Anda di halaman 1dari 35

STASE THT-KL RSIJ PONDOK KOPI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

REFRESHING
KEPALA DAN LEHER
Pembimbing: Dr.PramusintoAdhy,Sp.THTKL
Oleh: Putri Intan Nurrahma 2012730147
EMBRIOLOGI
GASTRULASI

Endoderm yang Mesoderm yang merupakan Ektoderm yang


merupakan lapisan embrio lapisan embrio bagian tengah, merupakan lapisan
bagian dalam, akan akan berkembang menjadi: embrio bagian luar,
berkembang menjadi: Jaringan ikat, rawan, dan akan berkembang
tulang menjadi:
epitel pada saluran
Otot lurik, otot polos dan alat indera telinga,
pencernaan dan
jatung
pernapasan hidung
kelenjar gondok
pembuluh darah
rambut dan kuku
Mesoderm paraksial
Pada awal minggu ke 3 membentuk segmen-segmen
(somitomer). Didaerah kepala somitomer bersama dengan
lempeng saraf akan membentuk neuromer dan ikut
berperan dalam pembentukan mesenkim kepala.

Mesoderm Intermediat
Nantinya akan berdiferensiasi menjadi struktur urogenital

Mesoderm Lempeng lateral


Terpisah menjadi lapisan parietal dan viseral. Lapisan
viseral dan endoderm embrional akan membentuk dinding
usus.
Pembentukan kepala
Pembentukan kepala
berasal dari
Mesoderm paraksial
Mesoderm lempeng lateral
Krista neuralis

Struktur tulang kepala dan wajah. Mesenkim


struktur ini berasal dari mesoderm paraksial
(merah), mesodem lempeng lateral (kuning)
dan krista neuralis (biru)
Arkus Faring
Penampakan khas kepala
dan leher dimulai pada
minggu ke4-5 dengan
terdapatnya Arkus Faring
Merupakan struktur dasar
dalam pembentukan kepala
dan leher
Terdapat 5 kantong arkus
faring
Tiap arkus terdiri dari 3
lapis, yaitu ektoderm,
mesoderm dan endoderm
Setiap arkus memiliki tiap
elemen ini sendiri-sendiri:
Arteri
Saraf kranial
Elemen otot
Kantong faring membentuk :
Rongga telinga tengah
dan tuba auditiva
(Kantong 1)
Stroma tonsila palatina
(Kantong 2)
Kelenjar paratiroid
inferior dan timus
(Kantong 3)
Kelenjar paratiroid
superior dan korpus
ultimobrankiale
(Kantong 4 dan 5)

Celah faring hanya


PEMBENTUKAN Lidah
Lidah mulai tampak pada embryo usia 4 minggu
Tampak dalam bentuk dua penebalan lidah
lateral dan satu Tuberkulum impar
Ketiga penebalan ini berasal dari arkus faring I
WAJAH
Tonjolan awal yang terdapat pada pembentukan wajah adalah sepasang
Prominensia maksilaris, sepasang Prominensia mandibularis dan suatu
Prominensia frontalis
Selanjutnya terbentuk Prominensia nasalis mediana dan Prominensia
nasalis lateralis

A. Embrio usia 5 minggu


B. Embrio usia 6 minggu
C. Mikrograf elektron
usia 6 minggu
HIDUNG
Prominensia frontalis yang membentuk jembatan hidung
Prominensia nasalis mediana yang membentuk lengkung dan ujung
hidung
Prominensia nasalis lateralis yang membentuk cuping hidung

A. Embrio 7 minggu
B. Embrio 10 minggu
C. Elektron mikrogram,
embrio usia 7 minggu

BIBIR
Bibir atas dibentuk oleh: 2 prominensia nasalis mediana dan 2
maxilaris
Bibir bawah dan rahang dibentuk oleh: prominensia mandibularis
yang menyatu di garis tengah
KEPALA
Dalam kepala terdapat tulang tengkorak, otak, saraf saraf otak (nervi
craniales), selaput otak (meninges), dan organ indra khusus

Tulang tulang pada


Neurocranium (Tulang
yang melindungi otak) :
Os.occipitale
Os.temporale
Os.sphenoidale
Os.ethmoidale
Os.parietale
Os.frontale
Tulang tulang Viscerocranium
(Tulang yang membentuk wajah)
:
Maxila
Mandibula
Os.Zygomaticum
Concha nasalis
Os.nasale
Os.lacrimalis
Os.vomer
Selaput Otak (Meningens)

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang leih 100
triliun neuron.
Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
Serebrum (otak besar),
Serebelum (otak kecil),
Brainsterm (batang otak), dan
Diensefalon.
LEHER
Leher ialah bangunan yang terdiri dari
tulang belakang
sum-sum tulang punggung,
Laring dan trakea,
Faring dan esofagus,
kelenjar tiroid,
pembuluh darah besar
otot dan saraf.
banyak kelenjar getah bening
Sebagai penghubung antara kepala dan badan, yang berisi
sejumlah struktur neurovaskular sangat penting dalam ruang
yang sangat terbatas.
Sistem muskuloskeletal leher harus melindungi leher,
sementara juga memungkinkan mobilitas maksimum kepala
Leher dibagi oleh muskulus sternokleidomastoideus menjadi
trigonum anterior atau medial dan trigonum posterior atau lateral.

2.
1. Trigonum
Trigonumposterior
anterior :, terdiri dari :

Trigonum submandibulare
Trigonum
Trigonum submentale
caroticum
muscular

Trigonum occipitalis

Trigonum supraclavicular
Kelenjar Getah Bening Leher
Diperkirakan bahwa leher mengandung lebih dari 75 kelenjar limfe pada setiap sisinya.
Untaian kelenjar limfe ini dinamai sesuai letaknya
Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classiffication
dibagi dalam lima daerah (region) penyebaran kelompok kelenjar, yaitu:
I : Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula.
II : Kelenjar yang terletak di 1/3 (sepertiga) atas, termasuk kelenjar limfa jugularis
superior, kelenjar limfa retrofaring
III : Kelenjar limfa jugularis media dan kelenjar lima paratrakea
IV : Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula.
V : Kelenjar limfa servikal superfisial dan kelenjar lima spinal asesorius
ANAMNESA DAN PEMERIKASAAN FISIK

Gejala paling umum yang berkaitan dengan leher


meliputi adalah massa leher.

Apabila pasien mengeluh adanya massa / benjolan di


Inspeksi:
leher, ajukanKepala
Pemeriksaan pertanyaan berikut:
Berapa usiaciri
Perhatikanlah penderita?
berikut ini:
Apakah massa tumbuh dengan cepat?
Keadaan umum
Apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau
Simetri
peradangn?
Penonjolan
Di manakah tulang
letak massa tersebut di leher?
Distribusi rambut
Apakah massa kistik atau solid?
Ciri-ciri
Apakah kulit terdapat tanda-tanda infeksi atau
keganasan di tempat lain di kepala dan leher?
Pemeriksaan Leher
Hal-hal yang harus diperhatikan pada inspeksi:
Pembesaran kelenjar getah bening
PENYAKIT TERBANYAK
PADA LEHER
KARSINOMA
NASOFARING
Definisi
tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring
dengan predileksi di fosa Rossenmuller.
EPIDEMIOLOGI
Hampir 60% umor ganas kepala
dan leher merupakan karsinoma
Karsinoma nasofaring nasofaring, kemudian diikuti oleh
merupakan tumor ganas daerah tumor ganas hidung dan sinus
kepala dan leher yang terbanyak paranasal (18%), laring (16%),
ditemukan di Indonesia dan tumor ganas rongga mulut,
tonsil, hipofaring dalam
presentase rendah
Dalam pengamatan dari
Berdasarkan data laboratorium
pengunjung poliklinik tumor THT
patologi anatomik tumor ganas
RSCM, pasien karsinoma
nasofaring sendiri selalu berada
nasofaring dari Ras Cina relative
dalam kependudukan lima besar
sedikit lebih banyak dari suku
dari tumor ganas tubuh manusia
bangsa lainnya
Karsinoma nasofaring lebih
sering terjadi pada pria
dibanding wanita (3:1). Umur
kejadian rata-rata 45-55 tahun6.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring masih belum jelas,
namun ada beberapa faktor yang berpengaruh,yaitu:
1. Faktor genetik (ras mongoloid)
2. Faktor virus (virus EIPSTEIN BARR)
3. Faktor lingkungan
4. Kebiasaan makan makanan panas / berpengawet
1. Epistaksis ringan
1.
2. Tinitus
Sumbatan hidung
2.Gejala
Gangguan
nasofaring
pendengaran
3. Rasa tidak nyaman di
telinga sampai rasa
nyeri di telinga
(otalgia).
Gejala telinga
GEJALA Diplopia
KLINIS Neuralgia trigeminal

Gejala mata dan


saraf Jackson
1. Sindrom
2. Destruksi tulang
tengkorak
3. Benjolan di leher

Gejala metastasis
dan leher
Diagnosis
Anamnesa: gejala hidung, telinga, mata, saraf
Pemeriksaan fisik:

a. Rinoskopi anterior
b. Rinoskopi posterior
c. pemeriksaan kelenjar getah bening leher
Pemeriksaan penunjang :

a. Nasofaringoskopi
b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi
nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yaitu
dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anastesi
topical dengan xylocain 10%
c. Radiologi : Foto tengkorak, CT-scan, bone scintigraphy
(bila dicurigai metastase tulang)
d. Pemeriksaan serologi untuk mengetahui adanya
infeksi virus Epstein Barr
STADIUM
UICC ( Union International Centre Cancer)

Kelenjar limf regional-N


Tumor primer T
Nx : Pembsaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0T :=Tidak
Tumor adaprimer
pembesaran kelenjar getah bening
N1T0: Metastase Metastasis
: Tidak tampak
kelenjartumor.
getahjauh M unilateral, dengan ukuran
bening
T1 terbesar
: Tumorkurang
terbatasatau sama dengan 6 cm,
di nasofaring
T2 di: atas
Tumor Mx
fossa : Metastase
supraklavikula.
meluas jauhlunak
ke jaringan tidak dapat dinilai
N2T2a
: Metastase M0
: Perluasan : Tidakgetah
kelenjar
tumor ada
ke metastase jauh rongga
bening dan/atau
orofaring bilateral, denganhidung
ukuran
terbesar M1 : Terdapat
tanpa kurang atau
perluasan metastase
kesama denganjauh
parafaring 6 cm,
T2bdi: atas fossa
Disertai supraklavikula.
perluasan ke parafaring
N3T3: Metastase kelenjar getah
: Tumor menginvasi bening
struktur bilateral,
tulang dan/ sinus paranasal
T4 dengan
:Tumor ukuran
dengan lebih besar dari
perluasan 6 cm,
intrakranial dan/atau terdapat
atauketerlibatan
terletak di dalam fossa supraklavikula
saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring
N3a : Ukuran
orbitalebih
ataudari 6 cm
ruang mastikator.
N3b : di dalam fossa supraklavikula
Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat
ditentukan :
Stadium 0 T1s No Mo
Stadium I T1 No Mo
Stadium IIa T2a No Mo
Stadium IIb T1 N1 Mo
T2a N1 Mo
T2b No, N1 Mo
Stadium III T1 N2 Mo
T2a,T2b N2 Mo
T3 N2 Mo
Stadium Iva T4 No, N1, N2 Mo
Semua T N3 Mo
Semua T Semua N M1
PENATALAKSANAAN

Stadium I
Radioterapi
Stadium II & III
Kemoradiasi
Stadium IV dengan N < 6 cm
kemoradiasi
Stadium IV dangan N > 6 cm
kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
kemoradiasi
PENCEGAHAN

o Pemberian vaksinasi
o Memindahkan (migrasi) penduduk dari
daerah dengan risiko tinggi
o Penerangan akan kebiasaan hidup yang
salah
o Melakukan test serologik IgA-Anti VCA
dan IgA anti EA untuk mendeteksi
secara dini
PROGNOSIS

Stadium I : 76,9%
Stadium II : 56,0%
Stadium III : 38,4%
Stadium IV : 16,4%
TUMOR GANAS LARING
Keganasan laring bukanlah hal yang jarang
ditemukan. Sebagai gambaran perbandingan, diluar
negeri karsinoma laring menempati tempat pertama
dalam urutan kegansan di bidang THT sedangkan di RS
Cipto Mangunkusomo Jakarta, karsinoma laring
menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring
dan tumor ganas
Etiologi dan hidung
faktor dan sinus paranasal
resiko
Rokok
Alkohol
Terpajan sinar
GEJALA KLINIS
Pembsaran kelenjar
Serak
getah bening

Dispnea dan stridor

Nyeri tenggorok

Disfagia

Batuk dan hemoptisis


DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis.

PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan laring

PEMERIKSAAN PENUNJANG
biopsi

Ct-scan Foto Toraks

Pemeriksaan Laboratorium
PENATALAKSANAAN
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim
dilakukan,, yakni pembedahan, radiasi, obat
sitostatiska atau pun kombinasi dari
padanya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai