Anda di halaman 1dari 15

Sporozoa

1. COCCIDIA
genus Eimeria (apatogen), Isospora
(diare) dan Toxoplasma
2. HAEMOSPORIDIA
genus Plasmodium
TOXOPLASMA GONDII
Banyak masyarakat yang resah akibat
penyakit yang ditularkan melalui
produk hewani seperti daging. Salah
satu penyakit yang diresahkan
tersebut adalah toksoplasmosis. Dari
segi kesehatan manusia parasit ini
juga sangat berakibat fatal khususnya
bagi ibu ibu hamil, anak- anak
ataupun penderita imunocompromise.
Diperkirakan bahwa 30 50 %
populasi manusia didunia ini telah
terinfeksi oleh Toxoplasma dan secara
klinik mengandung kista walaupun
tidak jelas dan lebih dari 1000 bayi
yang lahir terinfeksi oleh Toxoplasma.
Sejarah dan Definisi
Toksplasma gondii pertama kali
ditemukan tahun 1908 pada binatang
mengerat, yaitu Ctenodactylus gundi, di
suatu laboratorium di Tunisia dan pada
seekor kelinci di suatu laboratorium di
Brazil (Nicolle dan Splendore).
Toksplasmosis adalah suatu penyakit
parasit yang disebabkan oleh Toksoplasma
gondii, suatu protozoa jaringan yang
dapat menginfeksi bangsa burung dan
hewan menyusui (mammalia) antara lain
babi, sapi, kambing, domba, kucing, dan
termasuk manusia.
Morfologi dan Daur Hidup
Toxoplasmosis dikategorikan sebagai
penyakit zoonosis.Penularan
terutama terjadi melalui bentuk
ookista dan bentuk bradizoit
Toxoplasma gondii berada dalam tiga
bentuk utama, yaitu : ookista,
tachyzoit dan bradizoit. Ookista
hanya terbentuk dalam usus inang
definitif
Ookista dikeluarkan melalui feces.
Bila tertelan oleh manusia atau
hewan lain, berkembang menjadi
tachyzoit
kemudian berubah menjadi bradizoit

Bradizoit dalam daging yang tidak


masak, bila termakan kembali
berubah menjadi tachyzoit dan
memulai siklus memperbanyak diri
lagi
siklus hidup toxoplasma
Patologi dan Gejala Klinis
1. Toxoplamosis akuisita, didapat dari masuknya
jaringan kista pada daging yang terinfeksi karena
daging tidak dimasak dengan sempurna atau
ookista pada makanan yang tercemar kotoran
kucing, transfusi darah atau melalui transplantasi
organ .Bradyzoite dari jaringan kista atau
sporozoite yang terlepas dari ookista masuk ke
sel-sel epitel di usus dan bermultiplikasi di usus.
Setelah invasi yang terjadi di usus, parasit
memasuki sel atau difagositosis. Sebagian mati
setelah difagositosis dan sebagian lain
berkembangbiak dalam sel menyebabkan sel
hospes pecah dan menyerang sel baru.
Gambaran klinis akan tampak setelah
beberapa waktu dari rusaknya jaringan
yang terinfeksi, khususnya yang vital dan
penting seperti mata, jantung, dan
kelenjar adrenal.
2. Toxoplamosis kongenital,
Toksoplasmosis berpengaruh pada janin
dalam kandungan. Bahkan bisa berakibat
fatal, jika daya tahan ibu yang terinfeksi
lemah , misal kepala membesar
(hidrosefalus) atau kepala mengecil
(mikrosefalus). Atau, bayi mengalami
kebutaan (retinochoroid). Jika ibu
terinfeksi pada trimester ketiga, bayi akan
lahir
Gambaran klinis, geiala-geiala
terinfeksi tokso tidak jelas,kadang
muncul demam, sakit kepala, badan
pegal-pegal, mudah lelah, dan
kurang nafsu makan.
Pradiagnosis dan Diagnosis
cara serologi (metode Elisa) ataupun
pemeriksaan histopatologi.
Diagnosa akan lebih akurat jika dilakukan
pemeriksaan laboratorium, kadang-
kadang tropozoit dapat ditemukan dan
diidentifikasi pada pewarnaan kelenjar
limfe, sumsum tulang, otak
setelah 7-10 hari cairan peritoneal
diperiksa bentuk proliferatif Toksoplasma
Pemeriksaan tubuh langsung bisa
dilakukan dengan cara melihat adanya
dark spot pada retina
melakukan pemeriksaan darah
menggunakan CT scan untuk
menemukan lesi akibat parasit
tersebut
dengan biopsi dan dari sampel biopsi
tersebut bisa dilakukan pengujian
dengan menggunakan PCR, isolasi
pada hewan percobaan ataupun
pembuatan preparat histopatologi.
Pengobatan
Pirimetamin,diberikan dosis 50 mg 75
mg sehari untuk dewasa selama 3 hari
Sulfonamide,diberikan dengan dosis 50
100 mg/kg BB/hari selama beberapa
minggu atau bulan.
Spiramisin,diberikan dengan dosos 100
mg/kg BB/hari selama 30 45 hari.
Klindamisin
Efektif untuk pengobatan
toksoplasmosis, tetapi dapat
menyebabkan kolitis pseudomembranosa
atau kolitis ulserativa
Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi zat anti T.gondii yang
positif pada manusia bekisar antara 2% dan
63%. Sedangkan pada orang Eskimo
prevalensinya 1% dan di El Salvador, Amerika
Tengah 90%. Prevalensi zat anti T.gondii pada
binatang di Indonesia adalah sebagai berikut :
pada kucing 35 73 %, pada babi 11 36%,
pada kambing 11 61 %, pada anjing 75 %
dan pada ternak lain kurang dari 10 %. Pada
umumnya prevalensi zat anti yang positif
meningkat dengan umur, tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai