Anda di halaman 1dari 49

PENGOLAHAN LIMBAH

PUSKESMAS
Oleh
Tri Setyo Winaryanto
BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN
LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT
YOGYAKARTA
2015
2. DASAR HUKUM

UU No 23/1992 tentang Kesehatan


UU No 23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UU No 22/1999 tentang Pemerintah
Daerah
PP No 18/1999 yg dirubah dengan PP No .
85/99 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
PERSYARATAN PENGELOLAAN
Berdasar Kepmenkes RI No.1204/Menkes
/SK/X/2004.

Pengelolahan Limbah medis padat :

a. Setiap sarkes harus melakukan reduksi limbah


mulai dari sumber
b. Setiap sarkes harus mengelola dan
mengawasi pengunaan kimia dan farmasi
c. Setiap peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan limah medis mulai pengumpulan
s/d pemusnahan hrs melalui sertifikasi dari
pihak yg berwenang.
d. Pemilahan hrs dilakukan mulai dari sumber
penghasil limbah
lanjutan............................

e. Limbah yg akan dimanfaatkan hrs


dipisahkan dr
limbah yg tdk dimanfaatkan kembali,
f. Limbah tajam hrs dikumpulkan dlm satu
wadah anti
bocor,anti tusuk, tdk mudah dibuka shg
orang yg tdk
berkepentingan tdk dap membuka,
g. Jarum dan syringes hrs dipisahkan shg
tdk dpt diguna
kan kembali,
h. Limbah medis pdt yg akan dimanfaatkan
SUMBER SUMBER LIMBAH CAIR
RUMAH SAKIT /PUSKESMAS
1. Aktifitas laboratorium pencucian alat Lab
Pembuangan sisa sampel(urine,darah)
Pembuangan hasil proses analisa
2. Unit Operas Pembedahan (darah )
3. Sisa obat ( Infus )
4. Kamar mandi/ unit pelayanan fungsional, limbah cair urine,
kotoran lainnya, wastafel dari ruang inap.
5. Pencucian /Loundry Limbah cair dari proses pencucian dan
pembilasan
6. Dapur Pencucian material aktivitas dapur cucian sayuran,
cucian piring/ peralatan lainnya
KUANTITAS LIMBAH CAIR

Besaran perhitungan secara estimasi limbah


cair dapat dihitung berdasar :

Qav = 0,9 X pemakaian air bersih (m3/hr)

Untuk pemakaian air bersih di Indonesia rata


rata berkisar 100 150 lt/org/hr.

Sedangkan Menurut Buku pedoman sanitasi RS di


Indonesia oleh Dirjen P2M & PLP Dep.kes.RI. Antara
500 900 lt/org/hr.
KUALITAS LIMBAH CAIR
Untuk mengetahui kualitas/karakteristik
limbah cair
RS di perlukan Uji Identifikasi, shg perlu
di lakukan
sistem pengambilan limbah cair dengan
benar,
sehingga limbah cair yang diambil dapat
mewakili
dari keseluruhan kegiatan RS.
Ada 3 Cara pengambilan sampel
PEMBUANGAN LIMBAH CAIR
PRINSIP ADA 2 SISTEM

1. Sistem pembuangan Limbah Cair SETEMPAT


(on site sanitation )
a. Biasanya digunakan sistem dengan tangki
septik sebagai penampungan dari Limbah
Cair :
- Toilet
- Tempat cuci
- Dapur
b. Atau Sistem komunal merupakan fasi
jamban
dan dapat di kombinasikan dengan MCK
lanjutan...........................
Keuntungan dari sistem SETEMPAT :

- Biaya awal rendah


- Tidak memerlukan teknologi tinggi
- Pemeliharaan mudah
- Dapat dikerjakan pada masing-masing RT.

Kerugian sistem SETEMPAT


- Diperlukan lahan luas untuk peresapan
(jika limbah cair berasal dari kamar mandi,cucian)
- Dapat menimbulkan pencemaran bagi sumber air
jika tidak memenuhi standar jarak minimum dari
bidang resapan
2. Sistem pembuangan limbah cair TERPUSAT

Terdiri dari jaringan perpipaan bawah tanah


(sewerage), IPLC (Sewerage Treatment Plant)
dan bangunan penunjang.
Sistem ini Ada 2 golongan :

a. Sistem terpisah
Suatu sistem limbah cair disalurkan
terpisah dengan air hujan
Lanjutan......................................
b. Sistem Gabungan
Suatu sistem dimana limbah cair
berasal dari
masing-masing sumber (rumah
penduduk,
bangunan komersial, industri dialirkan
melalui
saluran tertutup, disebut saluran
tersier.
Kemudian dari beberapa saluran
tersier di kum
lanjutan...................................
Keuntungan Sistem Terpusat.
Tidak memcemari sumber air
( sumur)
Seluruh limbah cair dari (mandi,cuci,
dan kakus) dapat di alirkan ke sistem
ini sehingga sangat ideal dan
higienis.
Kerugian Sistem terpusat .
- Biaya pembuatan dan pemeliharaan
tinggi
JENIS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ADA 3

1. Pengolahan tingkat pertama (Primary Treatmant )


2. Pengolahan tingkat Kedua ( Secondary Treatmant)
3. Pengolahan tingkat Ketiga ( Tertiary Treatmant)

a. Pengolahan Tingkat Pertama (Primary Treatmant )

Berfungsi mengurangi beban kadar polutan yang akan mengendap/


mengapung. Limbah cair masuk ke IPLC dilewatkan screen untuk
memisahkan bahan yang mengapung seperti : kayu,plastik, daun
Kemudian ke grit chamber untuk mengendapkan pasir, batuan yang
ikut limbah cair, sekaligus dapat memisahkan minyak dan lemak
lanjutan.............................................

b. Pengolahan tingkat Kedua ( Secondary


Treatmant)
Berfungsi menghilangkan/mengurangi kandungan zat
organik pada limbah cair dan disebut pengolahan
Biologis, karena proses pengolahan dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
mengurangi senyawa organik menjadi senyawa lain
yang lebih stabil.

Macam-macam pengolahan tingkat kedua a.l:


1. Trickling filter
terdiri dari susunan batuan (diameter 5- 8,5 cm)
kemudian di kom
binasi dengan Rotary Biological Contactor (RBC)
lanjutan................................
2. Pond atau Lagoon
Pond (kolam buatan manusia) atau
lagoon (kolam
alam) berfungsi untuk mengolah limbah
cair secara biologis dengan
menggunakan aktifitas mikro organisme
yang ada di dalamnya ;

Ada 3 macam jenis pond/lagoon (fakultatif)


1. Aerobik Pond/Lagoon
2. Aerobik Anaerobik pond/lagoon
Lanjutan...........................................

3. Pengolahan dengan activated sludge


(lumpur aktif)

Pengolahan banyak digunakan untuk


megolah limbah cair rumah sakit.
Lumpur Aktif adalah proses sistem
kontinyu di dalam pertumbuhan flok
biological dicampur dengan limbah cair
dan di aerasi kemudian di pisahkan/ di
endapkan di dalam bak sedimentasi.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN AGAR
SUPAYA PROSES LUMPUR AKTIF STABIL

- Menjaga kestabilan beban BOD dan nilai F/M


- Menjaga konsentrasi mikroba agar supaya
konstan dilakukan sebagian lumpur dari
kolam aerasi secara rutin.
- Menjaga kebutuhan Oksigen tercukupi.
- Menjaga Kesetabilan keasaman pH ( 6-9)
- Menghinadri senyawa racun kedalam kolam
aerasi.
Misal:
Amina ,Protein, Tannins, Phenol, Alkohol,
Cyanat, Ether, Carbamat, Bensen
PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH AKAN
BERJALAN DENGAN BAIK APABILA:

a. Suhu air limbah < 35C


b. Kondisi pH = 7,0-8,0
c. Limbah cair tidak mengandung banyak Minyak
dan Lemak
d. Limbah cair tidak mengandung deterjen
e. Limbah cair tidak mengandung logam berat
f. Limbah cair tidak mengandung desinfektan
REAKSI BAKTERI ANAEROB PADA IPLC DALAM MENGOLAH LIMBAH CAIR ORGANIK

Masuk ke Peresapan dan reaksi dalam Bak


Biofilter gravel :
TAHAPAN
RANCANG BANGUN IPLC MELIPUTI :

A. Survei dan pengumpulan data


Mencermati layout IPLC yang ada.
Menghitung jumlah Bed dan BOR /hari.
Sumber air/air bersih yang digunakan.
Identifikasi masing masing sumber limbah
Tata letak lahan yang tersedia.
lanjutan....................
B. Kompilasi, Pemrosesan dan analisis data.

Debit limbah cair yang ada/ hari


Luas lahan yang tersedia.
Hasil lab pada outlet IPLC (parameter melebihi)
Anggaran yg ada.
Komitmen/Managemen
Lanjutan..........................................
C. Penyusunan konsep desain IPLC
Misal :
Diketahui puskesmas rawat inap memiliki 30
bed
dengan bor rata-rata tiap hari 70%.
Asumsi debit limbah cair tiap bed 500
liter/hari (limbah
komulatif)

jadi debit air limbah tiap hari = 30 X 500


liter X 0,7
=10.500 liter ( 10 m)
lanjutan.................
D. Pembahasan
Meliputi:
Mencermati perkembangan
pelayanan kegiatan di dalam secara
keseluruhan
Menentukan pemanfaatan air hasil
olahan
Mengumpulkan sumber data yang
berhubungan dengan penghasil
lmbah cair.
DATA TEKNIS PERENCANAAN IPLC PUSKESMAS RAWAT INAP
DEBIT 10 M/ HARI
KO INSTALASI IPLC DIMENSI BAHAN KETERANGAN
DE (P x L x T)
A Bak kontrol dg 0,5 x 0,4 x 0,6 m -Pasang batu bata Bak di bawah
saringan kasar = 0,5-1,0cm -Dop PVC berlubang dg permukaan tanah
5 mm
B Bak penampung 2,0 x 2,0 x2,0 m -pasang batu bata dg ring Bak di bawah
limbah cair slope dan diplester permukaan tanah
- Dasar bak pasangan batu
kali dan cor beton bertulang
C Bak Anaerob 5,0 x 4,0 x 4,0 m -Dinding dan dasar bak Bak di bawah
pasangan batu kali dan cor permukaan tanah
brton bertulang
-Ventilasi pipa Gl 2 inc
D Bak Degester 0,8 x 0,8 x 4,0 m -Buis sumur 0,8m dan di Bak di bawah
(pemampatan permukaan tanah
lumpur bakteri) plester
-Dasar bak pasangan batu
kali
-Ventilasi pipa G l 1,5 inc
lanjutan............................
E Bak Biofilter 1,0 x 0,5 x 0,5 m -Pasangan batu bata Bak di bawah
gravel -Dasar bak pasangan permukaan tanah
batu kali
-Isi bak : batu koral
5-10 cm (batu splate)
F Bak peresapan 0,8 x 0,8 x 4,0 m -Pasangan batu bata Bak di bawah
Dasar bak pasangan permukaan tanah
batu kali
-isi bak : batu koral
5-10 cm
G Bak penangkap 1,5 x 0,8 x 1,0 m Buis sumur 0,8 m Bak di bawah
M&L permukaan tanah
H Volume lumpur 10-20% - Harus di
aktif pertahankan
I Volume lumpur - - Harus dikeluarkan
mati rutin
J Bak membunuh 0,5 x 0,5 x 0,5 m -Pasangan batu bata Bak di bawah
dan diplester permukaan tanah
Lanjutan...........................
K Perpipaan - -Pipa PVC 2 dan Bak di bawah permukaan
4 inc tanah
- stop kran 2 inc
L Pipa Ventilasi Tinggi 2,5 m -Pipa GI 2 inc
M Manhole (tutup 0,6 x 0,6 m - Bahan plat baja Di atas permukaan tanah
bak), kontrol, atau seng
Minyak lemak
dan Anaerob
N Alat pengukur - - Flow meter 2 inc -
debit
O Luas area lahan - - Minimalkan 50 m jika
IPLC dan aliran tidak tersedia, maka ke
limbah gravitasi dalaman bak IPLC, maka
kode BCD dpt di perdalam
P Starter bakteri - Kotoran sapi 1 kg kotoran sapi basah/
anaerob basah atau Efektif m limbah cair
mikroorganisme
DIMENSI IPLC PUSKESMAS
(KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN)
DEBIT
LIMBAH
VOLUME BASAH
CARI BAK KEDAP AIR (m) DEGESTER
PERHARI (m)
PENANGKAP PENAMPUNG ANAEROB
MINYAK/ LIMBAH (WT = 7 hr)
LEMAK CAIR

1-2 0,1-0,2 1-2 7-14


3-5 0,3-0,5 3-5 21-35
6-10 0,6-1,0 6-10 42-70
11-15 1,1-1,5 11-15 77-105
16-30 1,6-3,0 16-30 112-210
31-50 3,1-5,0 31-50 217-350
CARA PENANGANAN PERMASALAHAN
DALAM PROSES PENGOLAHAN DI IPLC
NO PROBLEM PENYEBAB CARA PENANGANAN
1 Limbah cair di bak Bak penampung terlalu Bak penampung terlalu di perbesar sesuai
penampung masih kecil, tidak bisa kapasitas debit agar bisa terjadi fermentasi
mengandung oksigen penampung air limbah sehingga DO sebelum masuk bak anaerob =
(bak anaerob komulatif selama 24 jam 0,0
terganggu)
2 Bak anaerob tidak pH asam (< 6,0) a. Lakukan netralisasi dengan larutan kapor
tumbuh lumpur gamping sampai pH > 6,5
b. Tambahkan starter bakteri
3 Terjadi endapan Bak pengkap Lakukan penghancuran atau ambil secara
mengapung dan keras minyak/lemak tidak rutin manual dengan jaring /ciduk
di dalam bak anaerob di bersihkan/di kontrol
4 Efluen bak anaerob a. Waktu tinggal limbah a. Ambil / kurangi lumpur mati dengan
sangat berbau kurang lama karena pompa lumpur atau membuka stop kran
terlalu banyak lumpur yang menuju bak degester
mati di dalam bak b. Perbesar volume bak anaerob dengan
b. Desain IPLC bak kedalaman minimal 3 m
anaerob terlalu kecil c. Lakukan netralisasi dg larutan kapor
shg waktu tinggal air gamping sampai pH > 6,5
limbah kurang
lama(<7hr)
c. pH inlet <6,0
DAFTAR PUSTAKA

BiologicalProcess Design for water Treatment, Larry D


Benefiled&Cliford .Randall,1979.
Water Treatment Handbook, Jonh Wiley & Sons,New
York- Chichester Brinsbane- Toronto,1979
Water Treatment Handbook, Degremont,1973
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai