Anda di halaman 1dari 24

Gagal Ginjal

Akut

Oleh:
Kelompok 1
Anggota Kelompok
Ahmad Priyanto (A2R13002)
Benny Hermawan (A2R13011)
Binti Munawaroh (A2R13012)
Eko Wahyu Setiawan (A2R13021)
Erning Puspita Ari Fanani (A2R13026)
Esti Nur Arini (A2R13028)
Novan Zuhri Purnomo (A2R13043)
Ria Eki Widyastuti (A2R13051)
Vera Oftaningtyas (A2R13067)
Definisi
Gagal ginjal akut merupakan sindroma klinik akibat
adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa
hari) yang menyebabkan retensi sisa metabolisme
nitrogen (urea-kreatinin) dan non-nitrogen, dengan
atau tanpa disertai oliguri.

Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat


dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah
dari bahan-bahan racun yang menyebabkan
penimbunan limbah metabolik di dalam darah
(misalnya urea).
Etiologi
a. Pra renal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat
hipoperpusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomeruls.
Kondisi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar,
kehilangan cairan dari gastrointestinal pankreatitis,
pemakaian diuretik yang berlebih)
Vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis)
Penurunan curah jantung (disaritmia, infark
miokard, gagal jantung, syok kardioenik dn emboli
paru)
Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli,
trombosis)
b. Renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan
jaringan ginjal. Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli
atau tubuli sehingga faal ginjal langsung terganggu.
Beberapa penyebab kelainan ini adalah :
Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik
uremik, renjatan sepsis dan renjatan hemoragik.
Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca
sreptococcus, lupus nefritis.
Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan
tumor lain yang langsung menginfiltrasi ginjal dan
menimbulkan kerusakan.
Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat
renjatan dan iskemia lama, nefrotoksin (kloroform,
sublimat, insektisida organik), hemoglobinuria dan
mioglobinuria.
c. Pasca renal / Post renal
GGA pasca renal adalah suatu keadaan dimana
pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam
saluran kemih terhambat. Etiologi pasca renal
terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal
ginjal, ciri unik ginjal pasca renal adalah terjadinya
anuria, yang tidak terjadi pada gagal renal atau pre-
renal. Kondisi yang umum adalah sebagai berikut :
Obstruksi muara vesika urinaria: hipertropi prostat<
karsinoma
Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran
kemih, bekuan darah atau sumbatan dari tumor
(Tambayong, 2000).
Stadium GGA
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik
dan gagal ginjal akut, yaitu periode awal, periode
oligunia, periode diuresis, dan periode perbaikan.
1. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri
dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium oliguria
Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24
jam) disertai dengan peningkatan konsentrasi serum
dan substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal
(urea, kreatinin, asam urat, serta kation intraseluler-
kalium dan magnesium). Oliguria timbul dalam waktu
24-48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia.
Terdapat gejala-gejala uremia (pusing, muntah, apatis,
rasa haus, pernapasan kusmaul, anemia, kejang),
hiperkalemi, hiperfosfatemi, hipokalsemia,
hiponatremia, dan asidosis metabolik.
3. Stadium diuresis
Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah
urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi
glomerulus. Pasien harus dipantau dengan ketat akan
adanya dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi,
tanda uremik biasanya meningkat.
Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400
ml/hari
Berlangsung 2-3 minggu
Pengeluaran urine harian jarang melebihi 4 liter, asalkan
pasien tidak mengalami hidrasi yang berlebih
Tingginya kadar urea darah
Kemungkinan menderita kekurangan kalium, natrium dan
air
Selama stadium dini diuresis, kadar BUN mungkin
meningkat terus
4. Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai
satu tahun, dan selama itu anemia dan
kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit
membaik. Nilai laboratorium akan kembali normal.
Manifestasi Klinis
Penderita tampak sangat menderita dan letargi disertai mual,
muntah, diare, pucat (anemia), dan hipertensi.
Nokturia (buang air kecil di malam hari).
Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki.
Pembengkakan yang menyeluruh (karena terjadi penimbunan
cairan).
Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki.
Tremor tangan.
Kulit dari membran mukosa kering akibat dehidrasi.
Nafas mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang
dapat dijumpai adanya pneumonia uremik.
Manisfestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan
kejang).
Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat
mengandung darah, berat jenis sedikit rendah, yaitu 1.010 gr/ml)
Peningkatan konsentrasi serum urea (tetap), kadar kreatinin, dan
laju endap darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan
protein), perfusi renal, serta asupan protein, serum kreatinin
meningkat pada kerusakan glomerulus.
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah: ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas
2. Urin: ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam
urat.
Gangguan keseimbangan asam basa: asidosis metabolik.
Gangguan keseimbangan elektrolit: hiperkalemia,
hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan
hiperfosfatemia.
Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi
dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
Warna urine: kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya
darah, Hb, mioglobin, porfirin.
Berat jenis urine: kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal,
contoh: glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangan
kemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010
menunjukan kerusakan ginjal berat.
Osmolaritas urine: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan
kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Anamnesis
Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang
usia manapun, khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit serius,
terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
Riwayat Penyakit Sekarang
Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah
urine output dan apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada
hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan setelah
melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar, setelah
mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID atau
pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta
adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan
letargi. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan,
yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu tubuh
meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan
dimana frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan
suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah terjadi
perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
2. Pemeriksaan Pola Fungsi
a) B1 (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya
gangguan pola napas dan jalan napas yang
merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom
akut uremia. Klien bernapas dengan bau urine (fetor
uremik) sering didapatkan pada fase ini. Pada beberapa
keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
b) B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan
auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi perikardial sekunder dari sindrom
uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut
merupakan kondisi yang tidak dapat dielakkan sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran GI. Pada
pemeriksaan tekanan darah sering didapatkan adanya
peningkatan.
c) B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder
akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur,
kram otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada
fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia.
d) B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pada periode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400
ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah
urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi
glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan perubahan
warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum efek
sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipertensi.
d. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga
keseimbangan dan mencegah komplikasi, meliputi hal-
hal sebagai berikut:
Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan
cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara
bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan
dan membantu penyembuhan luka.
Koreksi hiperkalemi. Peningkatan kadar kalium dapat
dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin
(natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui
retensi enema. Natrium polistriren sulfonat bekerja
dengan mengubah ion kalium menjadi natrium di
saluran intenstinal.
Terapi cairan
Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialisis
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal
NOC :
Keseimbangan Cairan
Kriteria Hasil : Tidak akan Terganggu (Kelebihan) yang
dibuktikan indikator sbb
Fungsi Ginjal
Kriteria Hasil : Hematokrit dalam batas normal
NIC :
Pemantauan Elektrolit
Manajemen Cairan
Pemantauan Cairan
Manajemen Cairan atau Elektrolit
Manajemen Hipervolemi
Manajemen Eliminasi Urin
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
Kaji efek pengobatan pada edema
Pantau secara tertaur llingkar abdomen
Timbang BB setiap hari
Pertahankan asupan dan keluaran cairan yg akurat
Pantau hasil lab yang relevan

Penyuluhan untuk pasien atau keluarga


Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema
Anjurkan pasien puasa

Aktivitas kolaboratif
Konsultasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Konsul ke dokter jika ada kelebuihan volume cairan yg memburuk
Berikan deuretik bila perlu

Aktivitas lain
Ubah posisi setiap 4 jam
Tinggikan extremitas yg oedem
Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
2. Pola nafas nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan pH pada cairan serebrospinal, perembesan cairan,
kongesti paru efek sekunder perubahan membran kapiler
alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru pada
respons asidosis metabolik.
NOC :
Status pernafasan
Kriteria hasil : menunjukkan status pernafasan ventilasi tidak
terganggu yg dibuktikan oleh indikator gangguan sbb
Kedalaman respirasi
Kemudahan bernafas
Ekspansi dada simetris
Status tanda vital
NIC:
Manajemen jalan nafas
Pengisapan jalan nafas
Manajemen anafilaksis
Manajemen jalan nafas buatan
Ventilasi mekanis
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Pantau adanya sianosis
Pantau efek obat pada status pernafasan
Kaji kebutuhan insersi jalan nafas
Pantau kecepatan irama kedalaman dan upaya pernafasan

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


Informasikan kepaada keluarga tentang teknik relaksasi
Ajarkan teknis batuk efektif
Informasikan pada keluarga tidak boleh merokok di ruangan

Aktivitas kolaboratif
Konsultasi dengan dr. Sp paru untuk pemberian terapi dan memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis
Laporkan perubahan sensori , bunyi nafas, GDA, sputum
Berikan obat misal bronkodilator
Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola nafas
Berikan terapi nebulizer

Aktivitas lain
atur posisi pasien untuk pengoptimalkan pernafasan
tenangkan pasien dalam periode gawat nafas
minta pasien untuk mengubah posisi setiap 4 jam
3. Perfusi jaringan tidak efektif
NOC :
integritas jaringan kulit dan membran mukosa
Kriteria hasil :
menunjukkan intregitas jaringan : kulit dan membran mukosa
yang dibuktikan indikator sbb:
-suhu, sensasi, elastisitras, hidrasi, keutuhan dan ketebalan kulit
Perfusi jaringan perifer
Kriteria hasil :
Menunjukan perfusi jarinagn perifer yg dibuktikan indikator
sbb:
-CRT
-warna kulit, sensasi, integritas kulit
NIC :
Perawatan sirkulasi
Perawatan embolus
Manajemen cairan
Pemantauan neurologis
Manajemen sensasi perifer
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Kaji ulkus statis & gejala selulitis
Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer
pantau tingkat nyeri saat aktivitas fisik
pantau status cairan termasuk asupan dan keluaran cairan

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


anjurkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit
ajarkan pasien perawatan kaki yang tepat
ajarkan pentingnya program diet

Aktivitas kolaboratif
beri obat nyeri
beritahu dokter jika nyeri tidak reda
berikan obat anti trombosit

Aktivitas lain
hindari trauma kimia
kurangi rokok
TERIMA KASIH...

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai