PUSKESMAS SUKOMANANTI
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
sistem peredaran darah yang sering terjadi pada usia setengah
umur atau lebih di mana terjadi peningkatan dari tekanan sistolik di
atas standard dihubungkan dengan usia dan merupakan penyebab
utama jantung koroner, cidera cerebro vaskuler.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Hipertensi didefinisikan
sebagai suatu peninggian yang menetap daripada tekanan darah
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Peninggian tekanan darah yang terus menerus yang merupakan
gejala klinis karena hal tersebut dapat menunjukkan keadaan
seperti hypertensi heart disease arteriole nefrosclerosis.
2.2. Klasifikasi
2.2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Rendah : 90/60 mmHg
Normal : 90/60 mmHg - 140/90 mmHg
Hypertensi perbatasan : TD sistolik normal kadang-kadang 90
100 mmHg
Hypertensi ringan : tekanan darah diastolik 90 100 mmHg
Hypertensi sedang : tekanan darah diastolik 105 114 mmHg
Hypertensi berat : tekanan darah diastolik lebih dari 115 mmHg,
Kadang-kadang disertai kelainan jantung atau otak.
Hypertensi maligna : tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg
disertai dengan gangguan fungsi target organ.
Hypertensi sistolik : tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
2.2.2.Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Normal < 120 < 80
Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat
melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif
dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.
Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan
kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor 1
daripada reseptor 2. Hasilnya agen tersebut kurang merangsang
bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non
selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari
kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer.
Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan
efek akan hilang jika dosis tinggi.
Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas
intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis
reseptor .
Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi
tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada
pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan
sel endothelial. Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah
pembuluh darah bukan ginjal. Pada kenyataannya, inhibitor ACE
menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma
normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam
hipertensi.
Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE)
dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases.
Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan
langsung reseptor angiotensin tipe I, reseptor yang memperentarai efek
angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak mencegah
pemecahan bradikinin.
Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap
tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular
menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium
dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin)
memberikan efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan menghasilkan efek inotropik
negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan
konduksi AV dan denyut jantung dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.
Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang menginhibisi katekolamin pada sel
otot polos vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2
sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.
VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor
dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan
pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga
mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.
Inhibitor Simpatetik Postganglion
Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal simpatetik postganglionik dan inhibisi
pelepasan norepinefrin terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan
resistensi vaskular perifer .
5.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan
yang tinggi yang menjadi penyebab kematian kedua setelah
stroke. Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013,
prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada umur >18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi
cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%)
kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien
Puskesmas Suka Menanti Pasaman Barat selama tahun
2016, kasus hipertensi sebanyak 1880 dan hipertensi masuk
ke dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Suka
Menanti.
Saran
Ditingkatkannya jumlah usaha promosi kesehatan tentang hipertensi
sehingga meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Suka menanti.
Diharapkan peran pemerintah terkait dalam usaha meningkatkan sarana
dan prasarana penunjang akses transportasi dan komunikasi di wilayah
kerja Puskesmas Suka menanti untuk masa yang akan datang.
Diharapkan agar ditingkatkannya kegiatan seperti posbindu atau poslansia
untk menjaring penderita hipertensi dan memberikan motivasi untuk
kontrol rutin tekanan darah ke puskesma atau fasilitas kesehatan terdekat.
Dibutuhkan kerja sama lintas sektoral yang lebih baik dalam usaha untuk
tercapainya tekanan darah terkontrol pada penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Suka menanti di masa yang akan datang.