Anda di halaman 1dari 82

DIAGNOSIS KOMUNITAS

Sikap dan Perilaku Pekerja


Konstruksi Universitas YARSI
Terhadap Keselamatan Kerja
serta Sarana dan Prasarana Alat
Keselamatan Kerja
Kelompok B-10
Anggota Kelompok B-10
Mahirrokhman Difa 1102013161
Niken Larasat 1102014193
Nisa Nabillah 1102014195
Nurhayat 1102014201
Rani Dwi Ningtyas 1102014220
Saisabela Prima Andina 1102014235
Shalma Destany Ganar 1102014246
Sinta Dwi Maharani 1102013273
Visi Islamiat 1102014275
Zulfikar Caesar Narendra1102014294
BAB I - PENDAHULUAN
1. Gambaran Umum Wilayah Komunitas
2. Gambaran Umum Komunitas
3. Penentuan Area Masalah
Gambaran Wilayah Komunitas
Sejarah Universitas YARSI
Yayasan YARSI atau dahulu disebut dengan
Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia ialah
sebuah yayasan di Jakarta yang bergerak di
bidang medis, pendidikan, dan keagamaan.
Mulanya yayasan ini hanya mengelola bidang
medis serta Perguruan Tinggi Kedokteran YARSI
Jakarta dan selanjutnya berkembang menjadi
Universitas YARSI.
Ide pendirian FAKULTAS KEDOKTERAN
dicetuskan oleh empat dosen Fakultas
Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA oleh: Dr. H.
Ali Akbar, dosen I. Faal; Prof. Dr. Asri Rasad, MSc,
PhD; Drs. Med. Maksum Saleh Nasuton, dosen
Anatomi, dan Prof. Dr. Jurnalis Uddin, dosen
Anatomi. Keempat pionir itulah pada tahun 1965
mulai berbincang-bincang tentang kemungkinan
mendirikan sebuah fakultas kedokteran yang
dikelola oleh lembaga Islam.
Pada tanggal 15 April 1967 Yayasan
YARSI resmi mendirikan Perguruan Tinggi
Kedokteran YARSI. Sesuai dengan tuntutan
UU no. 22 tahun 1961, nama tsb kemudian
pada tahun 1969 diubah menjadi SEKOLAH
TINGGI KEDOKTERAN YARSI. Dengan
dibukanya 3 fakultas lain pada tahun 1989:
Hukum, Ekonomi dan Teknologi Informasi,
maka berubah lagi namanya menjadi
UNIVERSITAS YARSI.
Pada mulanya YARSI belum memiliki tanah
dan bangunan sendiri. YARSI masih
mengandalkan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta untuk bekerja sama dalam
bidang pendidikan dan pengajaran Sekolah
Tinggi Kedokteran YARSI Jakarta. YARSI pada
waktu itu menggunakan seluruh sarana dan
prasarana FK UI sepert ruang kuliah,
laboratorium, alat-alat yang mendukung
perkuliahan kedokteran, dan perpustakaan.
Gedung Universitas YARSI
Letak Universitas YARSI tepatnya berada di
Menara YARSI Kav. 13 Lt. 1, Jl. Letjen. Suprapto,
RT. 10 / RW. 5, Senen, Cempaka Puth Timur,
RT.10/RW.5, Cemp. Puth Tim., Cemp. Puth,
Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 10410
Luas lahan kampus 25.000 m dan luas
bangunan 19.300 m yang terdiri dari berbagai
bangunan. Selain itu YARSI telah mempunyai
kampus baru Universitas YARSI bertngkat 15
lantai. Saat ini sedang dibangun Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas YARSI
dan Rumah Sakit Pendidikan Universitas YARSI
dengan penambahan luas bangunan menjadi
185.000 m2 .
Sarana Prasarana
Lahan parkir; lantai 1 4
2 Bank Swasta beserta ATMnya
Ruang CBT dengan 200 komputer
Laboratorium penunjang pembelajaran tap
fakultas
Perpustakaan
44 Kamar Mandi
Kelas Amphiteater dengan luas 25 m2
Civitas Akademika Universitas YARSI:
Staff sekurit
Dosen
Karyawan
Officeboy
Mahasiswa
Komunitas Pekerja Konstruksi Universitas
YARSI
Jumlah populasi 100 orang, terdiri dari pekerja
lepas dan pekerja tetap
Upah Rp 100.000,- per hari
Terbagi sesuai dengan keahliannya, yaitu:
Cetakan kayu
Besi
Finishing
Pengecatan
Plafon
Dengan anggota divisi masing masing + 30 orang
Jadwal Bekerja Senin Sabtu, 08.00 16.00
WIB. Jam lembur 21.00 atau lebih. Minggu
bekerja apabila ada proyek besar.
Waktu istrahat 2x dalam sehari; Shalat Dzuhur
dan Ashar dengan durasi 1 11/2 jam
Pola makan 2 3 kali sehari, cuci tangan
sebelum dan sesudah makan
Kebiasaan merokok dan meminum kopi
Beberapa pekerja kurang minum air dan
memiliki kebiasaan begadang
Tempat tnggal dalam proyek gedung yang
sedang dibangun. 17 kamar tdur di lantai 7.
ukuran kamar 4x4 m dan 6x4 m.
Kamar mandi dengan sumber air PAM
Dapur & Mushola
Tidak ada tempat sampah sampah
menumpuk di depan kamar
Ventlasi cukup baik
Pencahayaan kurang memadai
Alas tdur menggunakan kayu tripleks
Kondisi Dapur
Kondisi Kamar Mandi
Kondisi Kamar Tidur
Mushola
Gambaran Umum Komunitas
Bapak Kusnanto
Masalah non-medis: kelayakan
tempat tnggal yang belum baik,
kurang berolahraga, kurangnya
konsumsi air puth, kurangnya waktu
istrahat saat bekerja, kurang lengkap
menggunakan alat keselamatan kerja.

