PEMBIMBING
dr. Hisbullah, Sp. An. KIC.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
BAGIAN ILMU ANASTESI DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah
prosedur kegawatdaruratan medis yang
ditujukan untuk serangan jantung dan pada
henti napas.
1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Airway Control
Breathing Support
Circulation Support
Recorvery Position
2. Bantuan Hidup Lanjut (advanced life support )
3. Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonge life
support )
Tindakan kepala tengadah ( head tilt)
Tindakan ini dilakukan jika tidak
ada trauma pada leher. Satu
tangan penolong mendorong
dahi ke bawah agar kepala
tengadah
Tindakan dagu diangkat (chin lift)
Jari jemari satu tangan
diletekkan dibawah rahang,
yang kemudian secara hati-hati
diangkat keatas untuk
membawa dagu kearah depan.
Ibu jari dapat juga diletakkan
dibelakang gigi seri (incisor)
bawah dan secara bersamaan
dagu dengan hati-hati diangkat.
Maneuver chin-lift tidak boleh
menyebabkan hiperekstensi
leher.
Pada pasien
dengan trauma leher,
rahang bawah diangkat
di dorong kedepan pada
sendinya tanpa
menggerakkan kepala-
leher.
1. Look : Lihat apakah ada
gerakan dada (gerakan
bernapas), apakah
gerakan tersebut simetris.
2. Listen (mendengar bunyi
nafas) : Dengarkan
apakah ada suara nafas
normal, dan apakah ada
suara nafas tambahan
yang abnormal (bisa
timbul karena ada
hambatan sebagian).
3. Feel : Rasakan dengan
pipi pemeriksa apakah
ada hawa napas dari
korban.
1. Snoring : suara seperti
ngorok, kondisi ini menandakan
adanya kebuntuan jalan napas
bagian atas oleh benda padat,
jika terdengar suara ini maka
lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk
membuka mulut (menggunakan
2 jari, yaitu ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang digunakan
untuk chin lift tadi, ibu jari
mendorong rahang atas ke atas,
telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah). Lihatlah
apakah ada benda yang
menyangkut di tenggorokan
korban (ex: gigi palsu dll).
Pindahkan benda tersebut.
Gambar : Cross Finger
2. Gargling : suara seperti
berkumur, kondisi ini terjadi
karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan
(ex: darah), maka lakukanlah
cross-finger (seperti di atas),
lalu lakukanlah finger-sweep
(sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang
sudah dibalut dengan kain
untuk menyapu rongga
mulut dari cairan-cairan).
3. Crowing : suara dengan nada
tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama
tetap lakukan maneuver head tilt
and chin lift atau jaw thrust saja.
Jika suara napas tidak terdengar
karena ada hambatan total pada
jalan napas, maka dapat dilakukan :
-Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu
dengan memukul menggunakan
Gambar : Heimlich Maneuver telapak tangan daerah diantara
tulang scapula di punggung.
-Heimlich Maneuver, dengan cara
memposisikan diri seperti gambar,
lalu menarik tangan ke arah
belakang atas.
-Chest Thrust, dilakukan pada ibu
hamil, bayi atau obesitas dengan
cara memposisikan diri seperti
gambar lalu mendorong tangan
kearah dalam atas.
Gambar : Chest Thrust
NAPAS BUATAN TANPA ALAT
Human Mentation
Intensive Care
Langkah ini dilakukan untuk
menentukan dan memberi terapi
penyebab henti jantung dan menilai
tindakan selanjutnya, apakah
penderita dapat diselamatkan atau
tidak
Mentasi manusia diharapkan
dapat dipulihkan dengan tindakan
resusitasi otak yang baru. Tindakan-
tindakan ini meliputi penggunaan agen
vasoaktif untuk memelihara tekanan
darah sisitemik yang normal,
penggunaan steroid untuk mengurangi
sembab otak, dan penggunaan diuretik
untuk menurunkan tekanan
intrakranial.
Langkah ini merupakan
pengelolaan intensif berorientasi otak
pada penderita dengan kegagalan organ
multipel pascaresusitasi.
Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila ada
salah satu dari berikut ini :
Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif
Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang
bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila ada dokter)
Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila ada dokter
sebelummnya)
Penolong terlalu kelelahan sehingga tidak sanggup meneruskan
resusitasi
Pasien dinyatakan mati.
Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien
berada dalam stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan
atau hampir dapat dipastikan bahwa fungsi cerebral tak akan pulih (yaitu
sesudah 30-60 menit terbukti tak ada nadi pada normotermia tanpa
resusitasi jantung paru)
Tidak ada aktivitas listrik jantung (asistol) selama paling sedikit 30 menit
walaupun dilakukan upaya resusitasi jantung paru dan terapi obat yang
optimal menandakan mati jantung
Resusitasi jantung paru dilakukan untuk membebaskan jalan napas
dengan tetap memperhatikan kontrol servikal. Tindakan resusitasi
merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya
untuk menyelamatkan hidup. Tindakan resusitasi ini dimulai dengan
penilaian secara tepat dan kesadaran penderita kemudian di lanjutkan
dengan pemberian bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk oksigenasi
darurat antara lain :
Airway Management ( pemeliharaan jalan napas ) adalah tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.
Untuk menilai pemeriksaan jalan napas, terdapat 3 tahapan yaitu :
L = Look atau Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela
iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong
Kompresi dilakukan terlebih dahulu dalam kasus yang terdapat henti pernafasan atau
henti jantung karena setiap detik yang tidak dilakukan kompresi merugikan sirkulasi
darah dan mengurangkan angka keselamatan korban.
Prosedur RJP terbaru adalah kompresi dada 30 kali dengan 2 kali napas
buatan.