Anda di halaman 1dari 45

PENERAPAN ASAM BASA

KELOMPOK 6:
IBRAHIM KAMAL
RIRIN ARDIANTO
NURFITRI RAMDANI
SURIANI BINTI SULE
PENERAPAN ASAM BASA

PENERAPAN ASAM BASA PENERAPAN ASAM BASA


DENGAN TITRASI DALAM DENGAN TITRASI DALAM
PELARUT AIR PELARUT NIRAIR
PENERAPAN ASAM BASA DENGAN
TITRASI DALAM PELARUT AIR

Dalam pemeriksaan kimia dengan cara


titrasi asam-basa dalam pelarut air
diperlukan larutan baku dan larutan
cuplikan zat yang akan ditentukan.
Karena itu, sebelum melakukan
pemeriksaan kimia, larutan-larutan
baku asam dan larutan baku basa harus
disediakan terlebih dulu.
1) Pembuatan larutan baku asam

Dalam pemeriksaan kimia dengan cara titrasi dalam


pelarut air, digunakan larutan baku HCl 0,1 M.
Larutan ini dibuat dengan cara mengencerkan asam
hidroklorida pekat, yang mengandung kira-kira 36%
b/v HCl, sampai kepekaan kira-kira yang dikehendaki.
Kemudian kenormalannya yang setepatnya ditentukan
dengan cara pembakuan denga zat baku utama atau
zat baku kerja. Contohnya natrium karbonat.
2) Pembuatan larutan baku basa

Larutan baku basa contohnya adalah larutan natrium


hidroksida 0,1 M. Karbon dioksida dan udara
menimbulkan kesulitan yang besar dalam pembakuan
larutan-larutan hidroksida tersebut, karena gas itu
mudah diserap baik oleh hidroksida, karbon dioksida itu
berubah menjadi ion karbonat, sehingga kepekatan
larutan hidroksida akan berubah. Namun, larutan
barium hidroksida tidak mengandung karbonat yang
terlarut.
Natrium hidroksida dapat dibebaskan dari karbonat dengan
membuat larutan jenuh. Natrium karbonat mempunyai
kelarutan yang rendah dalam larutan jenuh ini sehingga ia
akan mengendap. Setelah didiamkan dalam jangka waktu
lama, larutan jenuhnya dituang dan 5,5-6,0 mL diantaranya
diambil untuk membuat 1 liter larutan NaOH yang
mempunyai kepekatan kira-kira 0,1 M.

Kenormalan yang setepatnya dari larutan basa ditentukan


dengan bantuan larutan HCl yang telah dibakukan atau
dengan zat baku utama. Namun demikian, dianjurkan
melakukan pembakuan dengan kedua cara tersebut. Kedua
nilai yang diperoleh tidak boleh berbeda sampai angka ketiga
dibelakang koma.
Larutan HCl baku sering digunakan untuk pembakuan larutan
NaOH dan berbagai indikator dapat digunakan untuk
pembakuan ini. Namun karena pengaruh karbonat yang
selalu ada dalam larutan basa, dianjurkan memakai indikator
yang sama untuk pembakuan dengan yang digunakan untuk
pemakaian larutan basa baku ini dalam pemeriksaan kimia.
3) Penentuan asam dan basa
Penentuan asam kuat merupakan intisari titrasi ion hidronium.
Pemeriksaan jumlah asam kuat dilakukan dengan larutan baku
NaOH dengan indikator yang sama dengan indikator yang
dipakai untuk pembakuan larutan basa itu. Sedangkan
penentuan asam lemah agak lebih sulit daripada penentuan
asam kuat.
Sebaliknya, penentuan basa kuat pada dasarnya adalah
penentuan ion hidroksida, karena ion ini merupakan basa
terkuat dalam larutan berair. Oleh karena basa kuat selalu
dicemari oleh karbonat, maka titrasi laruan basa kuat harus
dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga baik kadar
hidroksida maupun kadar karbonat larutan itu diperoleh.
Sedangkan, ketelitian penentuan basa lemah tergantung pada
kekuatannya, yaitu pada harga pKa-nya. Serupa dengan asam
lemah, makin lemah basa, makin sempit daerah kesetaraanya.
PENERAPAN ASAM BASA DENGAN TITRASI
DALAM PELARUT NIRAIR

1) Pembuatan larutan baku asam

Basa biasanya dititrasi dalam asam asetat


dengan larutan baku HClO4 0,1 M. Karena asam
perklorat yang diperjualbelikan sebagai
pereaksi kimia mengandung sekitar 30% air,
maka sejumlah terukur anhidrida asetat harus
ditambahkan ke dalam larutan asam asetat.
Dengan demikian air yang ada dalam asam
perklorat itu akan bereaksi dengan anhidrida
asetat.
Sedangkan untuk titrasi basa dalam asetonitril, larutan baku
HClO4 0,1 M dibuat dalam dioksan, karena larutan asam
perklorat dalam asetonitril tidak mantap. Larutan ini dapat
pula digunakan sebagai pentiter untuk titrasi dalam pelarut
asam asetat.

Selain itu, asam hidroklorida digunakan untuk titrasi basa


dalam pelarut-pelarut alkohol, seperti metanol, etanol, dan
lain-lain. Larutan baku asam hidroklorida ini dibuat dengan
mengalirkan gas-gas hidrogen klorida ke dalam pelarut-
pelarut tersebut. Setelah diencerkan, larutan itu dibakukan
dengan zat baku utama.
2) Titrasi basa

Cara yang lazim untuk penentuan basa adalah titrasi dalam asam
asetat glasial namun pengarasannya yang kuat pada zat-zat yang
bersifat basa. Akibatnya, berbagai kotoran akan tertitrasi
bersama-sama dengan zat utama. Karena alasan itu, titrasi
dalam asam asetat hanya dianjurkan untuk penentuan basa yang
sangat lemah.
3) Pembuatan larutan baku basa

Asam sering dititrasi dalam pelarut nirair dengan


larutan baku kalium metoksida 0,1 M dalam metanol-
benzena. Larutan ini dibuat dengan mereaksikan
logam kalium dengan metanol, kemudian diencerkan
secukupnya dengan benzena. Bila alkohol dipakai
sebagai pelarut untuk titrasi, maka benzena dapat
pula digunakan sebagai pengencer. Namun, akhir-
akhir ini tetrabutilamonium yang dilarutkan dalam
larutan metanol-benzena, telah sering digunakan
sebagai pentiter basa.
Sama halnya dengan larutan baku asam, larutan baku
basa harus dibakukan dengan zat baku utama.
4) Titrasi asam

Asam-asam yang tidak terlalu lemah dapat dititrasi


dengan mudah dalam pelarut-pelarut alkohol dan
dalam pelarut campuran alkohol-air atau aseton-
air. Misalnya asam-asam karboksilat. Asam-asam
karboksilat ini dapat dititrasi dengan tepat jika
digunakan fenol ftalein sebagai indikator.
Sedangkan sebagai pentiter dapat digunakan larutan
kalium hidroksida dalam alkohol.
Asam-asam yang lebih lemah dapat ditentukan
dengan tepat dalam pelarut-pelarut yang sama
seperti diatas, tapi titik kesetaraan titrasi harus
ditentukan dengan cara potensiometri.
VOLUMETRI
PENGERTIAN VOLUMETRI
Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada
pengukuran volume dalam pelaksanaan
analisanya.Analisa volumetri biasa disebut juga sebagai
analisis titirimetri atau titrasi yaitu yang diukur adalah
volume larutan yang diketahui konsentrasinya dengan
pasti yang disebut sebagai titran, dan diperlukanuntuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah tepat volume titrat
(analit) atau sejumlah berat zat yang akanditentukkan.
Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan
tepat konsentrasinya. Secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui
konsentrasinya
Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia
antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang
disebut titran.
Reaksi dasar antara komponen analit dengan titran
dinyatakan dengan persamaan umum berikut ini:
Analit + Titran Hasil reaksi

TITRAN

ANALIT
SYARAT-SYARAT VOLUMETRI

1. Reaksi kimia yang berlangsung harus mengikuti


persamaan reaksi tertentu dan tidak ada reaksi
sampingannya.
2. Reaksi pembentukan produk dapat berlangsung
sempurna pada titik akhir titrasi.
3. Harus ada zat atau alat (indikator) yang dapat
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi .
4. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titik
ekivalen segera diketahui dengan cepat.
TITIK EKIVALEN
Titik ekivalen adalah titik dalam titrasi yang merupakan
jumlah ekivalen secara stoikiometri dari zat yang dianalisa
dan titran yang bereaksi
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen
pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH
dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan
pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator
ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan


kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah
indikator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh
pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
TITIK AKHIR
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah
berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai
dengan pengamatan visual melalui perubahan warna
indikator.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indicator disebut sebagai
titik akhir titrasi.
PERHITUNGAN
Dalam titrasi penetralan, prinsipnya ialah menetralkan
asam atau basa. dengan cara titrasi sehingga dapat di
tentukan titik ekivalennya,
Titik ekivalen pada titrasi penetralan ini ialah saat mol
ekivalen asam = mol ekivalen basa
mol Ekivalen asam = mol ekivalen basa
n x mol asam = n x mol basa
n x M x V asam = n x M x V basa
Ket :
n = Jumlah ion H+ atau OH- yang dilepaskan
M = Molaritas (M)
V = Volume (L)
Sedangkan dalam titrasi biasa ada juga mengenai
Normalitas, oleh karena itu kita juga harus mempelajari
cara menentukan Normalitas

BE = Mr / Banyaknya atom H yang di lepas atau di terima


REAKSI-REAKSI
ANALISIS VOLUMETRI
NETRALISASI
Proses ini meliputi titrasi basa bebas atau basa yang
berasal dari hidrolisis garam-garam asam lemah,
dengan suatu larutan standar asam (asidimetri), dan
titrasi asam bebas atau asam-asam yang terbentuk
dari hidrolisis garam-garam basa lemah, dengan suatu
larutan standar basa (alkalimetri).
Reaksi-reaksi ini melibatkan penggabungan ion-ion
hidrogen dengan hidroksida membentuk air.
Untuk asidi-alkalimetri dan oksidimetri, satu
ekivalen asam atau basa menyatakan berat asam atau
basa tersebut dalam gram yang dibutuhkankan untuk
melepaskan 1 mol H+ atau 1 mol OH-.
NETRALISASI
Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu
molekul ke molekul lain. Di dalam air, proton
tersolvasi sebagai ion H3O+.
Reaksi asam basa tersebut bersifat reversibel.
H 2O + H2O H3O+ + OH-

Reaksi ini merupakan reaksi transfer proton dari


molekul air satu ke molekul yang lainnya, dan
mengalami kesetimbangan.
Tetapan kesetimbangan air, Kw dirumuskan sebagai
Kw = [H+] x [OH-]
Apabila suatu asam (misalnya asam asetat) dilarutkan dalam air,
maka reaksi peruraian asam, CH3COOH adalah:
CH3COOH + H2O H3O+ + CH3COO-

Air dalam reaksi ini berperan sebagai basa dan ion asetat
merupakan basa konjugasi asam asetat. Tetapan kesetimbangan
untuk reaksi transfer proton ini merupakan tetapan disosiasi asam
yang didefinisikan sebagai:
Ka =
Reaksi antara ion asetat dengan air adalah
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-

Tetapan kesetimbangannya adalah


Kb =
Hasil kali kedua tetapan tersebut merupakan hasil kali ion air
(Kw)
Kw = K a x K b
Reaksi Redoks
Melibatkan perubahan bilangan oksidasi atau
transfer elektron diantara zat-zat yang bereaksi.
Contoh zat pengoksidasi adalah kalium
permanganat, kalium bromat dll.
Contoh zat pereduksi adalah Fe(II), Sn(II) dll.
Dalam reaksi jenis ini zat pengoksidasi
mendapatkan elektron dan tereduksi, sedangkan zat
pereduksi kehilangan elektron dan teroksidasi.
Perubahan elektron menyebabkan perubahan
valensi dari atom atau ion yang bersangkutan;
- Valensi atom atau ion teroksidasi meningkat
- Valensi atom atau ion tereduksi menjadi turun
Contoh Reaksi Reduksi Oksidasi dalam
Analisis Volumetri

Untuk titrasi redoks satu ekivalen oksidator atau


reduktor menyatakan berat oksidator atau reduktor
tersebut dalam gram yang dibutuhkankan untuk
menangkap atau melepaskan 1 (satu) mol elektron
dalam peristiwa oksidasi-reduksi.
INDIKATOR REAKSI REDOKS
Titrasi redoks dapat dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan indikator.
Titrasi tanpa indikator mungkin dilakukan jika semua
zat pereduksi teroksidasi oleh permanganat dalam
larutan asam. Warna ungu lembayung dari ion MnO4-
akan hilang karena tereduksi menjadi ion Mn2+ yang tidak
berwarna. Ketika semua zat pereduksi telah dititrasi,
maka kelebihan 1 tetes permanganat akan menjadikan
larutan berwarna merah muda.
Dengan cara yang sama, zat pereduksi dapat dititrasi
dengan larutan Iod tanpa menggunakan indikator.
Namun, karena warna larutan I2 sangat tidak tajam,
maka lebih disukai menggunakan indikator, sebagai
contoh larutan amilum, yang memberikan warna biru
yang tegas, bahkan pada lingkungan yang hanya
mengandung sedikit I2 bebas.

Indikator redoks terbagi kepada dua yaitu


(a)Indikator spesifik dan
(b)Indikator Umum
Indikator spesifik adalah indikator yang khusus melibatkan
reaksi reduksi atau oksidasi.
Indikator secara umum adalah zat yang dapat secara
reversibel teroksidasi dan tereduksi, dengan warna yang
berbeda pada bentuk teroksidasi dan tereduksinya.
INDIKATOR WARNA WARNA Eo (Volt)
TEREDUKSI TEROKSIDASI
Kompleks besi(II) Merah Ungu Biru Pucat +1,25
5-nitro-1,10-
fenatrolin
Asam difenilamin Tidak Merah Ungu +0,85
sulfonat berwarna
p-ethoksikrisoidin Merah Kuning +0,76
Biru Metilen Tidak Biru +0.53
berwarna
Indigo Tidak Biru +0,36
Terasulfonat berwarna
Fenasafranin Tidak Biru +0,28
berwarna
Difenilamin Tidak Ungu +0,76
METODE DALAM TITRASI REDOKS

Titrasi redoks terbagi kepada 4 metode:

Metode Permanganometri
Metode Bikromatometri
Metode Iodometri
Metode Bromatometri
METODE PERMANGANOMETRI
Didasarkan pada reaksi oksidasi oleh ion permanganat.
Ketika KMnO4 bertindak sebagai zat pengoksidasi dalam
larutan asam, mangan valensi 7 tereduksi menjadi
kation Mn2+ dan terbentuk garam mangan(II) dari asam
yang digunakan.
Sebagai contoh jika FeSO4 sebagai zat pereduksi dan
teroksidasi oleh KMnO4 dengan adanya asam sulfat,
reaksinya adalah

5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O


METODE BIKROMATOMETRI
Didasarkan pada reaksi oksidasi oleh ion bikromat.
Cr2O72- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2O
Kelebihan pemakaian Kalium bikromat dibanding
permanganat:
*Mudah dibuat dari zat kimia murninya uang sesuai
dengan rumus K2Cr2O7, dengan rekristalisasi dari
larutan cair yang diikuti pengeringan pada 200oC.
Keadaan ini memungkinkan membuat larutan standar
bikromat dengan ketelitian tinggi.
*Larutan K2Cr2O7 stabil pada penyimpanan dalam
wadah tertutup, tidak terurai- bahlan pada penguapan
larutan asamnya. Larutan bikromat juga dapat
digunakan pada kondisi pemanasan saat oksidasi.
METODE BROMATOMETRI
Didasarkan pada reaksi oksidasi ion bromat, BrO3-.
Dalam reaksi ini ion bromat tereduksi menjadi
bromida.

BrO3- + 6H+ + 6e- Br- + 3H2O

Ion H+ terlibat dalam konversi ion BrO3- menjadi Br-,


maka diperlukan larutan asam dalam reaksinya.
Kelebihan bromat dalam larutan, akan bereaksi
dengan ion Br-.
BrO3- + 6H+ + 5Br- 3Br2 + 3H2O
METODE IODOMETRI
Iod bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektro
dari zat pereduksi, sehingga Iod sebagai oksidan. Ion I -
bertindak memberikan elektron dengan adanya zat
penangkap elektron, sehingga I- bertindak sebagai zat
pereduksi.
Metode ini didasarkan pada proses oksidasi yang melibatkan
;

I2 + 2e- 2I-

Dengan melihat potensial standar I2 yang relatif rendah,


sehingga I2 adalah oksidan relatif lemah. Sebaliknya I 2
merupakan zat pereduksi yang kuat.
TITRASI PENGENDAPAN
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang
dapat mengakibatkan terbentuknya endapan dari zat-zat yang
saling bereaksi.

Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi


pengendapan yaitu :
1) cara mohr
2) cara volhard
3) cara fayans
TITRASI PENGENDAPAN
* Dengan Cara Mohr
Dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan sebagai
indikatordigunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai
indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion
klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
* Dengan Cara volhard
Digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung
dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan
larutan baku perak nitrat dalam jumlah sedikit dan berlebihan.
Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat
mengunakan indikator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya larutan berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.
TITRASI PENGENDAPAN
*Dengan Cara Fayans
Menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat
diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama
titrasi argentometri berlangsung. AgNO3 digunakan sebagai
titran dan indikator.

*Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan


yang tidak mudah larut antara titran dengan analit.
Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak
mudah larut.
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
*Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau
garam yang sukar mengion).

*Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang


meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan.
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode
kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara
ligan dengan ion logam utamanya.

Selain titrasi kompleks dikenal pula kompleksometri yang


dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA.

Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada


reaksinya terjadi pembentukan larutan atau senyawa
kompleks.
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan.
Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna
merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah,
sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.
Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.

b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah
dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna
merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

c. Biru Hidroksi Naftol


Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada
daerah pH 12 13 dan menjadi biru jernih. Titrasi kompleksometri
umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk
senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.

Anda mungkin juga menyukai