Masalah medis: Demam, Flu, Nyeri


otot
Bapak Marmu
Masalah non-medis:
kelayakan tempat tnggal yang
belum baik dan banyak
konsumsi teh manis, kurang
lengkap dalam memakai alat
keselamatan kerja.

Masalah medis: Nyeri otot.


Bapak Iswandi
Non-medis: Kebiasaan
merokok, kebiasaan minum
kopi, kelayakan tempat
tnggal yang belum baik,
kurangnya waktu istrahat
saat bekerja, kurang
lengkap menggunakan alat
keselamatan kerja
Medis: Influenza
Bapak Moptebi
Masalah non medis : kurangnya
waktu tdur, kelayakan tempat
tnggal yang belum baik, terlalu
banyak minum kopi, terlalu banyak
merokok, kurangnya waktu
istrahat, kurang lengkap
menggunakan alat keselamatan
kerja

Masalah medis : pegal-pegal (nyeri


otot), saat terluka tdak diobat,
riwayat keluarga TB
Bapak Naryat
Masalah non medis : Kebiasaan
minum kopi dan kebiasaan
merokok, kurangnya waktu
istrahat, kurang waktu tdur,
tdak menggunakan alat
keselamatan kerja saat bekerja,
kelayakan tempat tnggal yang
belum baik, jarang berolahraga

Masalah medis : pegal-pegal


(nyeri otot)
Bapak Giman
Non- medis : Kebiasaan
merokok, tdak menggunakan
alat keselamatan kerja secara
lengkap saat bekerja,
kelayakan tempat tnggal
yang belum baik.

Medis : masuk angin & batuk,


tdak pernah mengobat
penyakitnya.
Bapak Ahmad Thariq
Masalah non medis :
kebiasaan minum kopi
berlebih, kurang lengkap
menggunakan alat
keselamatan kerja, kebiasaan
merokok berlebih, kelayakan
tempat tnggal yang belum
baik.

Masalah medis : pegal-pegal,


batuk pilek.
Bapak Anto
Non- medis : kebiasaan merokok
berlebih, kebiasaan minum kopi
berlebih, kurangnya waktu
istrahat saat bekerja, kelayakan
tempat tnggal yang belum baik,
kurang lengkap memakai alat
keselamatan kerja.

Medis : Pegal pegal (Nyeri


otot), riwayat terkena besi saat
bekerja
Bapak Dadang Hermawan
Non medis: Kurang minum air
puth, Kurang waktu tdur dan
istrahat saat bekerja, Kebiasaan
merokok, Kebiasaan minum kopi,
Jarang mencuci tangan sebelum
makan, Kelayakan tempat tnggal
yang belum baik, kurang lengkap
memakai alat keselamatan kerja
karena tdak disediakan.

Medis: Tidak enak badan


(kecapekan), Sariawan
Bapak M. Zairan
Non medis : kurang minum
air puth, kebiasaan
merokok dan minum kopi,
kurang waktu tdur,
kelayakan tempat tnggal
yang kurang baik, kurang
lengkap dalam memakai
alat keselamatan kerja.

Medis : Flu dan batuk.


Penentuan Area Masalah
Metode Delphi
metode yang
menyelaraskan proses
komunikasi suatu
grup sehingga dicapai
proses yang efektf
dalam mendapatkan
solusi masalah yang
kompleks
Metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi,
membuat keputusan, menentukan indikator, parameter
dan lain-lain yang reliabel dengan mengeksplorasi ide
dan informasi dari orang-orang yang ahli di bidangnya,
yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh
ekperts atau praktsi yang kompeten di bidang yang
akan ditelit, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh
pihak fasilitator atau penelit untuk dibuat summary,
dikelompok-kelompokkan, diklasifikasikan dan
kemudian dikembalikan pada eksperts dan praktsi yang
sama untuk direview, direvisi dan begitu seterusnya
dalam beberapa tahap yang berulang.
Bagan Metode Delphi
Area Masalah
Medis : Non- medis :
Demam Tempat tnggal kurang layak
Kurang olahraga
Flu Kurang konsumsi air puth
Nyeri otot dan pegal- pegal Kurang waktu isttahat saat bekerja
Kurang lengkap menggunakan alat
Luka tdak diobat keselamatan kerja
Kebiasaan merokok
Masuk angin Kebiasaan minum kopi
Batuk Kurang waktu istrahat saat bekerja
dan kurang tdur
Riwayat terkena api besi Kurang minum air puth
Sariawan Jarang mencuci tangan sebelum
makan
Mudah lelah
Dari sekian masalah yang ada, diputuskan untuk
mengangkat masalah perilaku kurang disiplin
dalam penggunaan alat keselamatan kerja.
Karena dari 10 orang responden yang kami
wawancarai, mereka semua tidak
menggunakan alat keselamatan kerja.
Kebiasaan ini mereka lakukan setap hari dan
dapat menimbulkan bahaya keselamatan pada
komunitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Pustaka
2. Kerangka Teori
3. Kerangka Konsep
4. Definisi Operasional
Perilaku
Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah
semua tndakan atau aktvitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat
diamat langsung, maupun yang tdak dapat diamat. Dari
segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktvitas
organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan
dari segi kepentngan kerangka analisis, perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat
diamat secara langsung maupun tdak langsung.
Bentuk Perilaku
Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku
dalam 3 domain perilaku yaitu : kognitif, afektif
dan psikomotor.

Untuk kepentngan
Pengetahuan (knowledge)
pendidikan prakts,
teori ini kemudian
dikembangkan
Sikap
menjadi 3 ranah
perilaku yaitu
Tindakan (practce)
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia.
Pengetahuan atau kognitf merupakan domain
yang sangat pentng dalam membentuk tndakan
seseorang (overt behaviour).
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stmulus
atau objek. Dapat disimpulkan bahwa
manifestasi sikap itu tdak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu. Sikap belum merupakan suatu tndakan
atau aktvitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tndakan suatu perilaku.
Alport (1954) yang dikutp Notoatmodjo (2007)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok yaitu:

Kepercayaan Kehidupan Kecenderun-


(keyakinan), emosional gan untuk
ide dan
atau evaluasi bertndak
konsep
terhadap terhadap (tend to
suatu objek suatu objek
behave)
Newcomb (1998), salah
seorang psikolog sosial
Menerima (receiving)
menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertndak,
dan bukan merupakan Menanggapi (responding)
pelaksanaan motf
tertentu. Dengan kata lain,
fungsi sikap merupakan
(reaksi terbuka) atau
aktvitas, akan tetapi
merupakan predisposisi Menghargai (valuing)
perilaku (tndakan) atau
reaksi tertutup. Sepert
halnya pengetahuan, sikap
terdiri dari beberapa
tngkatan yaitu :
Bertanggungjawab
(responsible)
Tindakan (practce)
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tndakan
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, sepert fasilitas atau sarana dan prasarana.
Setelah seseorang mengetahui stmulus atau objek
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat
terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan
apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah
yang disebut praktk (practce) kesehatan (Notoatmodjo,
2005)
Menurut Notoatmodjo (2010), praktk atau
tndakan ini dapat dibedakan menjadi 3
tngkatan menurut kualitasnya, yakni :

Praktk terpimpin (Guided Response)

Praktk secara mekanisme

Adopsi
Proses Adopsi Perilaku

1.Awareness
2.Interest
3.Evaluaton
4.Trial
5.Adopton
Perilaku Kesehatan
Respon seseorang terhadap stmulus atau objek
yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang memengaruhi sehat-sakit
(kesehatan) sepert lingkungan, makanan, minuman,
dan pelayanan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan
ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari
penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit
atau terkena masalah kesehatan.
Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis
besarnya dikelompokkan menjadi dua yakni
(Notoatmodjo, 2010) :

Perilaku orang yang Perilaku orang yang sakit atau


telah terkena masalah
sehat agar tetap kesehatan, untuk memperoleh
sehat dan meningkat. penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Oleh
Oleh sebab itu sebab itu perilaku ini disebut
perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan
perilaku sehat kesehatan (health seeking
behaviour).
(healthy behaviour).
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Teori Lawrence Green:


1.Predisposing Factor
2.Enabling Factor
3.Reinforcing Factor
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas
pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktvitas.
Sasaran K3 Program K3
Tidak ada kecelakaan Melaksanakan Rencana K3
kerja yang berdampak dengan menyediakan sumber
korban jiwa (Zero Fatal daya K3 yaitu APD, Rambu-
Acident). rambu, Spanduk Poster, Pagar
Tingkat penerapan Pengaman, Jaring Pengaman,
elemen SMK3 Minimal sesuai kebutuhan dilapangan
80%. secara konsisten.
Semua pekerja wajib Melakukan inspeksi secara
mengenakan APD yang rutn terhadap kondisi dan cara
sesuai bahaya dan resiko kerja yang berpotensi bahaya.
pekerjaannya masing- Memastkan semua pekerja
masing. untuk mematuhi peraturan
Menjamin agar dalam yang telah ditetapkan.
pelaksanaan proyek tdak
terjadi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Konstruksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada Konstruksi Bangunan.
Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
Peraturan Pemerintah No. 29/2000 Pasal 30 ayat
(1),
Istlah bahaya yang sering
dijumpai dalam lingkungan
kerja:
1. Hazard
2. Danger
3. Risk
4. Incident
5. Accident
Pengendalian ancaman bahaya

Pengendalian Teknik
1. Menggant prosedur kerja
2. Menutup atau mengisolasi bahan bahaya
3. Menggunakan otomatsasi pekerja
4. Ventlasi sebaga penggant udara yang cukup

Pengendalian Administrasi
1. Mengatur waktu yang pas/ sesuai antara jam kerja dengan istrahat
2. Menyusun peraturan k3
3. Memasang tanda-tanda peringatan
4. Membuat data bahan-bahan yang berbahaya dan yang aman
5. Mengadakan dan melakukan pelathan sistem
6. penanganan darurat
Standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pintu masuk dan keluar


1. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
2. Alat-alat/tempat- tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.

Lampu/penerangan
1. Jika penerangan alam tdak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk
pada gang-gang.
2. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
3. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mat/pecah.
Ventilasi
1. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventlasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
2. Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori oleh
debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan ventlasi untuk
pembuangan udara kotor.
3. Jika secara teknis tdak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya
tersebut di atas.
Kebersihan
1. Bahan-bahan yang tdak terpakai dan tdak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
2. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
3. Peralatan dan benda-benda kecil tdak boleh dibiarkan karena benda-benda
tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau
tersandung (terantuk).
4. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tdak boleh dibiarkan bertumpuk ditempat
kerja.
5. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
6. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.
Perlengkapan Keselamatan Kerja
Safety hat
Safety Shoes
Kacamata (goggles)
Masker
Sarung tangan
Safety belt
Penutup telinga
Pelindung Wajah
Keselamatan dan kesehatan kerja pekerja
konstruksi bagian pengelasan
Alat Keselamatan Kerja Pengelasan sesuai
standard

Syarat alat keselamatan kerja pengelasan


memberikan perlindungan untuk pekerja
ringan dan tdak menimbulkan ketdaknyamanan dalam bekerja
dapat dipakai secara fleksibel
tdak menimbulkan bahaya tambahan jika terdapat pemakaian
yang kurang tepat
memenuhi standar
tdak membatasi pekerja
suku cadang yang mudah didapatkan dan mudah perawatannya
Jenis alat keselamatan kerja las
Kepala
Helm atau topi
Face shield, goggles, helm las
Ear muff/plugs
Respirator/masker
Badan
Jas laboratorium
apron
Anggota Badan
Sarung tangan terbuat dari bahan isolator dan fleksibel
Safety shoes
Manfaat alat keselamatan kerja las
1. Menghindari percikan bunga api las, agar tdak mengenai
mata, tangan, telinga, muka, dan anggota badan yang lain
2. Agar tehindar dari debu dan asap beracun
3. Terhindar dari panas dan listrik pengelasan dan sinar
ultraviolet maupun infra merah
4. Beberapa Laporan menyebutkan efek samping dari kontak
langsung dengan Sinar Las, umumnya adalah rasa pedih
pada mata dan juga rasa sepert ada pasir di kelopak mata.
Adapun untuk pengobatannya adalah cukup dengan obat
tetes mata ataupun analgesik.
Keselamatan dan kesehatan kerja pekerja
konstruksi bagian pengecatan
Potensi Bahaya
Luka pada tangan akibat sistem pencelupan panas pada
proses galvanize,
Terjatuh pada saat pengecatan pada ketnggian tertentu,
Asap cat (sesak napas),
Luka/gatel/noda pada tangan akibat bahan pengawet,
Terjadi iritasi pada kulit, mata dan paru-paru,
Terluka oleh alat penyemprotan/alat mekanis pengecatan,
Terjadi luka bakar akibat percikan cat.
Antsipasi
Proses pengecatan / proses galvanisasi dengan sistem pencelupan
panas harus dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya dan
dilakukan secara hat-hat. Pekerja yang melakukan pengecatan
menggunakan sarung tangan untuk melindungi kulit dan
menggunakan cream.
Jika pengecatan dilakukan ditempat yang tnggi maka para pekerja
diberi perlindungan yang cukup serta dipasang sabuk pengaman.
Pekerja yang melakukan pengecatan harus menggunakan sarung
tangan, sepatu boot, helm, masker pernapasan masker
pernapasan, penutup mulut yang sesuai sesuai dengan standar.
Setelah melakukan pekerjaan pengecatan tangan harus dicuci
sampai bersih
Jika tdak digunakan, kaleng penyimpan cat, dan lain-lain bahan cat yang mudah
menguap harus :
dijaga agar tertutup rapat,
dijauhkan dari percikan api, sumber panas dan sinar matahari,
Bahan untuk pengecatan (cat) tdak boleh dipanaskan kecuali direndam dalam air
yang dipanaskan pada temperatur sedang atau dengan menggunakan alat khusus
Tidak boleh menggunakan peralatan listrik yang elemen pemanasannya terbuka,
untuk mengeringkan cat, atau untuk mengeringkan bahan lain semacam cat yang
terbuat dari bahan mudah terbakar atau cairan yang mudah meledak
Alat pemadam api harus selalu tersedia di tempat-tempat penyimpanan, atau di
tempat-tempat yang menggunakan cat yang mudah terbakar.
Jika pengecatan dilakukan pada ruang tertutup, pekerja di tempat itu harus diberi respirator
kecuali bila ventlasi yang tersedia di tempat itu cukup memadai untuk mencegah bahaya.
Peralatan Keselamatan Kerja Pengecatan
Goggles
Respirator; masker
partkel, masker gas
Pakaian kerja, topi dan
sepatu teknisi
Keselamatan dan kesehatan kerja pekerja
konstruksi bagian besi
Manajemen pekerja pembesian
Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja
yang cukup jumlahnya, terutama pada tempat yang tnggi, untuk
mencegah besi beton tersebut meliuk / melengkung dan jatuh
Pada waktu memasang besi beton yang vertcal, pekerja harus
berhat-hat agar besi beton tdak melengkung misalnya dengan cara
mengikatkan bambu atau kayu sementara
Memasang besi beton di tempat tnggi harus memakai perancah,
dilarang keras naik / turun melalui besi beton yang sudah terpasang
Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditutup dengan
potongan bambu atau lainnya, baik setap besi beton masing-2 atau
secara kelompok batang besi, untuk mencegah kecelakaan fatal
Bila menggunakan pesawat angkat ( kran / crane ) untuk
mengangkat atau menurunkan sejumlah besi beton, harus
menggunakan alat bantu angkat yang terbuat dari tali kabel baja (
sling ) untuk mengikat besi beton menjadi satu dan pada saat
pengangkatan atau penurunan harus dipandu oleh petugas
( misal dengan memakai peluit )
Pengangkatan atau penurunan ikatan besi beton harus mengikut
prosedur operasi pesawat angkat ( crane )
Semua pekerja yang bekerja di tempat tnggi harus dilengkapi dan
menggunakan sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu
lapangan , helm dan alat pelindung diri lain yang diperlukan
Alat pelindung pekerja pembesian
Pelindung kaki
Steel toe
Metatarsal
Reinforced sole
Latex
PVC, vinyl, nitrile
Pelindung kepala
kelas G
Kelas E
Kelas F
Pelindung mata
Pelindung wajah
Pelindung bahaya jatuh
Lanyard
Full Body Hardness
Anchor Point
Life line
Refractng life lines
Keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi
bagian plafon
Pekerjaan ini meliput pemasangan plafond
pada lantai dasar dan lantai 1 (atas) yang
terdiri atas pemasangan rangka plafond dan
pemasangan gypsum board tebal 9 mm sesuai
dengan yang disebutkan dalam gambar kerja.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) terdiri
atas : Helm, Sepatu Safety, Sarung Tangan,
Masker dan Kaca Mata Kerja.
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Variable Dependent :
Perilaku pekerja terhadap
alat keselamatan kerja

Variable Independent:
Sikap pekerja terhadap
alat keselamatan kerja
Ketersediaan sarana alat
keselamatan kerja
Contoh tokoh masyarakat
tentang alat keselamatan
kerja
Peraturan di tempat
kerja tentang alat
keselamatan kerja
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Perilaku Tindakan Wawancara Kuesioner Ya = 1 Skala
pekerja para pekerja Tidak = 0 Nominal

terhadap konstruksi
alat dalam
keselamatan memakai
kerja alat
keselamatan
kerja
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Sikap Sikap Wawancar Kuesioner 1. Baik : Skala
pekerja dalam a Median Ordinal

terhadap menanggapi 2. Tidak baik :


alat pernyataan Median
keselamata para
n kerja pekerja
konstruksi
terhadap
pemakaian
alat
keselamata
n kerja
Ketersediaa Disediakan Wawancara Kuesioner Ya = 1 Skala
n sarana nya alat Tidak = 0 Nominal

alat keselamata
keselamata n kerja
n kerja bagi para
pekerja di
lingkungan
kerja
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Contoh Adanya Wawancara Kuesioner Ya = 1 Skala


tokoh teguran Tidak = 0 Nominal

masyarakat dan sikap


tentang alat dari atasan
keselamata serta teman
n kerja di sekeliling
dalam
memakai
alat
keselamata
n kerja

Peraturan Adanya Wawancara Kuesioner Ya = 1 Skala


di tempat aturan di Tidak = 0 Nominal

kerja tempat
tentang alat kerja
keselamata dalam
n kerja memakai
alat
keselamata
n kerja
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmutekniksipil.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja/keselamatan-dan-kese
hatan-kerja-pekerjaan-pembesian
diakses pada Rabu, 31 Mei 2017 pukul 15.06 WIB
Kaming, PF., Raharjo, F., Yulianto, R. (2011). Komparasi Hasil Pelaksanaan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi. Manajemen Konstruksi.
Universitas Sumatera Utara.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Sarana Untuk Produktivitas: Pedoman Pelatihan Unyuk
Manajer dan Pekerja MODUL LIMA. (2013). ILO Jakarta. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Pedoman Konstruksi dan Bangunan: Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan. (2006). Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jendral Bina Marga. Jakarta
Pedoman Praktis: Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi. (2005). ILO
Jakarta. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai