Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN


PERILAKU KEKERASAN

1
B. PENGKAJIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang
lain dan lingkungan

2
Tanda dan Gejala

1. Muka merah dan tegang


2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain

3
RENTANG RESPON MARAH

ADAPTIF MALADAPTIF

ASERTIF FRUSTASI PASIF AGRESIF AMUK

4
Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju
yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa
menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada
individu dan tidak menimbulkan masalah.
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal
mencapai tujuan karena tidak realistis atau
hambatan dalam proses percakapan tujuan.
Pasif adalah individu tidak mampu
mengungkapkan perasaannya, klien tampak
pemalu, pendiam sulit diajak bicara karena rendah
diri dan merasa kurang mampu.

5
Agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol. Perilaku yang tampak dapat
berupa : muka kusam , bicara kasar,
menuntut, kasar disertai kekerasan.
kekerasan/amuk adalah: perasaan marah
dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri , individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
6
perbedaan perilaku marah.doc

7
ETIOLOGI
Faktor Predisposisi
1. Biologis
Teori neurobiologi
Banyak pendapat bahwa kerusakan, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
Pada system saraf pusat serotonin memiliki
peranan penting sebagai neurotransmitter yang
berperan pada proses marah, agresif, temperature
tubuh, mood, tidur, human sexuality, selera
makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah
8
b. Psichoanalytical theory (teori psikomatik)
Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari respon
psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan.
c. Instinctual drive theory (teori dorongan
naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku
kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat

9
2. Sosial budaya
Keadaan lingkungan sosial dapat mempengaruhi individu
dalam mengekspresikan marahnya
3. Faktor psikologis
a. Teori agresif frustasi
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu yang gagal atau terhambat.
b. Teori perilaku
Kemarahan adlah proses belajar ,hai ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau luar
rumah . Semua aspek ini menstimuli individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
10
Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan
marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman
tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau
lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa
terancam, mungkin dia tidak menyadari sama
sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya.

11
Bila dilihat dari sudut pandang perawat
dengan klien, maka faktor yang
mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua yaitu:

a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan,


ketidak berdayaan, kurang percayadiri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau
objek yang berharga, konflik interaksi
social.

12
Mekanisme koping
Displacement : Pemindahan emosi dari seseorang atau
objek dengan mengarahkan yang netral atau yang kurang
berbahaya.
Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak
dapat diterima pada lingkungan sosial dengan perilaku
yang bisa ditekan.
Proyeksi : Memindahkan pikiran atau dorongan atau
impuls emosional atau keinginan yang dapat diterima
orang lain.
Represi : Secara tidak sadar menimbulkan ingatan
pengalaman-pengalaman, pikiran, impuls yang
menyakitkan dari alam sadarnya.
Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah
laku yang berlawanan dengan dorongan yang diinginkan
oleh seseorang.
13
Pengkajian pada klien dengan
perilaku kemarahan
a. Aspek biologi
Respon fisiologis timbul kegiatan sistem saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin,
sehingga tekanan darah meningkat, takhikardia,
wajah merah, pupil melebar, dan frekuensi
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatkan
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks
cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan
saat marah bertambah.
14
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman,
merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin berkelahi, ngamuk,
bermusuhan, sakit hati, menyalahgunakan
dan menuntut. Perilaku menarik perhatian
dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu
dikaji seperti melarikan diri, bolos dari
sekolah, mecuri, menimbulkan kebakaran,
dan penyimpangan seksual.

15
c. Aspek intelektual
Pengalaman kehidupan individu sebagain besar
didapatkan melalui proses intelektual. Peran pancaindera
sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang
kemarahan dari orang lain. Menimbulkan penolakan dari
orang lain, sebagain klien menyalurkan kemarahn dengan
nilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga
orang lain merasa sakit hati. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri menjauhkan dari orang lain.
16
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai, dan moral
mempengaruhi ungkapan marah individu.
Aspek tersebut mempengaruhi hubungan
individu dengan lingkungan. Hal ini
bertentangan dengan norma yang dimiliki
dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa. Individu yang percaya
kepada Tuhan, selalu meminta kebutuhan
dan bimbingan kepada-Nya.
17
Format pengkajian
pelaku/usia korban/usia saksi/usia

1.Aniaya fisik ()() ()() ()()


2.Aniaya seks ()() ()() ()()
3.Penolakan ()() ()() ()()
4. Kekerasan
dlm kelg ()() ()() ()()
5. Tindakan
Kriminal ()() ()() ()()

18
6. Aktivitas motorik
( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah
( ) Agitasi ( ) Tik ( ) Grimasem
( ) Tremor ( ) Kompulsif

7. Interaksi selama wawancara


( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Mudah tersinggung ( ) Curiga
( ) Kontak mata kurang ( ) Defensif

19
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko perilaku kekerasan


Perilaku kekerasan

20
Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-
tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku
kekerasan yang pernah dilakukannya

21
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara
mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol
perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial dan dengan terapi
psikofarmaka.

22
Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku
kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual

23
3) Diskusikan bersama pasien perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah
a). Verbal
b). Terhadap orang lain
c). Terhadap diri sendiri
d). Terhadap lingkungan
4) Diskusikan bersama pasien akibat
perilaku kekerasan

24
5) Diskusikan bersama pasien cara
mengontrol perilakukekerasan
secara:
a) Fisik
b) Sosial/verbal
c) Spiritual
d) Obat

25
a. Cara Fisik

Tarik nafas dalam (Lat 1)


Pukul kasur dan bantal (Lat 2)

26
c) Cara sosial/verbal
(1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
(2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal
(3) Susun jadual latihan mengungkapkan marah
secara verbal

27
d) Cara Spiritual

(1) Diskusikan hasil latihan mengontrol


perilaku kekerasan secara fisik,
sosial/verbal dan jadual minum obat
(2) Latihan kegiatan ibadah: berdoa,dll
(3) Buat jadual latihan berdoa,dll

28
b) Patuh Obat:
(1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
(2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar (benar nama pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat dan benar dosis obat)
(3) Jelaskan guna obat dan akibat jika tidak teratur
diminum
(4) Susun jadual minum obat secara teratur

29
Implementasi
Sp 1:Mengetahui tentang PK,melatih
mengontrol PK dengan cara fisik 1,
memasukkan dalam jadwal.
Sp2:melatih mengontrol PK dengan cara
fisik 2, memasukkan dalam jadwal.
Sp3: melatih mengontrol PK dengan cara
verbal, memasukkan dalam jadwal
Sp4 : melatih mengontrol PK dengan cara
spiritual, memasukkan dalam jadwal.
Sp5 :melatih mengontrol PK dengan obat,
memasukkan dalam jadwal. 30
2. TINDAKAN UNTUK KELUARGA
A. Tujuan
Setelah melakukan tindakan ,keluarga mampu
merawat pasien dengan perilaku kekerasan di
rumah
B. Tindakan
1) Diskusikan masalah dlm merawat
2) Diskusikan bersama keluarga tentang
perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku kekerasan tersebut)

31
3)Diskusikan bersama keluarga kondisi-
kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti bicara
keras dan kasar, melempar/merusak
barang-barang atau memukul orang lain

32
4) Latih keluarga merawat pasien
dengan perilaku kekerasan
a) Evaluasi pengetahuan klg ttg marah
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku
kekerasan

5) Buat perencanaan pulang

33
Evaluasi pada Pasien
1. Pasien mampu menyebutkan penyebab,
tanda dan gejala PK, PK yg biasa
dilakukan dan akibat PK.
2. Pasien mampu menggunakan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadual:
a. secara fisik
b. secara sosial/verbal
c. secara spiritual
d. dengan terapi psikofarmaka

34
Evaluasi pada Keluarga
Keluarga mampu
Mencegah terjadinya PK
Menunjukkan sikap mendukung dan
menghargai
Memotivasi dlm mengontrol PK
Mengidentifikasi perilaku yg hrs
dilaporkan perawat

35
Terapi Aktivitas Kelompok
TAK Stimulasi Persepsi: Mengontrol PK

Tujuan:Mempersepsikan stimulus nyata dan


respons yang dialami dalam kehidupan
Sesi I: Mengenal PK yang biasa dilakukan
Sesi II: Mencegah PK secara fisik
Sesi III: Mencegah PK secara sosial
Sesi IV: Mencegah PK secara spiritual
Sesi V: Mencegah PK dengan patuh
mengkonsumsi obat
36
Pertemuan Kelompok Keluarga
Penyuluhan umum (kelompok besar)
Diskusi kelompok kecil
Menumbuhkan self help group

37
38

Anda mungkin juga menyukai