerintah pusat Menteri Pendidikan Nasional sebagai pembantu presiden menjadi


penentu kebijaksanaan strategik nasional, penanggung jawab tertinggi dan Pembina
dalam penggelolan system pendidikan nasional secara menyeluruh
b. Di pemerintah provinsi gubernur sebagai kepala daerah dan juga wakil pemerintah
pusat di daerah khusus di bidang pendidikan membuat kebijaksanaan pendidikan.
Dinas pendidikan di provinsi merupakan prangkat daerah yang bertanggung jawab
secara teknis tentang pelaksanaan kebijakan Gubernur di bidang pendidikan.
c. Pemerintah kota
Bupati menetapkan kebijakan operasional dibidang pendidikan baik berdasarkan
kebijakan nasional
KRITERIA KEBERHASILAN ORGANISASI
LEMBAGA PENDIDIKAN
Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien
merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak
terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin dituntut
menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan suatu
sistem pengelolaan yang profesional.
Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat dikaji
dengan langkah-langkah atau cara:
1. Pengamatan terhadap produk yang dihasilkan oleh proses
transformasi kepemimpinannya
2. Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut
Kriteria Keberhasilan
1. Obyektivitas absolut memang diyakini tidak akan
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh
hanyalah tertekannya unsur subyektivitas seminimal
mungkin.
2. Mengoptimalkan nilai-nilai obyektivitas
3. Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai
suatu aspek dalam suatu komponen tertentu.
4. Kriteria keberhasilan disiapkan untuk setiap aspek pada
semua komponen.
5. Kriteria keberhasilan suatu aspek dalam suatu komponen
tidak sama, baik dalam jumlah, substansi, maupun
karakteristiknya.
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai