Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN KASUS

Acute STEMI
Inferior
Disusun Oleh : Majdina Nur Fridiany
Pembimbing : dr. Herawati Isnanijah, Sp.JP

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PASAR REBO
2017
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 44 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ciracas
No RM : 2013-516059
Tanggal Masuk : 17/03/2017
Tanggal Pemeriksaan : 18/03/2017
ANAMNESA
Anamnesa
dilakukan Keluhan
secara tambahan:
autoanamnesis Keringat dingin
di CVCU dan sesak

Keluhan utama :
Nyeri dada kiri 4
jam SMRS yang
dirasakan
semakin
memberat.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Saat nyeri dada terjadi,


pasien merasakan sesak,
batuk disangkal, tidur
Pasien mengeluhkan nyeri menggunakan satu bantal,
dada kiri sejak 4 jam SMRS. berdebar-debar (-), mual (-),
Nyeri dada dirasakan seperti muntah (-), demam (-). Batuk
ditusuk dan tertekan, terasa pilek disangkal. Napas
menembus ke punggung kiri berbunyi saat sesak (mengi)
belakang, dan timbul secara disangkal. Nyeri perut atau
tiba-tiba sehingga ulu hati disangkal.
mengganggu aktivitas. Pasien
mengatakan nyeri dada yang
dialaminya terus menerus,
tidak berkurang jika istirahat
dan disertai keringat dingin.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

2 Hari SMRS pasien merasakan keringat


dingin yang disertai pusing. Pusing yang
dialami hanya satu sisi pada bagian kiri,
terasa ringan, tidak berdenyut dan
dialami hilang timbul. Nafsu makan
berkurang semenjak 2 hari terakhir. BAB
(+) normal, BAK normal (+). hingga saat
ini pasien menyusui anaknya yang
berumur 3 bulan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat Hipertensi
Pasien belum
pernah mengalami
(+) sejak 3 bulan Riwayat DM (+)
keluhan seperti ini Pengobatan obat : Metformin
Amlodipin

Riwayat trauma Riwayat asma Riwayat alergi


daerah dada (-) disangkal obat (-)

Riwayat penyakit Riwayat stroke (-)


ginjal disangkal
Keluarga
belum pernah
mengalami
keluhan yang
sama
Penyakit
Hipertensi
jantung (-)
(-)
Riwayat
Penyakit
Keluarga Riwayat
Penyakit DM (+)
Ginjal(-) orangtua
pasien
Riwayat
asma (-)
RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien mengkonsumsi obat rutin untuk DM


berupa metformin dan hipertensi berupa
amlodipin.
RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL

Tidak rutin berolahraga

Riwayat merokok disangkal

Riwayat konsumsi alkohol disangkal

Riwayat konsumsi obat-obatan terlarang


disangkal.
STATUS GENERALIS (18/03/2017)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran umum : Composmentis
Tekanan darah : 88/60 mmhg
Nadi : 67 kali/menit, isi cukup, frekuensi teratur
Suhu : 36,6oc
Pernafasan : 20 kali/menit, teratur
Status gizi :
BB : 55 kg
TB : 153 cm
IMT : 23,5 kg/m2 (normoweight)
Tingkah Laku :
Tenang, Kooperatif
Aspek Proses Pikir : Cukup
Kejiwaan ide, Koheren
Kecerdasan : Baik
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA HIDUNG
Bentuk : Normocephal Bentuk : Normotia
Posisi : Simetris Nafas Cuping Hidung : Tidak Ditemukan
Septum Deviasi : Tidak Ditemukan
Wajah : Tidak Sembab
Secret : Tidak Ditemukan
MATA
TELINGA
Exophtalmus : Tidak Ada Pendengaran : Baik
Enophtalmus : Tidak Ada Darah Dan Cairan : Tidak Ditemukan
Edema Periorbita : -/- MULUT
Konjungtiva Anemi : -/- Trismus : Tidak Ada
Sklera Ikterik : -/- Faring : Tidak Hiperemis
Pupil : Isokor Lidah : Tidak Deviasi, Tidak Kotor
Reflex Cahaya : Langsung Uvula : Letak Ditengah, Tidak Deviasi
(+/+) Tidak Langsung (+/+) Tonsil : T1-T1 tenang, hiperemis (-)
PEMERIKSAAN FISIK

KULIT LEHER
Warna : Sawo matang
Trakea : tidak deviasi
Jaringan parut : tidak ada
Kelenjar tiroid : tidak ada
Pigmentasi : DBN
pembesaran
Turgor : baik
Kelenjar limfe : tidak ada
Ikterus : tidak ada
pembesaran
Sianosis : tidak ada
JVP : (5-2) cmH2O
Pucat : tidak ada
Pertumbuhan rambut : DBN
PEMERIKSAAN FISIK
PARU-PARU
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris pada
keadaan statis dan dinamis kanan kiri, tidak terlihat luka,
kulit kemerahan atau penonjolan, retraksi (-)
Palpasi : Tidak teraba kelainan dan masa pada
seluruh lapang paru. Fremitus taktil dan vocal simetris dalam
keadaan statis dan dinamis kanan dan kiri.
Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+ rhonki -/-
wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan di ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Batas pinggang jantung di ICS 2 linea sternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, mumur (-),
gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen Genitalia
Inspeksi : Perut datar Tidak dilakukan
Auskultasi : Bising usus
(+)
Perkusi : Timpani pada
Ekstremitas
seluruh kuadran, shifting Akral hangat pada
dullness (-) ekstremitas atas dan
Palpasi : Teraba supel, bawah kanan dan kiri
nyeri tekan epigastrium
(-), hepar dan lien tidak Pitting edema pada
teraba membesar, nyeri kedua tungkai (-)
lepas (-) Capillary refill time <2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab (17/03/2017)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi
Hemoglobin 13,8 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 42 % 32-47
Eritrosit 4,9 juta/L 3,8-5,2
Leukosit 17,90 103/L 3,6-11
Trombosit 359 ribu/L 150-440
Hematologi Hitung Jenis
Basophil 0 % 0-1
Eosinophil 1 % 1-3
Neutrophil Batang L0 % 3-5
Neutrofil Segmen H 79 % 50-70
Limfosit L 17 % 25-40
Monosit 3 % 2-8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kimia Klinik
SGOT (AST) 16 U/L 0-35
SGPT (ALT) 26 U/L 0-35
Troponin I 0,01 Negatif
Ureum Darah 18 mg/dL 20-40
Kreatinin Darah 0,50 mg/dL 0,35-0,93
eGFR 142,5 mL/min/1,
73m2
Glukosa Darah 450 mg/dL <200
Sewaktu
Gas darah + Elektrolit
Natrium 141 mmol/L 135-147
Kalium 4.6 mmol/L 3,5-5,0
Klorida 100 mmol/L 98-108
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab 18/03/2017

Kimia Klinik
Troponin I >10.00 mg/mL 0,00-0,02
Kuantitatif
Elektrokardiografi (17/03/2017)

ELEKTROKARDIOGRAFI
RESUME
Anamnesis : Nyeri dada sebelah kiri (seperti ditusuk
dan ditekan) terasa menembus ke punggung kiri
belakang sejak 4 jam SMRS. Nyeri dada timbul
secara tiba-tiba sehingga aktivitas terhenti, dialami
terus menerus, tidak berkurang jika istirahat dan
disertai keringat dingin. Saat nyeri dada terjadi,
pasien merasakan sesak, tidur menggunakan satu
bantal. 2 hari SMRS pasien merasakan keringat
dingin yang disertai pusing tidak berdenyut dan
dialami hilang timbul.

Faktor resiko PJK : Diabetes Melitus, Hipertensi

Pemeriksaan penunjang : hasil EKG menunjukkan sinus rhythm, dan


inferior infark. Dari hasil lab darah didapatkan troponin I kuantitatif
meningkat > 10.00 mg/ml.
PENGKAJIAN MASALAH

Intensitas Nyeri dada


nyeri semakin disertai keluar
meningkat keringat dingin

Gambaran EKG :
Nyeri dirasa - Elevasi segmen ST
saat aktivitas, pada Lead II,III dan avF
terus menerus - ST depresi pada Lead
I dan aVL

Nyeri dada kiri


Acute
Peningkatan
seperti tertusuk dan
tertekan, menembus
ke punggung kiri
STEMI troponin I
Inferior
DIAGNOSA KERJA DAN DIAGNOSA
BANDING

Acute STEMI Inferior Onset 4 Jam


DIAGNOSA DM Tipe II
KERJA

Miokarditis
Perikarditis
DIAGNOSA
BANDING Cardiac Trauma
RENCANA PEMERIKSAAN

Rontgen Pemeriksaan
Echocardio-
Thorax graphy

EKG ulang
setelah Pemeriksaan
mendapat Angiografi
terapi coroner
trombolitik
TATALAKSANA
Terapi saat di IGD Terapi saat di CVCU
1. Aspilet 4tab 1. IVFD Nacl 0,9% 500ml/ 8jam
2. Brilinta 2x90 mg
2. Brilinta 2x90 mg
3. Nitrocaf 2x2,5 mg
4. Aptor 1x100 mg 3. Nitrocaf 2x2,5 mg
5. Streptokinase (SK) 1,5 juta unit dalam NaCL 0,9% 4. Aptor 1x100 mg
100mL selama 30-60 menit
5. Alprazolam 2x0,5 mg
6. Alprazolam 2x0,5 mg
7. Lovenox 2x0,6 mL/s 6. Simvastatin 1x20 mg
8. Drip Insulin 2 iv/jam 7. Concor 1x1,25 mg
9. Sliding Scale /6jam (Apidia start 5 iv)
8. Lovenox 2x0,6 mL/s
10. Streptokinase (Sk) 1,5 juta unit dalam 100
mL. Dextrose 5 % atau larutan salin 0,9%
dalam waktu 30-60 menit.
PROGNOSIS

Ad vitam :
dubia ad
bonam

Ad Ad
sanationam functionam
: dubia ad : dubia ad
malam malam
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN

Penyakit jantung koroner adalah gangguan


fungsi jantung akibat otot jatung
kekurangan darah karena ada
penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada
atau rasa tidak nyaman di dada.

Trihono. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. BPPK Kemenkes RI. 2013.
EPIDEMIOLOGI

Angka mortalitas dalam


rawatan di rumah sakit pada Menurut hasil RISKESDAS
IMA-STE dibanding IMA non 2013, prevalensi penyakit
STE adalah 7% jantung koroner di Indonesia
dibandingkan 4%, tetapi berdasarkan wawancara
pada jangka panjang (4 terdiagnosis dokter sebesar
tahun), angka kematian 0,5% dan bersadarkan
pasien IMA non STE ternyata terdiagnosis dokter atau
2 kali lebih tinggi dibanding gejala sebesar 1,5 %.
pasien IMA-STE.
KLASIFIKASI

PJK

Sindrom Angina
Koroner Akut Pektoris
Stabil

Unstable
STEMI NSTEMI Angina
Pektoris
FAKTOR RESIKO
Tidak dapat diubah Dapat diubah
Usia (laki-laki 45 tahun, Hiperlipidemia (LDL-C) : batas
perempuan 55 tahun atau atas, 130-159 mg/dl; tinggi
menopause premature 160 mg/dl
tanpa terapi pengganti HDL-C rendah <40 mg/dl
estrogen) Hipertensi (140/90 mmHg
Riwayat CAD pada atau pada obat antihipertensi)
keluarga (MI pada ayah Merokok
atau saudara laki-laki Diabetes mellitus
sebelum berusia 55 tahun Obesitas
atau pada ibu atau Ketidakaktifan fisik
saudara perempuan Hiperhomosisteinemia
sebelum berusia 65 tahun) (16mol/L)

Sumber : Brown, C. 2005. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Volume I, Edisi VI : 580. Jakarta: EGC.
PATOFISIOLOGI

Gambar 1. Patofisiologi Sindrom Koroner Akut

Sumber : Huffman, et al. (2010). The Relationship Between Depression, Anxiety, and Cardiocascular Outcomes in Patients with Acute Coronary Syndromes.
Neuropsychiatric Disease and Treatment. Page: 123-36.
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS

Keluhan angina tipikal berupa :


Rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan
kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium.
Tanyakan juga adakah faktor pencetus, yang memperberat.
Keluhan dapat berlangsung intermiten/beberapa menit atau
persisten (>20 menit).
Sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis, mual/
muntah, nyeri abdominal, sesak napas, dan sinkop.
Faktor resiko PJK :
Merokok, hipertensi, DM, dyslipidemia, stress, Riw. Penyakit
jantung
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi :
Faktor pencetus iskemia
Komplikasi iskemia
Regurgutasi katup mitral akut
Suara jantung tiga (S3)
Ronkhi basah halus
Hipotensi
Penyakit penyerta
Menyingkirkan diagnosis banding
Pericardial friction rub karena pericarditis
Kekuatan nadi tidak seimbang dan regurgitasi katup aorta karena diseksi
aorta
Penumotoraks
Nyeri pleuritic disertai suara nafas yang tidak seimbang

PERKI. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PEMERIKSAAN EKG

Pasien SKA dengan


Penilaian ST elevasi elevasi segmen ST
dilakukan pada J point dan dikelompokkan bersama
ditemukan pada 2 sadapan dgn LBBB (komplit) baru
atau persangkaan baru
yang bersebelahan. mengingat pasien
tersebut adalah kandidat
terapi reperfusi. Oleh
Nilai ambang elevasi karena itu pasien dengan
segmen ST untuk diagnosis EKG yang diagnostik
STEMI untuk pria dan untuk STEMI dapat segera
perempuan pada sebagian mendapat terapi reperfusi
sebelum hasil pemeriksaan
besar sadapan adalah 0,1 marka jantung tersedia.
mv.
PEMERIKSAAN EKG

Sadapan dengan Deviasi Lokasi Iskemia atau Infark


Segmen ST
V1-V4 Anterior
V5-V6,I, aVL Lateral
II,III,aVF Inferior
V7-V9 Posterior
V3R-V4R Ventrikel kanan

Table 1. lokasi infark berdasarkan sadapan EKG

PERKI. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG
Pemeriksaan yang diajurkan adalah creatinin kinase
(CK)MB dan cardiac specific troponin (CTN)T atau CTNI
yang dilakukan secara serial.

Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas normal


menunjukkan ada nekrosis jantung (infark miokard).
CKMB : meningkat setelah tiga jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4
hari. Operasi jantung, miokarditis, dan kardioversi elektrik dapat
menigkatkan CKMB
CTN : enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan ctn T dapat masih terdeteksi
setelah 5-14 hari, sedangkan ctn I setelah 5-10 hari.

Alwi, I. 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V: 1741-54. Jakarta: Interna Publishing.
PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG

Mioglobin : dapat dideteksi 1 jam setelah


infark dan mencapai puncak dalam 4-8
jam
Pemeriksaan Creatinin kinase : meningkat setelah 3-8 jam
Enzim bila ada infark miokard dan mencapai
puncak dalam 10-36 jam dan kembali
Jantung normal dalam 3-4 hari
Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat
yang lain setelah 24-48 jam bila ada infark
miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan
kembali normal dalam 8-14 hari.

Alwi, I. 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V: 1741-54. Jakarta: Interna
Publishing.
PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG

Gambar 3. Waktu Timbulnya Marka Jantung

PERKI. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia. PERKI 2015
Roffi, M. 2015. 2015 ESC Guidelines for
the Management of Acute Coronary
Syndromes in Patients Presenting Without
Persistent ST-Segment Elevation.
Europian Heart Journal. 2015:1-59.
INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ST
ELEVASI

STEMI adalah sindroma klinis


yang didefinisikan sebagai
gejala iskemia miokard khas
yang dikaitkan dengan
gabaran EKG berupa elevasi
segmen ST yang persisten
dan diikuti pelepasan
biomarker nekrosis miokard.
PATOFISIOLOGI STEMI

Oklusi trombus pada plak aterosklerotik


Stenosis Arteri koroner berat
Trombus secara cepat terjadi pada
lokasi injury vaskular
Reseptor memicu adhesi dan agregasi
Aliran darah trombosit
Kaskade koagulasi di aktivasi (sehingga
koroner menurun FVII dan FX mengkonfersi protombil-
trombin, Fibrinogen-fibrin)
mendadak
Terapi
reperfusi
untuk infark
ST elevasi /
Terapi STEMI
awal/ dasar
untuk semua
jenis SKA Terapi
SKA
PRINSIP TERAPI

Pada UAP & NSTEMI masih ada aliran


terbatas lewat trombus tujuan terapi untuk
menstabilkan plak atau mempasifkan lesi
trombotik yg aktif

Pada STEMI ada total oklusi koroner


tujuan terapi membuka arteri reperfusi
I . TERAPI AWAL / DASAR
TATA LAKSANA SKA DI RS
PENILAIAN AWAL/ASSESSMENT
Periksa tanda vital (TD,N,R,KU)
Periksa saturasi O2
Pasang infus
Rekam 12 lead EKG
Anamnesa riwayat sakit
Periksa enzim kardial
Periksa elektrolit, ureum, kreatinin, X ray
Periksa faktor koagulasi
PENGOBATAN MEDIKAMENTOSA AWAL

Ingat MONACO :
Morfin : 2,5-5 mg sc.iv tiap 5-15 menit (atau phetidin 25-50 mg i.v tiap
15-30 menit
Oksigen : 4 L/menit jika saturasi O2 < 90 %
Nitrat : S.L., Spray, I.V (bila ada oedem paru/nyeri dada persisten.
Anti trombotik (asa) / anti koagulan (heparin)
Aspirin : mula-mula 160-325 mg dikunyah dilanjutkan oral
Clopidogrel : 150-300 mg
II. REPERFUSI

1.Drugs/fibrinolisis intravena
Streptokinase TAP (Tissue Plasminogen
Activator), Alteplase

2. Invasif (Indikasi pd Pasien STEMI)


PCI CABG
FARMAKOLOGI

Tidak ada KI, terapi fibrinolitik diberikan pada


pasien STEMI dengan onset gejala <12jam, jika
diantisipasi PCI tidak dapat dikerjakan dalam
120menit kontak pertama medis.
Indikasi Jika tidak ada ki dan jika pci tidak tersedia
Pasien STEMI jika terbukti dari gejala klinis sakit
terapi dada khas IMA 12 jam dan hasil EKG.
1 mm elevasi segmen ST pada 2 sandapan
fibrinolitik yg bersebelahan
2mm elevasi segmen ST pada 2 sandapan
prekordial bundle branch block yg baru
Syok kardiogenik pd IMA ( bila kateterisasi dan
revaskularisasi tdk dapat dilakukan )
TATALAKSANA STEMI
PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
Terapi jangka panjang yang
disarankan setelah pasien pulih Profil lipid puasa harus didapatkan pada
setiap pasien STEMI sesegera mungkin
dari STEMI adalah: sejak datang
Kendalikan faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes, dan Statin dosis tinggi perlu diberikan atau
terutama merokok, dengan ketat dilanjutkan segera setelah pasien masuk rumah
Terapi antiplatelet dengan sakit bila tidak ada indikasi kontra atau riwayat
intoleransi, tanpa memandang nilai kolesterol
aspirin dosis rendah (75-100 inisial
mg) diindikasikan tanpa henti
DAPT (aspirin dengan ACE-I diindikasikan sejak 24 jam untuk pasien-
penghambat reseptor ADP) pasien STEMI dengan gagal ginjal, disfungsi
diindikasikan hingga 12 bulan sistolik ventrikel kiri, diabetes, atau infark
setelah STEMI aterior (kelas I-A). Sebagai alternatif dari ACE-
I, ARB dapat digunakan.
Pengobatan oral dengan
penyekat beta diindikasikan
untuk pasien-pasien dengan Antagonis aldosteron diindikasikan bila fraksi
ejeksi 40% atau terdapat gagal ginjal atau
gagal ginjal atau disfungsi diabetes, bila tidak ada gagal ginjal atau
ventrikel kiri hiperkalemia.

PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
KOMPLIKASI STEMI
Gangguan hemodinamik
Komplikasi kardiak
Gagal jantung
Hipotensi Regurgitasi katup mitral
Kongesti paru
Keadaan output rendah Ruptur jantung
Syok kardiogenik Ruptur septum ventrikel
Aritmia dan gangguan Infark ventrikel kanan
konduksi dalam fase akut Pericarditis
Aritmia supraventrikuler
Aritmia ventrikuler Aneurisma ventrikel kiri
Sinus bradikardia dan blok Thrombus ventrikel kiri
jantung

PERKI. Pedoman Tatalaksana Ssindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PERKI 2015
DAFTAR PUSTAKA
1. Europian Society of Cardiology. 2015. ESC Guidelines For The Management of Acute
Coronary Syndromes In Patients Presenting Without Persistent ST Segment Elevation.
European Heart Journal Advance Access Published August 29, 2015.
2. Alwi, I. 2014. Infark Miokard Akut engan Elevasi ST. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II, Edisi 6: 1741-56. Jakarta : Interna Publishing.
3. Trihono. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. BPPK Kemenkes RI. 2013.
4. American Heart Association. 2013 ACCF/AHA Guideline For The Management Of St-
elevation Myocardial Infarction. Journal Of The American Heart Association. 2012:1-57
5. Alwi, I. 2009. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II, Edisi V: 1741-54. Jakarta: Interna Publishing.
6. Perki. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Pedoman Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Perki 2015
7. Roffi, M. 2015. 2015 ESC Guidelines For The Management Of Acute Coronary
Syndromes In Patients Presenting Without Persistent St-segment Elevation. Europian
Heart Journal. 2015:1-59.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai