Anda di halaman 1dari 37

RHEUMATOID ARTHRITIS

Rina Kurnia
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN OKUPASI TERAPI
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit / gangguan pada
synovium yang bersifat kronis (exacerbations & remission).

Etiologi
- unknown; immunological reaction (Reaksi Autoimune)
immune reaction in synovial (inflamasi)
hypertropy of the synovium
weakening of the capsule, tendon & ligaments
destruction of cartilage & bone

drug therapy = modifying the immunological reaction &


inflammatory process in the synovial membrane
-M:F=1:3
- any races, any age (3th & 4th decades)

Diagnosis
- first indication : symmetrical polyarthritis (hand & feet) ;
but the residual deformities may be asymmetric
- presence of subcutaneous rheumatoid nodules
- (radiology) cartilage destruction / bony erosions
- rheumatoid factor (RF) + (antibody in the serum)
- (ARA) memenuhi kriteria diagnostik RA :
the traditional format & the tree format (more accurate)
subcutaneous rheumatoid nodules
Sendi yang terserang
Tangan : wrist, MCP, PIP : 85%
Kaki : ankle, MTP : 80%
Lutut : 80%
Siku : 70%
Shoulder : 60%
Leher : 35%
Hip : 27%
Temporomandibular : 23%
Patologi
Inflamasi pada jaringan sinovial, tendon dan bursae
sendi.

Kelebihan cairan menyebabkan pembengkakan atau


penebalan sinovium.

Tekanan dalam sendi, mengulur dan melemahkan


kapsul sendi dan ligament.

Merusak kapsul, ligament, kartilago dan tulang


subkondral yang dapat merusak sendi dan
menimbulkan deformitas.
Course & Prognosis
- slow insidious onset (60-70%), intermediate onset
(15-20%) & acute severe onset (8-15%)
- 3 patterns of course :
1. intermittent
* 20-30 % mengalami remisi (pasien merasa
lebih baik) dan eksaserbasi (pasien merasa
lebih buruk)
* tiap eksaserbasi penyakit menjadi lebih berat
* treatment menekankan pada memperoleh
kembali ROM dan kemampuan fungsional
2. long clinical remissions
* pernah mengalami inflamasi tetapi diikuti remisi
10-30 tahun
3. progressive unremitting course
* 3 % dari pasien RA
* derajat fungsional: klas IV
classification of progression of
RA
prognosis cant be predicted ; sign & symptom dpt
dipakai sbg dasar
peripheral joints > proximal joints
the patients functional ability can vary;

STAGE I EARLY
STAGE II MODERATE
STAGE III SEVERE
STAGE IV TERMINAL
Classification of Progression Of Rheumatoid Arthritis
( * kriteria yang harus terpenuhi )

Early
1. (roentgen) tdk menunjukkan adanya kerusakan kartilago/tulang *
2. (roentgen) tdp tanda osteoporosis

Moderate
1. (roentgen) osteoporosis dgn / tanpa kerusakan tulang subchondral ; terdapat
sedikit kerusakan pada kartilago *
2. tdk terjadi deformitas sendi meskipun mungkin disertai keterbatasan LGS *
3. atropy otot
4. kerusakan jaringan ekstraartikular spt terbentuknya nodules & tenosynovitis
Severe
1. (roentgen) menunjukkan kerusakan kartilago & tulang yang disertai
osteoporosis *
2. terjadi deformitas sendi (subluksasi, ulnar deviasi atau hyperekstensi) tanpa
disertai ankylosis (fibrous / tulang) *
3. atropi otot
4. kerusakan jaringan ekstraartikular spt terbentuknya nodules & tenosynovitis

Terminal
1. terjadi ankylosis (fibrous / tulang) *
2. semua kriteria severe
Diagnostic Criteria for Rheumatoid Arthritis
(Traditional Format) *

1. Morning stiffness
2. Arthritis of 3 or more joint areas
3. Arthritis of hand joints
4. Symmetric swelling
5. Rheumatoid nodules
6. Serum RF (Rheumatoid Factor+)
7. Radiographic changes

*. The patient must have at least 4 of these 7 criteria. Criteria 1 4


must have been present for at least 6 weeks.
Classification Tree Criteria
(The Diagnostic Criteria for RA) *

1. Arthritis of three or more joint areas


2. Arthritis of hand joints
wrist
MCP
MCP and wrist
3. Symmetric swelling (arthritis)
4. Serum RF
5. Radiographic changes of RA

*. The patient must have two of these five criteria & clinical diagnosis of RA. Criteria
1, 2 & 3 must have been present for at least 6 weeks
The ARA Functional Classification

Class I : complete functional capacity with ability to


carry on all usual duties without handicaps
tidak mengalami kesulitan mengerjakan aktivitas
sehari-hari
Class II : functional capacity adequate to conduct normal
activities despite handicap or discomfort or
limited mobility of one or more joints
mengerjakan aktivitas sehari-hari mengalami
handicap atau ketidaknyamanan/ terbatas gerak
pada satu sendi / lebih
Class III : functional capacity adequate to perform only a
few or none of the duties of the patients usual
occupation or of self-care hanya mampu
mengerjakan beberapa aktivitas
Class IV : largely or wholly incapacitated with patient
bedridden or confined to a wheelchair,
permitting little or no self-care hampir semua
aktivitas tidak bisa dikerjakan: tidur saja
Symptoms
- articular & periarticular symptoms
- systemic manifestations
- symptoms associated with involvement of organs
(lung, vascular & cardiac complications)

Therapy
- evaluasi (extremity, function & functional activity)
- fabrication & use of orthotics
- instruction in JPT, WS, EC, adaptive methods & use of
assistive equipment
- heat or cold application
- instruction in activities or exercise to maintain ROM,
muscular strength and functional activity
PATHOMECHANIC
Dengan memahami proses patomekanik RA, maka
konsep dasar program terapi untuk RA pada tangan
antara lain :
Kontrol inflamasi
Mempertimbangkan semua jaringan pada tangan
Berfokus pada sistem persendian daripada sendi yang
terkena
Kenapa Mempertimbangkan
Kenapa Kontrol Inflamasi? Semua Jaringan Pada Tangan?

Evaluasi dan kontrol Bahwa proses


inflamasi dipakai pengrusakan kapsul
sebagai dasar terapi sendi dapat
karena adanya melibatkan jaringan
synovitis pada wrist, lunak termasuk
persendian, jari-jari tendon, otot, dan saraf
dan tendon sheath
menyebabkan
perubahan fungsi
EVALUATION
Medical & Social History
Pemeriksaan Fisik
Kulit
Tendon
Otot
Saraf
Persendian
Functional Assessment
Medical & Social History

Harus menggambarkan status fungsional


Informasi penting dapat diperoleh dari rujukan dokter,
rekam medis atau selama interview pasien
Wawancara merupakan bagian penting untuk
memahami persepsi pasien tentang kondisinya
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan harus obyektif dan dicatat hasilnya


Edema
AROM
PROM
Grip
Pinch
Karena RA berhubungan dengan semua jaringan
lunak pada tangan maka pemeriksaan fisik juga harus
melibatkan semua sistem yang terlibat meliputi : kulit,
tendon, otot, saraf dan persendian
KULIT
Pemeriksaan fisik tangan dimulai dengan pemeriksaan
kulit
Inflamasi akut ditandai dengan area yang merah,
panas/hangat
Warna kulit abnormal sebagai tanda adanya vasculitis,
raynaud phenomenon/ischemic skin lesion
Adanya subkutaneus nodule hendaknya dicatat dan
diukur lokasi dan ukurannya
TENDON
Tenosynovitis adalah inflamasi pada sarung tendon
synovial
Terjadi pada tendon fleksor maupun tendon ekstensor
Sering terjadi rupture tendon pada ekstensor jari
manis dan kelingking
Tenosynovitis akut ditandai dengan bengkak, kaku
dan nyeri saat AROM
Tendon dipalpasi saat istirahat dan gerak aktif
Catat adanya pembengkakan,adanya nodule tendon
OTOT
Kelemahan otot terjadi sebagai hasil perjalanan penyakit
RA yang melibatkan jaringan otot intrinsik dan ekstrinsik
Kelemahan otot dapat terjadi karena tidak digunakan saat
nyeri dan keterbatasan fungsi sendi dalam waktu yang
lama
Kekuatan otot diukur melalui : dynamometer, pinch meter,
dan MMT
Pengukuran ROM dan KO dilakukan setiap hari
CATAT : lokasi, muncul saat apa, nyerinya bagaimana,
berapa kali/hari nyerinya, ada kekakuan/kelemahan tidak,
kapan? Tipenya bagaimana, dosis medikasinya?
SYARAF
Hilangnya fungsi otot, kelemahan dan atropi bisa
terjadi karena neuropathy
Peripheral neurophaty pada penyakit rematik
dipercaya disebabkan karena arthritis dan gangguan
suplai darah pada saraf
Kompresi neurophaty dapat juga terjadi karena adanya
synovitis pada flexor jari-jari yang menyebabkan
kompresi syaraf pada carpal tunnel
Dilakukan tes sensori
PERSENDIAN
Evaluasi deformitas persendian didasarkan pada anatomi
yang normal, perubahan struktur sendi akibat RA, dan efek
dari kekuatan dalam persendian
Pertimbangan umum
Synovitis
Integritas sendi
Krepitasi
Aktif & pasif motion
Evaluasi sendi khusus
Wrist, thumb, MCP joint, IP joint, boutonnier deformity,
swan neck deformity, mallet deformity
swan neck deformity
boutonnier deformity
mallet deformity
Rheumatoid arthritis (late stage)
FUNCTIONAL ASSESSMENTS
Tujuan terapi arthritis adalah untuk
meningkatkan/mempertahankan fungsional pasien
pada ADL
Pemeriksaan fungsional pada rematik tangan
dilakukan sebagaimana deskripsi penggunaan tangan
pada ADL
TREATMENT
TUJUAN UMUM :
Mengurangi nyeri dan inflamasi
Mempertahankan mobilitas & stabilitas sendi
Memepertahankan & meningkatkan fungsi tendon, otot &
keseimbangan gerakan

TEKNIK TERAPI
A. MODALITAS
B. SPLINTING
C. LATIHAN
D. JOINT PROTECTION
A. MODALITAS
Heat (pemanasan) dan kompres dingin
Superficial heat modalities : paraffin, moist heat
packs, electric heating pads
Electrical stimulation
Ketika memilih modalitas, terapis harus tetap berfikir
bahwa RA adalah penyakit kronik harus
mempertimbangkan, penggunaan jangka panjang &
home program
B. SPLINTING
Kontrol inflamasi adalah prioritas pertama pd RA
Istirahat sendi lokal dapat menggunakan static splinting yg
berguna utk menurunkan kejadian trauma pd area yg terkena
Splint merupakan alat utk mengurangi nyeri yg terjadi saat gerak
& dpt membantu fungsi
Pemilihan splint harus mempertimbangkan tentang sistem
persendian
Pertimbangan penting bahwa splint diperlukan dlm perawatan
jangka panjang
Bahan splint & strap dipilih yg sesuai
Dinamik splint didesain secara gentle utk waktu yg lama &
mengulur secara pasif
Aplikasi Kekuatan yg berlebihan dpt meningkatkan inflamasi &
menyebabkan injuri mekanik/rusaknya jaringan
Dinamik splint digunakan secara selektif & dpt mengurangi
kontraktur sendi & mengontrol gerakan pd kasus operasi
Dinamik splint tdk diapaki selama akut inflamasi
C. LATIHAN
Tujuan untuk mempertahankan & meningkatkan
kekuatan & daya tahan melalui gerak aktif dan pasif
Tahanan/pengulangan gerakan dapat memperparah
synovitis pd sendi & sarung tendon
Progressive Resisted Exercise (PRE) merupakan kontra
indikasi ketika inflamasi
Gerakan aktif, non resisted/light resistive exercise
berguna dalam mempertahankan otot
Isometric exercise penting, untuk support
persendian pd posisi yg benar
D. JOINT PROTECTION
Proteksi sendi adalah proses mengurangi stress
internal & eksternal persendian selama aktivitas
fungsional
Pelaksaan JPT secara umum dapat :
Menurunkan stress internal & eksternal persendian
Membantu dalam pengelolaan inflamasi
Meningkatkan kenyamanan dalam beraktivitas
Memperlambat perjalanan deformitas
PRINSIP JPT
Pertahankan kekuatan otot &
LGS
Hindari posisi deformitas
Gunakan sendi yg terkuat
untuk melakukan aktifitas
Gunakan setiap sendi pd
bidang anatomi yg stabil &
fungsional
Hindari penahanan
persendian/menggunakan
otot-otot pd satu posisi yg
lama
Hindari aktivitas yg tdk
selesai dlm waktu cepat
Perhatikan nyeri
SURGERY
tujuan utama untuk mencegah pengrusakan sendi,
menurunkan nyeri, meningkatkan fungsi dan
meningkatkan sisi kosmetik

Anda mungkin juga menyukai