Anda di halaman 1dari 61

PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI

Pembimbing : dr. Samino, Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU


NEUROLOGI
TINGKAT KESADARAN
Normal : kompos mentis
Somnolen
keadaan mengantuk,
Penderita masih bisa diberirangsangan, memberi jawaban dan
menangkis rangsangan
Sopor (stupor)
Kantuk yang dalam
Dibangunkan dengan rangsangan kuat, namun segera menurun
lagi
Gerak motorik untuk menangkis masih baik
Koma-ringan (semi-koma)
Tidak ada respon verbal, ada respon nyeri
Reflek kornea, pupil dsb masih baik
Koma (dalam atau komplit)
Tidak ada gerakan spontan
Tidak ada respon rangsang nyeri
Compos Mentis= 15
Somnolen =12-14
Sopor (stupor) =9-11
Koma =3-8
Rangsang Meningeal

RANGSANG MENINGEAL

Kaku Kuduk Lasegue Kernig Sign


+ kita dapatkan tahanan + timbul rasa sakit dan + terdapat tahanan dan
dan dagu tidak dapat tahanan sebelum mencapai rasa nyeri sebelum atau
mencapai dada. Kaku kuduk 70 kurang dari sudut 135
dapat bersifat ringan atau Tanda Lasegue (+) dijumpai Kernig Sign (+) dijumpai pada
berat. pada meningitis, ischialgia, penyakit penyakit seperti
Kaku Kuduk (+) dijumpai pada iritasi pleksus lumbosakral yang terdapat pada tanda
meningitis, abses (ex.HNP lumbosakralis) lasegue (+).
retrofaringeal, arthritis di
servikal.
Brudzinski I Brudzinski II Brudzinski III
Penekanan pada Brudzinski IV
+ bila + Bila pipi kedua sisi tepat
gerakan fleksi timbul gerakan + gerakan
dibawah os
kepala disusul secara zygomaticus akan
fleksi secara
dengan gerakan reflektorik disusul oleh reflektorik pada
fleksi di sendi berupa fleksi gerakan fleksi kedua tungkai
lutut dan tungkai secara reflektorik disendi lutut
dikedua siku dan panggul.
panggul kedua kontralateral dengan gerakan
tungkai secara pada sendi lutut reflektorik keatas
reflektorik dan panggul sejenak dari kedua
lengan.
PEMERIKSAAN N. CRANIALIS

N I = N. OLFACTORIUS
Penderita diminta untuk mengidentifikasi apa yang
tercium olehnya jika suatu botol didekatkan pada
lubang hidungnya.
Pemeriksaan dilakukan terhadap kedua lubang
hidung.
Pemeriksaan dimulai dengan menyuruh penderita
menutup satu lubang hidung. Kemudian bahan
pemeriksaan kita dekatkan pada lubang hidung
sebelahnya.
Terciumnya bau-bauan secara tepat berarti fungsi
penciuman (N.1) kedua belah sisi adalah baik.
Kelainan penciuman:
Anosmia hilangnya daya penciuman
Hiposmia daya penciuman berkurang
Hiperosmia daya penciuman lebih tajam dari
normal
Parosmia rangsangan bau ada tetapi
identifikasinya salah
Halusinasi olfactorik mencium bau sesuatu
tanpa adanya rangsangan
N.II = N. Opticus
Fungsi: untuk penglihatan
Pemeriksaan meliputi:
Ketajaman penglihatan (visual acuity)
Tes kartu Snellen
Tes hitung jari
Tes gerakan jari
Tes cahaya

Lapangan pandang
Tes konfrontasi
Tes kampimetri/perimetri
Fundus oculi (funduscopy)
Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan
oftalmoskop.
Yang diperiksa adalah keadaan retina dan diskus
optikus atau papila nervi optici.
Penilaian:
Gambaran fundus oculi normal: Retina berwarna
merah-oranye
Pembuluh darah: vena lebih tebal dari arteri dan
berpangkal pada pusat papil dan memancarkan
cabang-cabangnya keseluruh retina dengan
perbandingan a:v = 2:3
Papil N.II: berwarna kuning kemerahan, bentuk
bulat, batas tegas dengan sekelilingnya,
mempunyai cekungan fisiologis (cupping).
Kelainan Papil :
- Papil Edema

- Papil Atrofi

Tes Warna (color vision testing)


Tes ini untuk mengetahui adanya buta warna
dengan menggunakan Ishihara.
Gangguan pengenalan warna ini sering ditemukan
pada kasus neuritis optika, lesi N.II atau lesi
khiasma opticum.
N.III, N.IV, N.VI = N.
Occulomotorius, N.
Trochlearis, N.
Abducen.

Ketiga saraf ini


dinamakan Nn.
Occulares karena
bersama-sama
mengurus gerakan
kedua bola mata.
M. Oblique
M. Rectus
inf (N III)
superior (N
III)

M. Rectus
med M. Rectus
N III lat
(N VI

M. Rectus
M. Oblique inf
sup N III
N IV
N.V = N. Trigeminus
N. Trigeminus terdiri
dari:
Saraf motorik, yang
mempersarafi otot
pengunyah yaitu M.
Masseter, M.
Temporalis, M.
Pterigoideus.
Saraf sensorik, yang
mempersarafi wajah
dalam 3 cabang yaitu
N. ophtalmicus, N.
Maxillaris,
N.Mandibularis.
Pemeriksaan:
Membandingkan sensasi kulit
satu sisi dengan sisi lain pada
daerah muka (dahi, pipi, dagu)
baik untuk sensasi nyeri (dengan
jarum) maupun raba (dengan
kapas).
Tanyakan apakah sensasi rasa
nyeri/rasa raba yang dirasakan
pada sebelah kiri sama dengan
sebelah kanan. Bila tidak sama
penderita diminta
memberitahukan mana yang lebih
sakit.
Motorik
M. Masseter

M. Pterigoideus

Refleks
Ada 3 refleks yang diperiksa, yaitu:
Refleks kornea
Refleks kornea langsung
Refleks kornea tidak langsung

Refleks masseter (jaw jerk reflex)


Refleks bersin
N.VII = N. Facialis
Pemeriksaan N. Facialis ini meliputi fungsi:

1. Motorik, yang mempersarafi semua otot wajah


kecuali M. Levator palpebra superior
2. Sensorik khas, pengecap 2/3 anterior lidah
3. Visceromotorik, mengatur sekresi kelenjar lakrimalis,
lingualis, dan submaxillaris
4. Somatosensorik, Rasa nyeri pada lidah, palatum,
MAE, Gendang telinga luar
Pemeriksaan saraf Test Kekuatan Otot :
fasialis Mengangkat alis,
bandingkan kanan dan kiri.
dilakukan saat pasien
Menutup mata sekuatnya
diam dan atas perintah (perhatikan asimetri)
(tes kekuatan otot) saat kemudioan pemeriksa
pasien diam mencoba membuka kedua
mata tersebut bandingkan
diperhatikan : kekuatan kanan dan kiri.
Asimetri wajah Memperlihatkan gigi
Ekspresi muka (sedih, (asimetri)
gembira, takut, seperti Meniup sekuatnya,
bandingkan kekuatan uadara
topeng)
dari pipi masing-masing.
Mengerutkan dahi Test menutup mata dan dicoba dibuka
pemeriksa

Test Mengembungkan pipi test menyengir


Tes sensorik khusus
(pengecapan) 2/3
depan lidah)

Pemeriksaan dengan
rasa manis, pahit, asam,
asin yang disentuhkan
pada salah satu sisi
lidah.

Bahannya
adalah:Glukosa 5 %,
Nacl 2,5 %, Asam sitrat
1 %, Kinine 0,075 %.
Sekresi air mata.

Dengan
menggunakan
Schirmer test
(lakmus merah)
Ukuran : 0,5 cm x
1,5 cm
Warna berubah
menjadi Biru :
Normal: 10 15 mm
( lama 5 menit
Pemeriksaan N.VIII (Pendengaran dan
Keseimbangan)

Inspeksi cerumen, obstruksi,


perforasi membran timpani

Test pendengaran audiogram


(untuk membedakan tuli saraf
dengan tuli konduktif)
Weber

Pada lateralisai ke kanan terdapat


Membandingkan hanataraan tulang
ditelinga kanan dan kiri pasien. kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan,
Garpu tala ditempatkan didahi pasien, pada missal adanya ototis media disebelah
keadaan normal kiri dan kanan sama keras kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga,
Bila pendengar mendengar lebih keras pada tetapi gangguannya pada telinga
sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan lebih hebat.
kanan.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab
hantaran ke sebelah kiri terganggu,
maka di dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua telinga,
tetapi sebelah kiri lebih hebat dari
pada sebelah kanan.
Rinne
Membandingakan hantaran tulang dan
udara dari pasien.
Telinga yang sehat,hantaran udara >
hantaran tulang.
Garpu tala ditempatkan pada planum
mastoid sampai pasien tidak dapat
mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala
dipindahkan kedepan meatus eksternus.
Jika pada posisi yang kedua ini masih
terdengar dikatakan test positif. Pada
orang normal test Rinne ini positif. Pada
Conduction deafness test Rinne negatif.
Swabach
Pada test ini pendengaran pasien Kemudian garpu tala
dibandingkan dengan dibunyikan lagi dan
pendengaran pemeriksa yang pangkalnya ditekankan pada
dianggap normal. tulang mastoid pasien
Garpu tala dibunyikan dan Bila sudah tidak mendengar
lagi maka garpu tala diletakkan
kemudian ditempatkan didekat
ditulang mastoid pemeriksa.
telinga pasien. Setelah pasien
Bila pemeriksa masih
tidak mendengarkan bunyi lagi, mendengarkan bunyinya maka
garpu tala ditempatkan didekat dikatakan Schwabach ( untuk
telinga pemeriksa. Bila masih konduksi tulang ) lebih pendek
terdengar bunyi oleh pemeriksa,
maka dikatakan bahwa
Schwabach lebih pendek (untuk
konduksi udara ).
Pemeriksaan Keseimbangan

Romberg test
Pasien berdiri dengan kaki yang
satu didepan kaki yang lainnya.
Tumit kaki yang satu berada
didepan jari kaki yang lainnya,
lengan dilipat pada dada dan
mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu
berdiri dalam sikap Romberg
yang dipertajam selama 30
detik atau lebih.
Test melangkah ditempat ( Stepping
test ).

Berjalan ditempat, dengan mata


tertutup, sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan seperti jalan
biasa. Pasien diminta untuk
berusaha agar tetap ditempat dan
tidak beranjak dari tempatnya
selama test berlangsung.
Abnormal pasien beranjak
>1meter dari tempatnya semula,
atau badan terputar lebih dari 30
derajat.
Test jari Telunjuk-Hidung
Pasien menunjuk hidungnya sendiri
Kemudian menunjuk jari pemeriksa secara bergantian,
jari telunjuk pemeriksa berpindah-pindah posisi selama
test berlangsung , pasien diminta untuk melakukan
gerakan ini secara berlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya
Test dilakukan untuk tangan kanan dan kiri

Test hidung jari sambil tutup mata


Menerangkan tujuan pemeriksaan
Pasien disuruh menunjuk hidungnya sendiri sambil
matanya ditutup
Kemudian menunjuk jari sendiri secara bergantian, jari
telunjuk klien berpindah-pindah posisi selama test
berlangsung
Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara
berlahan kemudian makin cepat dan sebaliknya
Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri
Test tumit lutut.

Dalam sikap berbaring klien disuruh


meletakkan kiri di atas lutut kanannyat
umit ,
Kemudian menggerakkan tumit tersebut
meyusuri tulang tibia kearah distal sampai
dorsum kaki dan ibu jari kaki,
pasien diminta untuk melakukan gerakan
ini secara berlahan kemudian makin cepat
dan sebaliknya,
Dapat pula gerakan ini dilakukan
berlawanan arah dari bawah ke atas,
Test dilakukan untuk kaki kanan dan kiri
Test tapping jari-jari tangan
Test Pronasi-Supinasi
Menepuk pinggiran meja/paha dengan
Dalam sikap duduk pasien disuruh
telapak tangan secara berselingan bagian
meletakkan tangan di bagian atas bagian
volar dan dorsal tangan dengan cepat atau
distal paha
dengan tepukan cepat jari-jari tangan ke
Mula-mula secara pronasi (telapak jempol
tangan ke bawah), lalu supinasi (telapak
tangan ke atas),
pasien diminta untuk melakukan
gerakan ini secara berlahan kemudian
makin cepat dan sebaliknya,
Test dilakuakn untuk tangan kanan dan
kiri
N.IX dan N.X = N.
Glossopharyngeus dan N.
Vagus Pemeriksaan :
Pemeriksaan N. IX dan N X. Penderita diminta membuka mulutnya
karena secara klinis sulit selebar-lebarnya dengan lidah dijulurkan
keluar, kemudian amati ARCUS
dipisahkan maka biasanya
PHARYNX apakah simetris atau tidak.
dibicarakan bersama-sama, Untuk pemeriksaan aktif, pasien diminta
anamnesis meliputi kesedak / mengatakan aaa dan kembali
keselek (kelumpuhan mengamati arkus faring terangkat
palatom), kesulitan menelan simetris atau tidak.
dan disartria(khas bernada Setelah itu perhatikan apakah UVULA

hidung / bindeng) penderita terletak di tengah-tengah


(normal).
jika uvula terletak ke satu sisi maka ini
menunjukkan adanya kelumpuhan nervus
X unilateral perhatikan bahwa uvula
tertarik kearah sisi yang sehat
Dilihat ada tidaknya GANGGUAN
MENELAN.
Cara Pemeriksaan
REFLEK FARING
Lakukan tes refleks muntah
dengan lembut (nervus IX
adalah komponen sensorik
dan nervus X adalah
komponen motorik).
Sentuh bagian belakang
faring pada setiap sisi dengan
spatula, jangan lupa
menanyakan kepada pasien
apakah ia merasakan
sentuhan spatula tersebut (N.
IX) setiap kali dilakukan
Pemeriksaan N.XI
N.XI = N. Accesorius
Hanya mempunyai komponen motorik yang mempersarafi
a. M. Trapezius
b. M. Sternocleidomastoideus

Memeriksa tonus dari m. Memeriksa m.


Trapezius Sternocleidomastoideus
N.XII = N. Hypoglossus
Bersifat motorik yang mempersarafi otot-otot penggerak lidah
Cara pemeriksaan:
Penderita diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya
lurus ke depan. Perhatikan: Deviasi, Fasikulasi. Papil lidah:
ada atrofi atau tidak (pada atrofi lidah tampak licin).
PEMERIKSAAN MOTORIK
Upper Motor Neuron Lower Motor Neuron

Badan sel di korteks motorik (girus Badan sel:


prefrontal)
Nukleus saraf otak
Akson berakhir di:
Kornu anterior medula spinalis
Nukleus saraf otak (Kortikobulbaris)
Akson berakhir di:
Kornu anterior medula spinalis
Motor end plate (otot rangka)
(Kortikospinalis)

UMN LMN
Atrofi
Inspeksi Normal (disuse atrophy)
Fasikulasi
Tonus Meningkat (kecuali pd akut) Menurun (atau normal)
Kekuatan Menurun Menurun
Refleks Tendon Meningkat (kecuali pd akut) Menurun Atau normal

Refleks Patologis Ada Tidak ada


Gerakan involunter
Amati gerakan involunter atau gerakan diluar kemauan
seperti tremor, khorea, tic, balismus, atetosis, Myokimia,
Myokloni, atau fasikulasi.
Perhatikan lokasi, kecepatan,irama, dan hubungannya
dengan postur tubuh, aktivitas.
Tonus Otot
Flaksid : tidak ada tahanan
Pasien diminta sama sekali (dijumpai pada
melemaskan ekstremitas kelumpuhan LMN)
yang hendak diperiksa Hipotoni : tahanan berkurang
kemudian ekstremitas
tersebut kita gerak- Spastik : tahanan meningkat
gerakkan fleksi dan dan terdapat pada awal
ekstensi pada sendi siku gerakan, ini dijumpai pada
dan lutut. Pada orang kelumpuhan UMN
normal terdapat tahanan Rigid : tahanan kuat terus
yang wajar menerus selama gerakan
misalnya pada Parkinson.
Kekuatan Otot
Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan
pemeriksa menahan gerakan ini
Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan disuruh
menahan
Nilai Deskripsi
0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total

Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada


1
persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut

Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat


2
(gravitasi)

3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat

Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit


4
tahanan yang diberikan
5 Tidak ada kelumpuhan (normal)
UMN LMN
Spastik Flaksid
Hipertonia Atoni
Atrofi (-), fasikulasi (-) Atrofi disertai fasikulasi
Klonus/kontraksi & Klonus (-)
relaksasi otot bergantian Reflek patologis (-)
dengan cepat (+) Reflek fisiologis:
Refleks patologis (+) hiporefleksia/arefleksi
Hiperreflexia (tidak adanya reflex)
Tak ada gangguan Ada gangguan sensoris,
sensoris, tropik, autonom tropik, autonom
Gangguan Ekstrapiramidal

Gangguan pada tonus otot


Gerakan otot abnormal yang tdk dpt
dikendalikan
Gangguan pada kelancaran gerakan
otot volunter
GAIT
Steppage gait
Hemiplegik gait Spastik/ Scissors gait
(gaya jalan dengan (gaya jalan seperti ayam
(gaya jalan dengan kaki
sirkumduksi kedua jago, pada paraparese
yang lumpuh digerakkan
tungkai) flaccid/paralisis n.
secara sirkumduksi)
peroneus)

Waddling gait Parkinsonian gait


(gaya berjalan dengan (gaya berjalan dengan sikap tubuh
pantat & pinggang agak membungkuk, kedua tungkai
bergoyang berlebihan berfleksi sedikit pada sendi lutut &
khas untuk kelemahan otot panggul. Langkah dilakukan
tungkai proximal misal setengah diseret dengan
otot gluteus) jangkauan yang pendek-pendek)
REFLEKS FISIOLOGIS
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m. Biseps brachii, posisi
lengan setengah ditekuk pada sendi siku
Respons : fleksi lengan pada sendi siku.
Afferent : n. musculucutaneus (C5-6)
Efferenst : n. musculucutaneus (C5-6)

Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis (C 6-7-8)
Efferenst : n. radialis (C 6-7-8)

Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan


setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.
Brachioradialis
Afferent : n. radialis (C 5-6)
Efferenst : n. radialis (C 5-6)
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.
quadriceps femoralis.
Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)
Afferent : n. femoralis (L 2-3-4)

Stimulus : ketukan pada tendon Achilles


Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.
gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

Stimulus : ketukan pada periosteum proc. styloigeus ulnea,


posisi lengan setengah fleksi & antara pronasi supinasi.
Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator
quadrates
Afferent : n. ulnaris (C8-T1)
Efferent : n. ulnaris (C8-T1)
REFLEKS PATOLOGIS

Babinski
Chaddock Oppenheim
Goresan harus dilakukan
perlahan, jangan sampai Rangsang Mengurut dengan
mengakibatkan rasa nyeri, sebab
hal ini akan menimbulkan refleks diberikan dengan kuat tibia dan otot
menarik kaki (flight reflex) jalan tibialis anterior,
Goresan dilakukan pada telapak menggoreskan Arah mengurut ke
kaki bagian lateral, mulai dari
tumit menuju pangkal jari.
bagian lateral bawah (distal).
+ : gerakan dorso fleksi ibu jari, maleolus
yang disertai gerak jari-jari
lainnya
Schaefer Gordon Mendel Bechterew
Memencet (mencubit) tendon Memencet (mencubit) otot Pengetukan dorsum pedis
Achilles betis pada daerah os coboideum

Klonus Hoffman-Trommer
Rossolime
Kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bila goresan pada kuku jari tengah kaki bagian atas di ketuk (sekitar
otot diregangkan secara pasif pasien pangkal/proksimal jari tengah-telunjuk)
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi
+ pada lesi supranuklir( UMN , pyramidal ). lainnya fleksi interfalangeal
Reflex Hoffman-trommer positif dapat disebabkan oleh lesi
pyramidal
Tangan penderita kita pegang pada pergelangan dan jari-
jarinya disuruh fleksi. Kemudian jari tengah penderita kita jepit di
antara telunjuk dan jari-tengah kita. Dengan ibu-jari kita "gores-
kuat" (snap) ujung jari tengah penderita.
+ fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari
PEMERIKSAAN SENSORIK
Sentuhan ringan : diperiksa dengan ujung kapas yang
ditempelkan ke satu titik dengan mata pasien tertutup.

Nyeri: jarum diletakkan tegak lurus dan sentuhkan pada lokasi


yang akan diperiksa.

Propriosepsi: sensasi posisi sendi harus diperiksa dengan mata


pasien tertutup. Sistem pemeriksaan sensasi posisi sendi pada
jari tangan atau kaki.

Suhu
Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.
Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.. Bagian tubuh yang
tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuh yang terbuka.
Pemeriksaan Sensibilitas
Proprioseptif

Test untuk rasa sikap. Test untuk rasa gerak/posisi Test untuk rasa getar.
Alat pemeriksa : bagian tubuh sendi. Alat pemeriksa : garpu tala
pasien sendiri. Alat pemeriksan : sendi sendi/jari Cara pemeriksaan:
Cara pemeriksaan : jari tangan kaki pasien Garpu tala digetarkan
Tempatkan salah satu Cara pemeriksaan: dulu/diketuk pada meja atau
lengan/tungkai pasien pada Pegang ujung jari jempol kaki benda keras lalu letakkan diatas
suatu posisi tertentu, kemudian pasien dengan jari telunjuk dan ujung ibu jari kaki pasien
suruh pasien untuk menghalangi jempol jari tangan pemeriksa Minta pasien menjawab untuk
pada lengan dan tungkai. dan gerakkan keatas kebawah merasakan ada getaran atau
Perintahkan untuk menyentuh maupun kesamping kanan dan tidak dari garputala tersebut
dengan ujung ujung telunjuk kiri
kanan, ujung jari kelingking kiri Pasien diminta untuk menjawab
dsb. posisi ibu jari jempol nya berada
diatas atau dibawah atau
disamping kanan /kiri.
Pemeriksaan Sensibilitas
Rasa stereognosis.
Diskriminatif : pasien diminta untuk mengenal benda
Dengan mata tertutup
benda yang disodorkan kepadanya.

Rasa Gramestesia.
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulit
pasien, misalnya ditelapak tangan pasien.

Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.

Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.
Gangguan sensorik terdiri dari :
Anestesia : tidak terasa sama sekali.
Hipestesia : rasa berkurang.
Hiperestesia : rasa bertambah.
Parestesia : rasa berubah/kesemutan.
Analgesia : rasa nyeri berkurang.
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa
Fungsi memori (ingatan)
Fungsi orientasi
(pengenalan)

Fungsi bahasa Gangguan bahasa lainnya


Apakah ada afasia ? Apraksia
Agrafia
Afasia motorik Alexia
A.m. kortikalis korteks serebri Astereognosia
dominan Abarognosia
Agramesthesia
A.m. subkorikalis subkorteks
Asomatognosia
hemisfer dominan
A.m. transkortikalis korteks
Broca dan Wernicke
Afasia sensorik
A.s. kortikalis area korteks
Wernicke
A.s subkortikalis subkorteks
Wernicke
Word Blindness
Pemeriksaan fungsi memori
Immediate memory (segera)
Short term memory/recent memory (jangka pendek)

Long term memory/remote memory (jangka panjang)

Dilakukan untuk audio memory (yang


didengar) dan visual memory (yang dilihat)
Pemeriksaan fungsi orientasi
Secara klinis pemeriksaan orientasi ada 3 yaitu:
Personal, tempat, waktu
Dilakukan jika penderita dalam keadaan sadar
penuh dan tidak mengalami gangguan mental,
atau
kemampuan intelegen.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI
(MMSE)

MMSE merupakan bagian penting dari setiap


pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan ini meliputi
evaluasi kualitas dan kuantitas kesadaran, perilaku,
emosi, isi pikir, kemampuan intelektual dan sensorik.
nilai maksimum adalah 30. Nilai kurang dari 24
ditafsirkan sebagai demensia.
(MMSE)
No. Tes Nilai maks

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien 3
disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 5
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai diberi pada huruf
yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai)

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah: ambil kertas ini dengan tangan 3
anda,lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkanlah mata anda 1

10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1


11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1

TOTAL 30

Skor Nilai 24-30 = normal


Nilai 17-23 = gangguan kognitif probable
Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai