Bimbingan 2 1
Bimbingan 2 1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
mikroskopis kuman
BTA pada sediaan
kerokan jaringan
kulit.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-
tanda utama atau cardinal (cardinal signs), yaitu:
Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi
saraf
Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan
kulit (slit skin smear)
Faktor Risiko
Lingkungan yang lembab dan panas
Imunodefisiensi
Obesitas
Diabetes Melitus
Pemeriksaan Fisik
Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas,
dengan bagian tepi lebih aktif, dan konfigurasi polisiklik.
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik.
Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Klasifikasi Dermatofitosis
Berdasarkan lokasi:
Tinea kapitis -- pd kulit dan rambut kepala
Tinea barbe -- pada dagu dan jenggot
Tinea kruris -- genitokrural, sekitar anus, bokong, perut bawah.
Tinea pedis et manum -- pada kaki dan tangan
Tinea unguium -- pada kuku jari tangan dan kaki
Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5
tinea di atas.
Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea
imbrikata.
Hygiene diri Penatalaksanaan
Topikal :
Antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau
terbinafin
Pengobatan sistemik dengan:
Griseofulvin : dosis 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25
0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 2 dosis.
Golongan azol, seperti:
Ketokonazol: 200 mg/hari,
Itrakonazol: 100 mg/hari, atau
Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan 10-14 hari pada pagi hari setelah makan.
DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan
kulit berulang dan kronis dengan disertai
gatal.
Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan
anak-anak dan sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum serta
riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Keluhan
Gatal yang bervariasi - hilang timbul sepanjang hari, (lebih
hebat pada malam hari).
Pasien biasanya mempunyai riwayat juga sering merasa
cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Kulit penderita DA
Perabaan Kering,
Pucat/redup,
Jari tangan teraba dingin.
Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi,
eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi
predileksi.
Pemeriksaan Penunjang: (bila diperlukan)
Pemeriksaan IgE serum
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan:
anamnesis dan
Pemeriksaan fisik : 3 kriteria mayor dan 3 kriteria
minor dari kriteria Williams (1994)
Kriteria minor:
1. Xerosis.
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus
herpes simpleks).
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris.
4. Pitriasis alba.
5. Dermatitis di papilla mamae.
6. White dermogrhapism dan delayed blanchresponse.
Kriteria Mayor: 7. Kelilitis.
1. Pruritus 8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan.
9. Konjunctivitis berulang.
2. Dermatitis di muka atau 10. Keratokonus.
ekstensor pada bayi dan anak 11. Katarak subskapsular anterior.
3. Dermatitis di fleksura pada 12. Orbita menjadi gelap.
dewasa 13. Muka pucat atau eritem.
4. Dermatitis kronis atau berulang 14. Gatal bila berkeringat.
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.
5. Riwayat atopi pada penderita 16. Aksentuasi perifolikular.
atau keluarganya 17. Hipersensitif terhadap makanan.
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh factor
lingkungan dan atau emosi.
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif.
20. Kadar IgE dalam serum meningkat.
21. Mulai muncul pada usia dini.
Pada bayi, kriteria Diagnosis dimodifikasi
menjadi 3 kriteria mayor berupa:
1. Riwayat atopi pada keluarga.
2. Dermatitis pada muka dan ekstensor.
3. Pruritus.
ditambah 3 kriteria minor berupa:
1. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular.
2. Fisura di belakang telinga.
3. Skuama di scalp kronis.
DERMATITIS KONTAK ALERGIKA
(DKA)
Dermatisis kontak alergi (DKA) adalah reaksi
peradangan kulit imunologik karena reaksi
hipersensitivitas.
Kerusakan kulit : didahului oleh (fase sensitisasi) --
terjadi pajanan ulang fase elisitasi.
Alergen paling sering berupa bahan kimia dengan
berat molekul kurang dari 500-1000 Da.
Keluhan
gatal.
bercak kemerahan.
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik,
bahan yang dapat menimbulkan alergi,
riwayat alergi di keluarga
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Lokalisasi dan pola kelainan kulit: seperti di ketiak oleh
deodorant, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dst.
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang
bersifat iritan.
Pemeriksaan Penunjang
patch test/ tes tempel
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik.
DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis Seboroik : kelainan kulit yang
berhubungan erat dengan keaktifan glandula
sebasea.
Keluhan
bercak merah dan kulit kasar.
ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis
sika) -- keluhan lanjut berupa keropeng yang
berbau tidak sedap dan terasa gatal
Tanda Patognomonis
Oral sistemik
a. Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2 minggu,
atau
b. Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu
Gonore
Pada wanita :
Gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan obyektif.
Wanita umumnya datang setelah terjadi komplikasi atau pada
saat pemeriksaan antenatal atau Keluarga Berencana (KB).
Keluhan yang sering adalah keluarnya cairan hijau
kekuningan dari vagina, disertai dengan disuria, dan nyeri
abdomen bawah.
Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa terbakar di daerah
anus (proktitis), mata merah pada neonates dan dapat terjadi
keluhan sistemik (endokarditis, meningitis, dan sebagainya
pada gonore diseminata 1% dari kasus gonore)
Pada pria :
keluhan tersering adalah kencing nanah.
Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra,
disusul dengan disuria, polakisuria dan keluarnya
nanah dari ujung uretra yang kadang disertai darah.
Selain itu, terdapat perasaan nyeri saat terjadi ereksi.
Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak seksual.
Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan
tidak enak di perineum dan suprapubis, malaise,
demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi
urin, dan obstipasi.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis :
Tampak eritem, edema dan ektropion pada
orifisium uretra eksterna, terdapat duh
tubuh mukopurulen, serta pembesaran KGB
inguinal uni atau bilateral.
Apabila terjadi proktitis, tampak daerah anus
eritem, edem dan tertutup pus mukopurulen
Diagnosis
Pada pria:
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk
memeriksa prostat: pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila terdapat
abses akan teraba fluktuasi.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila wanita
tesebut sudah menikah. Pada pemeriksaan
tampak serviks merah, erosi dan terdapat secret
mukopurulen
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung
duh tubuh dengan pewarnaan gram untuk
menemukan kuman gonokokus gram negatif,
intra atau ekstraseluler.
Pada pria sediaan diambil dari daerah fossa
navikularis, dan wanita dari uretra, muara
kelenjar bartolin, serviks dan rektum.
Diagnosis
Pemeriksaan lain bila diperlukan:
1. Kultur
2. Tes oksidasi dan fermentasi
3. Tes beta-laktamase
4. Tes Thomson dengan sediaan urine
Herpes Zooster
Keluhan
Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum
erupsi.
Keluhan dapat disertai dengan gejala
prodromal sistemik berupa demam, pusing,
dan malaise.
Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan edema.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem
yang terletak unilateral sepanjang distribusi
saraf spinal atau kranial.
Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali,
erupsi juga terjadi pada dermatom di
dekatnya
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis
dengan menemukan sel Tzanck yaitu sel
datia berinti banyak
Terima kasih