Anda di halaman 1dari 23

CATCH UP CAMPAIGN

MEASLES RUBELLA (MR)

dr. Hj. RIANTINI, MMRS.


Kepala Bidang P2PL
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
KAMPANYE MEASLES-RUBELLA (MR)

Strategi untuk mencapai eliminasi campak dan


pengendalian rubella/Congenital Rubella
Syndrome (CRS) pada tahun 2020 di Indonesia,
salah satunya yaitu Pelaksanaan Kampanye
vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga <15
tahun
KAMPANYE MEASLES-RUBELLA (MR)
Kampanye imunisasi Measles Rubella (MR)
adalah suatu kegiatan imunisasi secara masal
sebagai upaya untuk memutuskan transmisi
penularan virus campak dan rubella pada anak
usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya. Imunisasi ini sifatnya wajib dan
tidak memerlukan individual informed consent.
Pengenalan Vaksin MR

Vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated)


berupa serbuk kering dengan pelarut. Dapat
digunakan sampai 6 jam setelah dilarutkan
selama tetap disimpan pada suhu 2 8 C
Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.
Setiap dosis vaksin MR mengandung:
1000 CCID50 virus campak
1000 CCID50 virus rubella
Sensitif panas, disimpan pada suhu 2 8 C
Sasaran Kampanye imunisasi MR

Seluruh bayi usia 9 bulan sd anak


usia <15 tahun, tanpa melihat
status imunisasi maupun riwayat
penyakit campak & rubella
sebelumnya.
SASARAN MR KAB. BANDUNG
Kabupaten Bandung termasuk yang melaksanakan
Kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga
15 tahun pada bulan Agustus-September 2017
dengan sasaran anak usia 9 bulan s.d. < 15 tahun
sebanyak 986.726 anak (sesuai data dari Pusdatin).

Catatan :
Data sasaran Riil puskesmas yang masuk ke Seksi Surveilans & Imunisasi
830.000 anak (selisih 150.000 anak dengan data Pusdatin) sekitar 15%.
Kab. Bandung maksimal mencapai 85% cakupan MR thd data Pusdatin dan
tidak bisa mencapai target 95% yg sudah ditetapkan.
STRATEGI PELAKSANAAN KAMPANYE MR

Strategi pelaksanaan Kampanye MR dibagi menjadi


2 tahap, yaitu :
Tahap pertama pada Bulan Agustus 2017
pemberian imunisasi MR dilaksanakan di seluruh
sekolah yang terdiri dari SD/MI/sederajat, SDLB
dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB.
Sebelum pelaksanaan kampanye imunisasi MR
dilaksanakan, perlu melibatkan Tim Pembina UKS
(Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil
Kemenag, Pemda) untuk koordinasi pelaksanaan
kegiatan imunisasi MR di sekolah
STRATEGI PELAKSANAAN KAMPANYE MR

Tahap kedua pada Bulan September 2017


pemberian imunisasi MR dilaksanakan untuk
anak-anak di luar sekolah di pos-pos
pelayanan imunisasi seperti Posyandu,
Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas
pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
INTRODUKSI IMUNISASI MR
Setelah pelaksanaan kampanye imunisasi MR
pada anak usia 9 bulan <15 tahun, maka
selanjutnya adalah menggantikan vaksin campak
dengan vaksin MR ke dalam jadwal imunisasi
rutin
PELAKSANAAN KAMPANYE MR
Pelaksanaan di Bulan Agustus September 2017
Sasaran Anak usia 9 bulan - < 15 tahun
Diberikan walau imunisasi dasar dan lanjutan sudah lengkap
Disuntikkan di lengan kiri atas
Kontra indikasi:
Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan
radioterapi
Wanita hamil
Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
Kelainan fungsi ginjal berat
Decompensatio cordis
Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
PELAKSANAAN KAMPANYE MR
Pemberian imunisasi MR ditunda apabila anak :
Sedang demam
Sedang batuk pilek
Sedang diare
Vaksin buatan Biofarma Bandung AMAN dan
TERJAMIN kualitasnya
Kampanye MR dapat
dimanfaatkan untuk
meningkatkan Imunisasi Rutin
Meningkatkan kesadaran masyarakat & kerjasama dengan sektor
swasta tentang pentingnya Imunisasi rutin dan lanjutan.
Meningkatkan kerjasama dgn swasta dan partner dalam kegiatan
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi (NGO, program berbasis
masyarakat, media, institusi budaya, pimpinan masyarakat dan
agama, sekolah, humanitarian dan sukarelawan) serta untuk
membantu program rutin setelah selesai kegiatan Imunisasi
tambahan.
Pada saat pendataan sasaran kampanye MR, juga dimanfaatkan
untuk mendata anak yang belum mendapat Imunisasi lengkap,
untuk dilengkapi pada saat yang sama atau pada kunjungan
berikutnya.
Kegiatan Imunisasi tambahan MR tidak boleh mengganggu
pelaksanaan Imunisasi rutin.
SURAT DUKUNGAN KAMPANYE MR
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Vaksin MR sangat aman
Reksi Lokal:
Nyeri di lokasi suntikan
Bengkak di lokasi suntikan
Merah di lokasi suntikan
Reaksi sistemik:
Demam (hari ke 5 dan 6 pasca imunisasi) selama 5 hari beri obat penurun
panas
malaise
kulit bintik-bintik merah (hari ke 7 10 pasca imunisasi) selama 2 4 hari
KIPI serius:
Anafilaksis
Penangulangan :
Demam, nyeri : beri obat demam / nyeri
Demam , gelisah : minum sering, baju tipis
Kulit bintik-bintik merah : mandi, beri bedak
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR

Pada sasaran yang lebih besar bisa terjadi reaksi


kecemasan berupa pingsan (bedakan dengan
anafilaksis)
Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi wajah
yang penuh kecemasan dan pucat disertai gejala-gejala
hiperventilasi, sakit kepala ringan, pusing, kesemutan
di tangan dan sekitar mulut
Pada pingsan tanda vital masih normal, bisa diatasi
dengan membaringkan penderita secara terlentang
KIPI yang koinsiden harus diwaspadai --> penapisan
status kesehatan anak penting
Mekanisme Pelaporan KIPI

1.Berdasarkan pada individu, Antigen, Dilaporkan


secara bertahap ;
1)Puskesmas
2)Kabupaten/Kota
3)Propinsi
4)Nasional
2.KIPI Ringan dilaporkan secara teratur setiap bulan
3.KIPI Berat/Serius dilaporkan setiap ada kejadian
Jenis Laporan KIPI
Jenis laporan KIPI ada dua:
1) Serius/Berat, SAE (Serius Adverse Event)
2) Non Serius/Ringan

KIPI Serius/Berat
Lap diduga KIPI yg tunggal/ berkelompok, sakit dg rawat
inap, kecacatan yg menetap, mengancam kehidupan atau
kematian, kekuatiran masyarakat

KIPI Non Serius/Ringan


Suatu peristiwa yg tidak "serius" & tidak menimbulkan
risiko potensial trhdp kesehatan penerima.
CONTOH SPANDUK, LEAFLET, ROLL
BANNER, PIN, DLL.
CONTOH SPANDUK, LEAFLET, ROLL
BANNER, PIN, DLL.
CONTOH SPANDUK, LEAFLET, ROLL
BANNER, PIN, DLL
Fatwa MUI No.4 Tahun 2016
tentang Imunisasi
Pemerintah WAJIB menjamin pemeliharaan
kesehatan masyarakat, baik melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

Pemerintah bersama tokoh agama dan


masyarakat WAJIB melakukan sosialisasi
pelaksanaan imunisasi.

Orang tua dan masyarakat WAJIB berpartisipasi


menjaga kesehatan, termasuk dengan memberikan
dukungan pelaksanaan imunisasi.
Fatwa MUI No.4 Tahun 2016
tentang Imunisasi

Anda mungkin juga menyukai