Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KEGIATAN KELUARGA BINAAN

PUSKESMAS SAMUDERA
KASUS FILARIASIS DENGAN KEHAMILAN

Pembimbing :
Dr.Yuziani, M.Si
Dr. Jarita

OLEH :
Muhammad Kabir
Almira Ulfa
Sri Marlinda
Lili Rahmansari
Nadra Dwi Silvana
Inda Wardhana Bangun
Ira Suryani Maya
Latar Belakang
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit
menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh
nyamuk.
Tahun 2000 WHO mendeklarasikan The Global Goal
of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public
Health Problem by the Year 2020.
Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan
jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe
Aceh Darussalam (2.359 orang), Nusa Tenggara
Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang).
Tinjauan Pustaka
Filariasis (penyakit kaki gajah) ialah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh cacing
filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah


bening sehingga menyebabkan kerusakan pada
sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut
berupa peradangan kelenjar dan saluran getah
bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal
paha dan ketiak tetapi dapat pula di daerah lain.

Peradangan ini disertai demam yang timbul berulang


kali dan dapat berlanjut menjadi abses yang dapat
pecah dan menimbulkan jaringan parut
Epidemiologi Filariasis
A. Distribusi Menurut Orang (Person)
Filariasis dapat menyerang semua golongan
umur baik anak-anak maupun dewasa, laki-
laki dan perempuan.
Dari beberapa penelitian ditemukan
penderita filariasis proporsi terbesar berjenis
kelamin laki-laki (58,1%), berada pada
kelompok usia produktif (71%),
berpendidikan rendah (68,6%),
berpengetahuan kurang (58,6%), dan
berpenghasilan rendah (80%)
B. Distribusi Menurut Tempat (Place)
Daerah endemis filariasis pada umumnya adalah daerah
dataran rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman,
persawahan, rawa-rawa dan hutan.
Berdasarkan laporan Depkes tahun 2009, tiga provinsi
dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah NAD
(2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang) dan
Papua (1.158 orang)
C. Distribusi Menurut Waktu (Time)
Menurut Depkes RI (2009), secara epidemiologi cacing
filaria dibagi menjadi 6 tipe yaitu :
1. Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)
2. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural)
3. Brugia malayi tipe periodik nokturna
4. Brugia malayi tipe subperiodik nokturna
5. Brugia malayi tipe non periodik
6. Brugia timori tipe periodik nokturna
Determinan Filariasis
A. Faktor Agent (Penyebab Filariasis)
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing
filaria, yaitu:
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Wuchereria bancrofti

Brugia malayi
Vektor

Nyamuk Mansonia
spp
B. Faktor Host

a.Manusia
Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk dapat
tertular filariasis apabila digigit oleh nyamuk infektif
(mengandung larva stadium III).
Biasanya pendatang baru ke daerah endemis
(transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan
lebih menderita dari pada penduduk asli.
Gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki karena pekerjaan
fisik yang lebih berat

b. Hewan
Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber
penularan filariasis (hewan reservoir).
Hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non
periodik yang ditemukan pada lutung (Presbytis criatatus),
kera (Macaca fascicularis), dan kucing (Felis catus)
C. Faktor Lingkungan (Environment)
Lingkungan Fisik
(1) Suhu Udara
(2) Kelembaban Udara
(3) Curah Hujan
(4) Air
(5) Angin
(6) Sinar Matahari
(7) Rumah

Lingkungan Biologi
Contoh lingkungan biologi adalah adanya tanaman air sebagai tempat
pertumbuhan nyamuk Mansonia sp. Daerah endemis Brugia malayi adalah
daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai atau badan air yang ditumbuhi
tanaman air.

Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya


Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari, keluar pada malam hari, dan
kebiasaan tidur berkaitan dengan intensitas kontak vektor.
Cara Penularan Filariasis
Patogenesis Filariasis
Secara umum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi
fase dini dan fase lanjut.

Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing
dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur.
Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran limfe kecil yang
terdapat di kulit.

Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis tersebut


disebabkan karena cacing filaria dewasa yang tinggal dalam
saluran limfe menimbulkan pelebaran (dilatasi) saluran limfe dan
penyumbatan (obstruksi), sehingga terjadi gangguan fungsi
sistem limfatik

Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan


individu terhadap parasit, seringnya mendapat tusukan nyamuk,
banyaknya larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya
infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur.
Manifestasi Klinis Filariasis
Gejala-gejala yang terdapat pada penderita Filariasis
meliputi gejala awal (akut) dan gejala lanjut (kronik).

Gejala Klinis Akut Filariasis


Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis,
adenolimfangitis yang disertai demam, sakit
kepala, rasa lemah dan timbulnya abses.

Abses dapat pecah dan kemudian mengalami


penyembuhan dengan menimbulkan parut,
terutama di daerah lipat paha dan ketiak.
Manifestasi Klinis Kronis Filariasis
Limfedema

Infeksi oleh W. bancrofti

Infeksi oleh W. bancrofti


Lymph Scrotum
Kiluria
Hidrokel
Stadium Limfedema Filariasis

Penentuan stadium limfedema dibuat sebelum dan


sesudah pengobatan dan penatalaksanaan kasus.
Diagnosis Filariasis
A. Diagnosis Parasitologi
B. Radiodiagnosis
C. Diagnosis Imunologi

Pemberantasan Filariasis
Untuk melaksanakan Eliminasi ini WHO menetapkan 2
strategi utama yaitu:
Pemutusan rantai penularan dengan cara pengobatan
massal kepada penduduk di Kecamatan Endemis,
dengan menggunakan DEC dan Albendazole setahun
sekali, selama 5 10 tahun.
Penatalaksanaan kasus klinis untuk mencegah
kecacatan.
Survei darah jari
Survei darah jari adalah identifikasi mikrofilaria
dalam darah tepi pada suatu populasi yang
bertujuan untuk menentukan endemisitas daerah
tersebut dan intensitas infeksinya.

Survei darah jari dilakukan di desa yang


mempunyai kasus kronis terbanyak.

Cara pengambilan sampel adalah mengumpulkan


penduduk sasaran survei yang tinggal di sekitar
kasus kronis yang ada di desa lokasi survei.

Pengambilan darah dilakukan pada pukul 20.00


malam
Penatalaksanaan Filariasis
1. Pengobatan Massal
Pengobatan massal dilaksanakan di daerah endemis
filariasis yaitu daerah dengan angka Mf rate > 1%.
Pengobatan massal menggunakan kombinasi Diethyl
Carbamazine Citrate
(DEC) dosis tunggal 6mg/kg berat badan, Albendazol 400
mg (1 tablet) dan Paracetamol (sesuai takaran) yang
diberikan sekali setahun selama 5 tahun pada penduduk
yang berusia 2 tahun ke atas
2. Pengobatan Kasus Klinis (Individual)

Pada semua kasus klinis filariasis di daerah endemis


maupun non endemis diberikan DEC 3x1 tablet
100mg selama 10 hari dan parasetamol 3x1 tablet
500 mg dalam 3 hari pertama untuk orang dewasa.

Dosis anak disesuaikan dengan berat badan.

Bila penderita berada di daerah non endemis


pemberian DEC dengan dosis 3 x 100mg selama 10
hari sudah cukup.

Langkah selanjutnya adalah pembersihan dan


perawatan diri
Obat yang Digunakan Untuk Kejadian
Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis
1. Parasetamol (Para-Aminofenol;
Asetaminofen)
2. Antasida Doen
3. Klorfeniramin Maleat (CTM)
4. Kortikosteroid
Prednisone tablet
Deksametasone tablet/injeksi
Kortison asetat injeksi
Pencegahan

Prinsip utama agar terhindar atau mencegah infeksi


mikrofilaria positif dan filariasis adalah menghindarkan diri
dari gigitan nyamuk vektor infektif atau berusaha seminimal
mungkin kontak dengan nyamuk vektor menggunakan
spraying dan antimosquito fumigants.

Pengurangan populasi vektor perlu mendapatkan perhatian


dengan cara:
1) Reduction of vector breeding habitats dengan perbaikan
keadaan lingkungan; dan
2) Reductionvector densities dengan pengendalian kimiawi
(insektisida) maupun biologis
Peran Serta Masyarakat
Menurut Depkes RI (2005), tindakan pencegahan dan
pemberantasan filariasis yang dapat dilakukan adalah:
Melaporkan ke Puskesmas bila menemukan warga desa
dengan pembesaran kaki, tangan, kantong buah zakar,
atau payudara.
Ikut serta dalam pemeriksaan darah jari yang dilakukan
pada malam hari oleh petugas kesehatan.
Minum obat anti filariasis yang diberikan oleh petugas
kesehatan.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar bebas
dari nyamuk penular.
Menjaga diri dari gigitan nyamuk misalnya dengan
menggunakan kelambu pada saat tidur.
Nama : Ny. N
Umur : 32 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kuta Geulumpang
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Aceh
Tanggal Pemeriksaan : 31 Agustus 2015
Anamnesis
Keluhan utama : Bengkak kaki kiri
Keluhan tambahan : Lemas
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang perempuan, 32 tahun mengalami pembengkakan pada
kaki kiri yang sudah dialami sejak 2 tahun 4 bulan. Awalnya
pasien mengeluhkan demam selama 3 hari terutama pada
malam hari disertai kemerahan dan nyeri pada kaki kiri. Keluhan
ini juga disertai bengkak pada kaki kiri, nyeri kepala, dan mual
Menurut pasien serangan seperti demam dan menggigil
dirasakan berulang. Keluhan tersebut dirasakan lebih dari 3 kali
dalam setahun, dengan jarak biasanya 3 bulan. Jika serangan
tersebut menyerang selalu disertai dengan kemerahan pada kaki
dan terasa nyeri. Namun sudah 1 tahun ini keluhan tersebut tidak
pernah dirasakan lagi, akan tetapi bengkak di kaki kiri pasien
menetap sampai sekarang.
Pasien mengaku ketika keluhan tersebut
menyerang, pasien tidak langsung berobat ke
puskesmas, namun pasien membeli obat
sendiri dan berobat dukun kampung.
Saat ini pasien sedang mengandung anak
kedua dengan usia kehamilan 7 bulan. Selama
kehamilan ini pasien baru sekali memeriksa
kehamilannya ke Puskesmas. Pasien tidak
mengeluhkan apapun terhadap kehamilannya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Penyakit : Penyakit kusta (+)
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : Ibu pasien menderita hipertensi
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
Riwayat OAT : disangkal

Riwayat Penggunaan Obat


Pasien pernah mengonsumsi obat MDT (multidrug therapy)
untuk terapi penyakit kusta selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang kesehariannya suka
menganyam tikar.
Keluarga Ny.N terdiri dari suaminya bernama Tn.M sebagai
kepala keluarga dan 1 orang orang anak yaitu perempuan.
Sekarang Ny.N sedang mengandung anak kedua dimana usia
kehamilannya 7 bulan.

Riwayat Kesehatan Lingkungan


Ny. N tinggal di daerah pesisir pantai dan lingkungan
perumahan dikelilingi oleh tambak ikan.
Perumahan daerah tempat tinggal Ny.N banyak terdapat
tumbuhan pandan tikar yang tumbuh di samping rumah
sehingga merupakan salah satu faktor resiko tempat
bersarangnya nyamuk.
penyediaan air bersih juga sangat jauh dari rumah, air sumur
berwarna sangat keruh dan terasa asin
Vital Sign

suhu

Compos 110/80 84 kali 20 kali/


36,50C
Mentis mmHg /menit menit
Kulit
Warna : sawo matang, terdapat bercak-
bercak putih di kedua kaki, badan,
dan leher.
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Edema : (+)

Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Tersebar rata, Sukar dicabut
Mata : Kesan Normal
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-), gigi tanggal (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)

Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : R+2 cmH2O

Axilla
Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan fisik dada
Paru
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thoracoabdominal
Retraksi : (-)

Palpasi
Pergerakan dada simetris
Nyeri tekan (-/-)
Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri

Perkusi
Sonor (+/+)

Auskultasi
vesikuler (+/+); ronkhi basah (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V LMCS
Perkusi : Batas jantung atas : di ICS III
Batas jantung kanan : di Linea Parasternalis Dekstra
Batas jantung kiri : di ICS V LMCS.
Auskultasi : BJ I > BJ II di katup mitral, regular, bising (-), gallop (-)

Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas
superior : pucat (-/-) edema (-/-),akral dingin (-/-)

Ekstremitas
Inferior : pucat (-/-) edema (-/+) non pitting,akral dingin
(-/-)
Status Obstetri
Paru
Status kehamilan : G2P1A0
HPHT : 19-02-2015
TTP : 26-11-2015
Usia Kehamilan: 28-30 minggu
Pemeriksaan :
1. Inspeksi : Perut tampak membuncit (sesuai dengan kehamilan
aterm), hiperpigmentasi di areola, striae gravidarum
(+), Linea nigra (-)
2. Palpasi
Leopold I : teraba bagian bundar dan lunak, TFU 3 jari dibawah
prosesus xifoideus
Leopold II : teraba tahanan keras dan memanjang di sisi
kanan, dan bagian-bagian kecil di sisi kiri
Leopold III : teraba bagian bulat dan keras
Leopold IV : mudah digoyangkan
3. Perkusi : Tidak dilakukan
4. Auskultasi : Tidak dilakukan
5. Vaginal Toucher : Tidak dilakukan
Rencana Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah rutin


Pemeriksaan darah tepi
Biopsi kelenjar
ELISA
USG Dopler

Diagnosis
Filariasis + G2P1A0
Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Membersihkan bagian kaki yang bengkak
secara rutin
Meninggikan bagian yang bengkak (elevasi)
Latihan otot (exercise)
Pemakaian alas kaki yang sesuai dan
nyaman
Farmakologis
Pemberian Dietilkarbamazin (DEC) 3x100 mg
sesudah makan selama 12 hari.
Pengobatan ditunda selama kehamilan
Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam


Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Pencegahan
Ditujukan kepada keluarga pasien dan warga sekitar.
Promosi tentang filariasis,menciptakan lingkungan yang tidak
memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang.
Primer

Tujuannya adalah untuk menghentikan proses penyakit, mencegah


penyebaran penularan penyakit, mencegah komplikasi dan gejala sisa
serta memperpendek masa disabilitas.
Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu pemeriksaan
Sekunder mikroskopis darah, pengobatan segera

Tujuannya adalah untuk mengembalikan individu tersebut sehingga dapat


hidup berguna di masyarakat dengan keadaan terbetas.
Usaha yang dilakukan adalah menyediakan sarana-sarana pelatihan dan
Tersier pendidikan dirumah sakit dan tempat-tempat umum.
Anjuran Terhadap Keluarga
A. Menghindari gigitan nyamuk
Menggunakan kelambu sewaktu tidur
Menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk
Menggunakan obat nyamuk semprot atau bakar
Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk
B. Memberantas nyamuk
Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk
Menimbun , mengeringkan, atau mengalirkan genangan
air sebagai tempat perindukan nyamuk
Membersihkan semak-semak disekitar rumah
Tidak menggantung baju di dalam rumah
Kendala yang dihadapi
Kurangnya pengetahuan pasien dan
keluarga terhadap penyakit filariasisi,
dimana keluarga menilai penyakit
tersebut bukan penyakit medis.
Kurangnya kemauan pasien dan
keluarga untuk memberantas nyamuk
penyebab filariasis.
Kurangnya kepedulian pasien dan
keluarga terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi.
ANALISA KASUS
Kasus Teori

Pada pasien ini didapatkan beberapa Sesuai kriteria gejala klinis Filariasis
gejala yang terjadi yaitu : Gejala akut :
- Demam berulang lebih dari 3 kali 1. Demam berulang ulang selama 3-5
dalam setahun, hari .Demam dapat hilang bila
-Demam menghilang ketika beristirahat, istirahat dan timbul lagi setelah
- Pembengkakan kaki kiri disertai bekerja berat
kemerahan dan nyeri, Edema non 2. Pembengkakan kelenjar getah bening
pitting, 3. Abses filarial
- Pembengkakan kiri menahun, 4. (Limfedema dini)
Penebalan kulit di daerah
pembengkakan. Gejala Kronik
1. Pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan,
buah dada, buah zakar (elephantiasis
skroti)
Kasus Teori

Pada kasus ini pasien 1. Pada semua kasus klinis


direncanakan diberi terapi filariasis di daerah endemis
farmakologi Dietilkarbamazin maupun non endemis
(DEC) 3x100 mg sesudah makan diberikan DEC 3x1 tablet
selama 12 hari . pemberian 100mg selama 10 hari dan
Dietilkarbamazin (DEC) parasetamol 3x1 tablet 500
bertujuan untuk membunuh mg dalam 3 hari pertama
mikrofilarial dalam peredaran untuk orang dewasa.
darah.Namun pada pasien ini
belum diberikan karena dalam
keadaan hamil.
Saran
Puskesmas
Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis
Memperkuat kerja sama lintas progam dan lintas sektor, serta kerjasama
lembaga mitra kerja lainya
Bagian Family Medicine
Diharapkan dengan adanya kegiatan home visit ini dapat menjadi acuan
dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Diharapkan hasil kegitan home visit ini dapat dijadikan data penelitian
penyakit menular.
Keluarga
Dapat menjadi masukan dalam merubah pola hidup sehari-hari.
Mendorong keluarga untuk melakukan skrinning.
Mendorong keluarga untuk menghindari gigitan nyamuk dan
memberantas nyamuk penyebab filariasis.
Tanggal 31 Agustus 2015
S Bengkak pada kaki kiri
O: Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 84 x/menit
Pernapasan 20 x/ menit
Temperatur 36,8 0C
F Pem. Fisik : Kepala konjungtiva Anemis (-),
O Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax: Normochest, stem fremitus (N/N), sonor (+/+) Vesikuler
L Jantung (+/+),
L Abdomen BJ I/ BJ II, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas atas Bising usus (+) normal
O Ekstremitas bawah Status Obstetri Edema (- /-)
Inspeksi Edema (- / +)
W Palpasi Perut tampak membuncit (sesuai umur kehamilan)
TFU 3 jari di bawah prosesus xifoideus (28cm)
U A Filariasis + G2P1A0
P Non farmakologi :
P Membersihkan bagian kaki yang bengkak secara rutin
Meningikan bagian kaki yang bengkak
Latihan otot (exercise)
Pemakaian alas kaki yang sesuai
Rencana Menggunakan kelambu sewaktu tidur
Menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk
Menggunakan obat nyamuk semprot atau bakar
Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk
Tanggal 02 September 2015
S Bengkak pada kaki kiri
O: Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 82 x/menit
Pernapasan 20 x/ menit
Temperatur 36,8 0C
F Keadaan spesifik
Kepala konjungtiva Anemis (-),
O Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax: Normochest, stem fremitus (N/N), sonor (+/+) Vesikuler (+/+),
L Jantung BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
L Abdomen
Ekstremitas atas
Bising usus (+) normal
Edema (- /-)
O Ekstremitas bawah Status Obstetri Edema (- / +)
Inspeksi Perut tampak membuncit (sesuai umur kehamilan)
W Palpasi TFU 3 jari di bawah prosesus xifoideus (28cm)
A Filariasis + G2P1A0
Non farmakologi :
U P
Membersihkan bagian kaki yang bengkak secara rutin
Meningikan bagian kaki yang bengkak
P Latihan otot (exercise)
Pemakaian alas kaki yang sesuai
Rencana Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk
Menimbun , mengeringkan, atau mengalirkan genangan air
sebagai tempat perindukan nyamuk
Membersihkan semak-semak disekitar rumah
Tidak menggantung baju di dalam rumah
Tanggal 09 September 2015
S Bengkak pada kaki kiri
O: Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 84 x/menit
Pernapasan 20 x/ menit
Temperatur 36,8 0C
F Keadaan spesifik konjungtiva Anemis (-),
Kepala Pembesaran KGB (-)
O Leher Normochest, stem fremitus (N/N), sonor (+/+) Vesikuler
L Thorax
Jantung
(+/+),
BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
L Abdomen Bising usus (+) normal
Ekstremitas atas Edema (- /-)
O Ekstremitas bawah Status Obstetri Edema (- / +)
Inspeksi Perut tampak membuncit (sesuai umur kehamilan)
W Palpasi TFU 3 jari di bawah prosesus xifoideus (28cm)
A Filariasis + G2P1A0
P Non farmakologi :
U Membersihkan bagian kaki yang bengkak secara rutin
Meningikan bagian kaki yang bengkak
P Latihan otot (exercise)
Pemakaian alas kaki yang sesuai
Rencana Menggunakan kelambu sewaktu tidur
Menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk
Membersihkan semak-semak disekitar rumah
Tidak menggantung baju di dalam rumah
Tanggal 12 September 2015
S Bengkak pada kaki kiri
O: Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 82 x/menit
Pernapasan 20 x/ menit
Temperatur 36,8 0C
F Keadaan spesifik Kepala
Leher
konjungtiva Anemis (-),
Pembesaran KGB (-)
O Thorax: Normochest, stem fremitus (N/N),sonor (+/+), Vesikuler(+/+)
Jantung BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
L Abdomen Bising usus (+) normal
Ekstremitas atas Edema (- /-)
L Ekstremitas bawah Edema (- / +)
O Status Obstetri
Inspeksi Perut tampak membuncit (sesuai umur kehamilan)
W Palpasi TFU 3 jari di bawah prosesus xifoideus (28cm)

A Filariasis + G2P1A0
U P Non farmakologi :
P Membersihkan bagian kaki yang bengkak secara rutin
Meningikan bagian kaki yang bengkak
Latihan otot (exercise)
Pemakaian alas kaki yang sesuai
Rencana Menggubur barang- barang bekas di sekitar rumah
Menutup lubang-lubang di sekitar rumah
Merapikan semak- semak di sekitar rumah
Dokumentasi
Before
After
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai