Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN

POST-OPERATIVE PADA
Ny.E DENGAN SINDROM
KORONER AKUT STEMI
DI RUANG ICU-ICCU
RSUD TIDAR KOTA
MAGELANG
2

Disusun
Oleh:
1.
2.
ADINDA ELMI- 2202011412
RATIH NUR AININ- 220201141200
3. RIFQI RIZQIYA 22020114140089
4. ULFA AMALIA FAJRIN -

22020114140082

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, 2017

3
DEFINISI
Sindrom koroner akut (SKA) adalah
sebuah kondisi yang melibatkan
ketidaknyamanan dada atau
gejala lain yang disebabkan oleh
kurangnya oksigen ke otot jantung
(miokardium) akibat adanya total
oklusif atau subtotal oklusif
trombus arteri koroner yang
ditandai dengan adanya
perubahan gambaran EKG berupa
ST elevasi .
4

ETIOLOGI
1. Trombus tidak oklusif pada plak yang
sudah ada
2. Obstruksi dinamik
3. Obstruksi mekanik yang progresi
4. Inflamasi dan/atau infeksi
5. Keadaan pencetus
MANIFESTASI
5
KLINIS
Nyeri dada yang bisa menjalar ke lengan kiri atau

kanan, ke rahang bahu berupa sensasi terbakar,


tertekan, terhimpit benda berat yang seringkali
disertai keringat dingin, mual, dan muntah (Sudoyo
et al, 2010)

Elektrokardiogram menunjukkan perubahan


segmen ST elevasi maupun depresi atau adanya
inversi gelombang T
Cardiac Marker berupa pemeriksaan enzim jantung
akan memberikan hasil yang signifikan antara lain
CKMB dan Troponin T meningkat pada 3-4 jam
setelah infark
6
KOMPLIKASI (sudoyo,
2013)
Disfungsi Ventrikular
Gangguan Hemodinamik
Syok Kardiogenik
Infark ventrikel kanan
Aritmia paska STEMI
Ekstrasistol ventrikel
Takikardia dan fibriasi ventrikel
Komplikasi mekanik
7

PATOFISIOLOGI
8

PROGNOSIS
Klasifikasi Killip

Kelas Definisi Mortalita


s (%)
I Tak ada tanda gagal jantung 6
kongestif
II +S3 dan atau ronkhi basah 17
III Edema paru 30-40
IV Syok Kardiogenik 60-80
9

PROGNOSIS
Klasifikasi Forrester berdasarkan monitoring
hemodinamik indeks jantung dan pulmonary
capillary wedge pressure (PCWP)
Kelas Indeks PCWP (mmHg) Mortalitas (%)
Kardiak
(L/min/m2)
I >2,2 <18 3
II >2,2 >18 9
III <2,2 <18 23
IV <2,2 >18 51
10

PROGNOSIS
TIMI risk score : menggabungkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik pada asien STEMI yang mendapat terapi fibrinolitik
Faktor Risiko (Bobot) Skor Risiko/ mortalitas 30
hari (%)
Usia 65-74 tahun (2 poin) 0 (0.8)
Usia >75 tahun (3 poin) 1 (1.6)
Diabetes mellitus/ hipertensi atau angina (1 poin) 2 (2.2)
Tekanan darah sistolik <100mmHg (2 poin) 3 (4.4)
Frekuensi jantugng >100 (2 poin) 4 (7.3)
Klasifikasi Kilip II-IV (2 poin) 5 (12.4)
Berat < 67kg (1 poin) 6 (16.1)
Elevasi ST anterior atau LBB (1 poin) 7 (23,4)
Waktu ke reperfusi >4jam (1 poin) 8 (26.8)
Skor risiko = total poin >8 (35.9)
11
TERAPI REPERFUSI (Obat
Fibrinolitik)
Reperfusi dini akan
memperpendek lama Sasaran terapi reperfusi
oklusi koroner adalah door to needle
meminimalkan derajat time untuk memulai
disfungsi dan dilatasi terapi fibrinolitik dapat
ventrikel serta dicapai dalam 30 menit
mengurangi pasien Tujuan utama adalah
STEMI berkembang merestorasi patensi
menjadi pump failure arteri koroner dengan
atau takiaritmia cepat
ventrikular yang
maligna
12
TERAPI REPERFUSI (Obat
Kontraindikasi absolut
Fibrinolitik)
Setiap riwayat perdarahan Kontraindikasi relatif
intraserebral Riwayat hipertensi kronik berat, tak
terkendali
Terdapat lesi vaskular Hipertensi berat tak terkendali saat
serebral struktural masuk ( TDS >180 mmHg atau TDS
(malformasi AV) >110 mmHg)
Riwayat strok iskemik sebelumnya >3
Terdapat neoplasia ganas bulan, dementia, atau diketahui patologi
intrakranial intrakranial yang tidak termasuk
kontraindikasi
Strok iskemik dalam 3 bulan Resusitasi jantung paru traumatik atau
kecuali strok iskemik akut lama (>10menit) atau operasi besar (<3
dalam 3 jam minggu)
Perdarahan internal baru dalam 2-4
Dicurigai diseksi aorta minggu
Perdarahan aktif atau Fungsi vaskular yang tak terkompresi
diastasis berdarah (kecuali Untuk streptase / anisreplase : riwayat
penggunaan >5 hari sebelumnya atau
menstruasi) reaksi alergi sebelumnya terhadap obat
Trauma muka atau kepala Kehamilan
Ulkus peptikum aktif
tertutup yang bermakna Penggunaan antikoagulan baru : makin
13
TERAPI REPERFUSI (Obat
Fibrinolitik)
Terapi fibrinolitik pada STEMI mempunyai beberapa risiko
seperti perdarahan. Perdarahan diklasifikasikan oleh
American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support
(ATLS)
Kelas I
menjadi: (Manning, 2014)
Melibatkan hingga 15% dari volume darah, tidak ada perubahan dalam tanda-
tanda vital dan tidak diperlukan esusitasi cairan
Kelas II Melibatkan 15-30% dari volume darah total, ditandai dengan takikardi (denyut
jantung cepat) dan penyempitan perbedaan antara tekanan darah sistolik dan
diastolik. Transfusi darah biasanya tidak diperlukan
Kelas III Melibatkan hilangnya 30-40% dari volume sirkulasi darah yang ditandai
penurunan tekanan darah pasien, peningkatan denyut jantung, hipoperfusi
perifer (syok). Resusitasi cairan dengan kristaloid dan transfusi darah biasanya
diperlukan
Kelas IV Melibatkan hilangnya >40^% dari volume sirkulasi darah. Batas kompensasi
tubuh tercapai dan resusitasi agresif diperlukan untuk mencegah kematian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
14

ELEKTROKARDIOGRAM
FOTO THORAX
Pembesaran jantung atau peningkatan tekanan
vena dapat menandakan adanya infark miokard
atau disfungsi ventrikel kiri, namun temuan ini
kadang tidak dapat diandalkan
ENZIM JANTUNG
Sel otot jantung yang mati akan mengeluarkan
enzim, dan enzim tersebut dapat membantu dalam
menegakkan infark miokard.
ECHOCARDIOGRAM
15

AIRWAYPENGKAJIAN PRIMER
CIRCULLATION
Tidak ditemukan sumbatan Nadi lemah, tidak
atau penumpukan teratur, takikardia,
sekret Tekanan darah
BREATHING menurun, edema,
Sesak dengan aktivitas gelisah, akral
ringan atau istirahat, RR dingin, kulit pucat,
lebih dari 24 kali/menit, sianosis, urine
irama irreguler dangkal, output menurun
ronchi, crakcles,
ekspansi dada tidak
penuh, penggunaan otot
16
PENGKAJIAN SEKUNDER
SIGN AND SYMPTOM
ALLERGIES
MEDICATIONS
PREVIOUS MEDICAL/ SURGICAL
HISTORY
LAST MEAL
EVENTS
DIAGNOSA YANG MUNGKIN
1. Nyeri Akut b/d infark miokard akibat sumbatan arteri
koroner
MUNCUL
17
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan tubuh.
3. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama
dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti
aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
4. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran
darah koroner.
5. Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma.
6. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan
terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi
terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi
Intervensi Keperawatan
Nyeri akut b/d infark miokard akibat sumbatan arteri
koroner.
Kaji nyeri: (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat
setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-
dinamik
Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian
yang tulus kepada klien.
Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian
yang tulus kepada klien.
Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan,
distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Intervensi
Keperawatan
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum,
selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan
tekanan abdominal.
Intervensi
Keperawatan
Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama
dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan
tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard,
kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring,
duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
Auskultasi bunyi napas.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
21

ASUHAN
KEPERAWAT
AN
22
Tanggal masuk : 23 Agustus 2017 pukul 10.37 WIB
Tanggal Pengkajian : 23 Agustus 2017 pukul 12.00 WIB

Biodata Klien
Nama : Ny. E
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kalitan Blondo RT 03 RW 13 Mungkid Kab.
Magelang
Agama : Islam
Diagnose medis : Stemi Inferior, Stemi Inferior+Dextra,
Post Fibrion
No. RM : 000000366xxx
23

PENGKAJIAN PRIMER

Airway
Klien terpasang nasal kanul hari ke-2, tidak terdapat sekret di
saluran pernapasan dan tidak terdengar suara tambahan
Breathing
Pernafasan klien irreguler dengan RR: 16x/menit, SPO2 97%.
Klien menggunakan alat bantu pernafasan yaitu nasal kanul.
Pada suara nafas klien tidak terdengar suara tambahan.
Circulation
CRT: <3 detik, TD : 130/90 mmHg, HR: 110x/menit, MAP:
103,2mmHg, Akral dingin. Turgor kulit lembab.
24

PENGKAJIAN PRIMER
Disability
Kesadaran
E4M6V5
Pupil isokor diameter kanan 2 mm kiri 2 mm reaksi terhadap
cahaya = ka +, ki +
Kekuatan otot :
4
4
4
4
Exposure
Tidak terdapat luka. Terpasang infus di tangan kanan dan kiri.
Tangan kanan klien terpasang manset tensi, terdapat 5
elektroda EKG di dada, klien terpasang DC kateter hari
PENGKAJIAN SEKUNDER
25
Symptoms
Klien mengatakan nyeri dada seperti ditusuk-tusuk ketika
sedang memasak, kemudian dibawa ke rumah sakit dan
mendapatkan perawatan di IGD pukul 08.00 WIB. Setelah
dilakukan perawatan selama kurang lebih dua jam klien
dipidah ke ICU pukul 10.37 WIB. Klien tampak lemah,
terpasang alat bantu pernapasan nasal kanul.
Allergies
Klien mengatakan klien tidak mempunyai alergi obat dan
makanan.
Medication
Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi maupun DM.
Past Illnes
Klien mengatakan satu bulan terakhir tidak menderita penyakit
yang serius.
PENGKAJIAN SEKUNDER

Event
Klien datang ke IGD Rumah Sakit Tidar Magelang kurang lebih
pukul 08.00 WIB dengan keluhan nyeri dada seperti ditusuk-
tusuk (skala 8) sejak pagi hari, kemudian klien lemah dan
pusing. TD saat di IGD : 136/79 mmHG, S : 36,5 oC, N : 86
x/menit, RR : 19 x/menit. Hasil EKG menunjukkan ST Elevasi
di lead II, aVF, V3 V5, ST depresi lead I dan aVL

Pemeriksaan Fisik
BB: 60 kg
TB: 155 cm
IMT: 25 kg/m2
27

PEMERIKSAAN FISIK
PENAMPILAN UMUM
Keadaan Umum Baik
Kesadaran Somnolen
GCS 13 Eye: 3 Verbal: 5 Motorik: 5
Antropometri BB: 47 kg TB: 153 IMT: 20 kg/m2
cm
Tanda-tanda vital TD: 130/ 80 Suhu: RR: 20 x/ Nadi: 86x/
mmHg 36,5C menit menit
Nyeri P: nyeri post-operasi
Q: nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan perih
R: nyeri di leher bekas operasi
S: nyeri skala 7 (rentan skala 0-10)
T: nyeri menetap dan mereda ketika diberikan obat analgesik
28

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PERNAFASAN
Inspeksi dada dimetris, pengembangan dada
kanan dan kiri sama, dan tidak ada
retraksi dinding dada saat bernapas
Palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi sonor +/+
Auskultasi vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
29

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM KARDIOVASKULER
Inspeksi dada simetris dan tidak tampak
pembesaran vena jugularis, ictus cordis
tidak tampak
Palpasi ictus cordis teraba di ICS 4 midclavikula
sinistra
Perkusi Batas atas: ICS II
Batas bawah: ICS IV
Batas kiri: mid axilla ICS V
Batas kanan: ICS III sternum kiri
Auskultasi Normal, tidak ada suara tambahan. S1 dan
S2 reguler
30

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PENCERNAAN
Mulut Mulut bagian luar : Bibir simetris, berwarna
merah kecoklatan, tidak terdapat ulkus, lesi,
dan massa
Mulut bagian dalam : Gigi berwarna putih
kekuningan dan tidak ada karies. Tidak
terdapat, ulkus, lesi dan massa. Mukosa mulut
kering, tidak ada sariawan.
Abdomen Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak
terdapat striae gravidarum, dan tidak tampak
ulkus atau lesi
Auskultasi : bising usus 12 x/menit
31

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM INDERA
Penglihatan Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
refleks cahaya baik. Klien tidak menggunakan
kacamata
Pembau Hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada lesi,
tidak ada sumbatan, tidak tampak pernapasan
cuping hidung, dan tidak menggunakan alat
bantu napas
32

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM INDERA
Pendengaran Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada
sumbatan, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak terdapat luka, tidak terdapat
pengeluran cairan dari lubang telinga, klien
dapat mendengar dengan baik
Peraba Klien mampu membedakan benda kasar,
halus, tumpul dan lancip. Warna kulit merata,
tidak ada luka.
33

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM SARAF tidak ada keluhan
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Kepala bentuk kepala mesosepal, tidak ada lesi dan
luka

Vertebra Normal

Pelvis Tidak ditemukan luka, laserasi, edema, dan


lesi pada area pelvis
34

PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Inspeksi Lengan kanan dan kiri Inspeksi kaki kanan dan kiri klien
klien tampak lemah. tampak lemah. Tidak ada
Warna kulit merata. Klien perubahan bentuk tulang
terpasang infus pada Palpasi tidak terdapat nyeri
lengan bawah kanan. tekan, benjolan dan
Palpasi tidak terdapat nyeri edema. Akral hangat
tekan, benjolan dan Sensorik klien dapat membedakan
edema. Akral hangat sentuhan, suhu, nyeri,
Sensorik klien dapat membedakan gerak dan tekanan
sentuhan, suhu, nyeri,
gerak dan tekanan
35

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM INTEGUMEN
Kulit warna kulit merata. Terdapat luka post operasi
di lobus tiroid kiri horisontal panjang 10 cm.
Turgor kulit baik. Kulit kering
Rambut berwarna hitam bergelombang dan
persebaran merata, rambut bersih, tidak ada
parasit rambut
Kuku kuku pendek dan bersih, bentuk normal, CRT
< 3 detik,
36

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM INTEGUMEN
Kulit warna kulit merata. Terdapat luka post operasi
di lobus tiroid kiri horisontal panjang 10 cm.
Turgor kulit baik. Kulit kering
Rambut berwarna hitam bergelombang dan
persebaran merata, rambut bersih, tidak ada
parasit rambut
Kuku kuku pendek dan bersih, bentuk normal, CRT
< 3 detik,
37

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar tiroid Terdapat luka jahitan post operasi
isthmolobectomy sinistra. Saat ini pasien
terpasang drainase pada leher dengan
keluaran darah + 50 cc, darah berwarna
merah dan bersih
Pertumbuhan -
38

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PERKERMIHAN
Tidak terdapat distensi kandung kemih dan tidak terpasang
selang kateter, klien mengatakan dapat mengontrol
keinginan untuk berkemih
SISTEM REPRODUKSI
Klien memiliki dua anak, anak pertama perempuan berusia
12 tahun dan anak kedua adalah laki-laki berusia 6
tahun. Klien berusia 37 tahun dan memiliki siklus
menstruasi normal.
SISTEM IMUNITAS
Klien tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan. Klien tidak memiliki riwayat transfusi darah
39 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
BERNAFAS SECARA NORMAL
Airway: tidak terdapat sumbatan jalan napas.
Breathing: tidak terjadi gangguan respirasi
MAKAN DAN MINUM SECARA ADEKUAT
Pre-operasi Post-operasi
Frekuensi makan 2-3 kali/hari 2-3 kali/hari
Porsi makan porsi porsi
Jenis makan padat Bubur
Nafsu makan Tidak nafsu Nafsu makan
makan meningkat
Jumlah minum 1 liter + 1 liter (4 gelas)
Jenis minum Air putih dan teh Air putih dan teh
manis manis
40 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
ELIMINASI
Eliminasi urin Pre-operasi Post-operasi
Kuantitas 3X sehari 2X sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Normal (bau khas Normal (bau khas
urine) urine)

Eliminasi fekal Pre-operasi Post-operasi


Kuantitas 1x sehari Belum BAB sejak
post operasi
osthmolobektomi
SNNT sin
Warna Kecoklatan -
Bau Normal (bau khas -
fekal)
41 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
GERAK DAN KESEIMBANGAN TUBUH
Pre-operasi Post-operasi

Klien mampu miring ke Klien mampu miring ke


kanan dan kiri, klien kanan dan kiri, klien
mampu duduk. Klien mampu duduk. Namun
susah menoleh. saat berdiri dan berjalan
klien dibantu oleh keluarga
42 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
BERPAKAIAN
Pre-operasi Post-operasi
Klien mengatakan Klien mengatakan hanya
mengganti pakaian berganti pakaian
sebanyak 1 kali sehari sebanyak 1 kali dengan
dengan dibantu keluarga
dibantu keluarga (orang
(orang tua)
tua)
klien dibantu oleh
keluarga
43 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
ISTIRAHAT DAN TIDUR
Pre-operasi Post-operasi
Frekuensi 8 jam pada 8 jam pada
malam hari dan malam hari dan
tidak tidur 3 jam pada
siang siang hari

Kualitas Klien Klien


mengatakan mengatakan
jarang jarang
terbangun terbangun
44 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
MEPERTAHANKAN TUBUH DAN SIRKULASI
Temperatur tubuh klien 36,5 0C tidak mengalami
demam dan sering berkeringat.

KEBERSIHAN DIRI
Pre-operasi Post-operasi
Mandi Mandiri Belum mandi
Kera Mandiri Belum mandi
mas
Gosok 2 kali sehari 1 kali sehari
gigi
45 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
KESELAMATAN DAN KENYAMANAN
Klien mengeluh nyeri dan kaku pada leher post operasi
P: nyeri post-operasi
Q: klien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan
perih
R: klien mengatakan nyeri di leher bekas operasi
S: klien mengatakan nyeri skala 7 (rentan skala 0-10)
T: klien mengatakan nyeri menetap dan mereda ketika
diberikan obat analgesik

Klien mengeluh pusing dan kepala berat


P: efek anestesi saat operasi
Q: terasa pusing dan berat
R: kepala bagian belakang
S: pusing skala 6
T: terus-menerus
46 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
KOMUNIKASI
Saat dilakukan pengkajian awal post-operasi klien tampak meringis
kesakitan dan tidak berkenan menanggapi perawat. Klien mampu
berkomunikasi setelah diberikan injeksi analgesik namun dengan
suara pelan dan serak. Klien mampu mendengar dengan baik
setelah diberikan analgesik
SPIRITUAL
Pre-operasi Post-operasi
kegiatan ibadah yang setelah dioperasi klien
sering klien lakukan belum melakukan ibadah
sehari-hari adalah sholat, sholat maupun tadarus
dzikir dan tadarus namun klien sering
berdzikirklien dibantu oleh
keluarga
47 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
BEKERJA
Klien mengatakan pekerjaan sehari-sehari sebagai Ibu Rumah
Tangga. Kegiatan sehari-hari adalah mengurus rumah dan
mengasuh anaknya. Dalam keluarga Ny.W yang bekerja
adalah suami Ny.W sebagai buruh serabutan.
BERMAIN DAN REKREASI
Pre-operasi Post-operasi
Klien mengatakan ketika Klien mengatakan lebih
merasa jenuh / stres banyak beristirahat.
maka klien melakukan Klien mengatakan ingin
koping dengan bermain
keluarganya berada di
handphone dan
berbincang-bincang dekatnya dan tidak ingin
dengan keluarga klien mereka
atau pasien sebelah bed- meninggalkannya.dibant
48 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
BELAJAR
Keluarga mengatakan kurang memiliki
informasi yang cukup mengenai cara
merawat luka post-operasi dan tanda-
tanda luka yang mengindikasikan
infeksi.
49 PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
Darah TSH: 0,32 TSH: 0.4 Perubahan nilai hormon tiroid dari nilai
Lengkap FT4: 12,69 5.5 mIU/L normal pada produksi hormon tiroid. Kondisi
(16 Mei 2017) FT4: 9.0 ini membuat kelenjar tiroid menjadi lebih
20.0 pmol/L aktif dalam memproduksi hormon tiroid.
Sehingga terjadilah peningkatan kadar
hormon tiroid termasuk kadar FT4.
Peningkatan kadar hormon tiroid di sirkuasi
akan menekan produksi TSH di hipofisis
dengan mekanisme umpan balik negatif agar
fungsi TSH sebagai salah satu pencetus
produksi hormon tiroid dapat dibatasi
fungsinya dan minimalisir lonjakan kadar
hormon tiroid yang terjadi. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya penurunan kadar
TSH serum pada pasien hipertiroid. (Guyton,
2008)
PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
Aspirasi Jarum FNA Nodul - Aspirasi Jarum Halus saat ini dianggap
Halus Coli sebagai metode yang efektif untuk
(22 Mei 2017) Anterior membedakan jinak atau ganas pada nodul.
sinistra: (Subekti, 2009).
Kolloid
Nodul.
Tidak
didapatkan
gambaran
sel ganas
TERAPI
Injeksi Cinam 1 gram 2x1
Injeksi ketorolac 3x1
Injeksi dexketoprofen 3x1
ampul
Ring as infus 20 tpm
52

ANALISA
DATA
Nama Klien : Ny. W
No. Rekam Medik : 356283
Ruang Rawat : R. Flamboyan
DATA SUBJEKTIF
Klien mengeluh nyeri pada leher post operasi DATA OBJEKTIF
P: nyeri post-operasi Tanda Vital:
Q: klien mengatakan nyeri terasa seperti TD: 130/80 mmHg
ditusuk-tusuk dan perih RR: 20 x/ menit
R: klien mengatakan nyeri di leher bekas
operasi
Suhu: 36,5C
S: klien mengatakan nyeri skala 7 (rentan Nadi: 86 x/menit
skala 0-10) Klien tampak lemah
T: klien mengatakan nyeri menetap dan Klien tampak pucat
mereda ketika diberikan obat analgesik Saat dilakukan pengkajian awal
post-operasi klien tampak meringis
Klien mengeluh pusing dan kepala berat kesakitan dan tidak berkenan
P: efek anestesi saat operasi
Q: terasa pusing dan berat
menanggapi perawat
R: kepala bagian belakang
S: pusing skala 6 NYERI AKUT (00132) B. D AGEN
T: terus-menerus INJURI FISIK PROSEDUR OPERASI
Nama Klien : Ny. W
54
No. Rekam Medik : 356283
Ruang Rawat : R. Flamboyan

DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan terdapat luka bekas operasi di
sebelah kiri leher

DATA OBJEKTIF
Terdapat luka post operasi Isthmolobectomy 10
cm
Klien terpasang selang drainage

RISIKO INFEKSI (00004) B.D LUKA POST OPERASI ISTHMOLOBECTOMY


STRAUMA NODUSA NON TOXIC SINISTRA (SNNT SINISTRA)
55

DIAGNOSA
KEPERAWAT
AN
Nama Klien : Ny. W
No. Rekam Medik : 356283
Ruang Rawat : R. Flamboyan

No Dx. Keperawatan Tgl Tgl


. Ditemukan Teratasi
1 Nyeri akut (00132) Selasa, 30
berhubungan dengan agen Mei 2017
injuri fisik: prosedur operasi
2 Risiko Infeksi (00004) Selasa, 30
berhubungan dengan Luka Post Mei 2017
operasi Isthmolobectomy
Struma Nodusa Non-Toxic
Sinistra (SNNT Sinistra)
57

PERENCAN
AAN
Dx. 1: Nyeri akut (00132) berhubungan
dengan agen injuri fisik: prosedur operasi
Tujuan dan
Intervensi
kriteria hasil
Setelah dilakukan Monitor tanda tanda vital
tindakan Manajemen Nyeri (1400)
keperawatan Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
selama 3 x 24 jam meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
tingkat nyeri (2102) kualitas, intensitas nyeri
klien berkurang Observasi adanya respon non-verbal akibat
dengan kriteria nyeri
hasil: Gali bersama klien faktor2 yang dapat
Klien melaporkan menurunkan dan memperberat nyeri
penurunan skala Ajarkan teknik relaksasi nonfarmakologi
nyeri 7 menjadi (relaksasi, distraksi, massase, terapi musik,
3/5 dzikir)
Klien tidak Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman
59 Dx.2 : Risiko Infeksi (00004) berhubungan dengan
Luka Post operasi Isthmolobectomy Struma Nodusa Non-
Toxic
Tujuan danSinistra (SNNT Sinistra)
Intervensi
kriteria hasil
Setelah dilakukan Perawatan Luka (3660)
tindakan Monitor karakteristik luka termasuk drainase,
keperawatan warna, ukuran, dan bau.
selama 3 x 24 jam Ukur luas luka
diharapkan tidak Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
ada infeksi pada Pertahankan teknik balutan steril ketika
klien dengan melakukan perawatan luka
kriteria hasil: Ajarkan prosedur perawatan luka pada pasien
Klien mampu dan keluarga
mengenali tanda Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal
dan gejala yang tanda dan gejala infeksi
mengindikasikan
risiko infeksi Perawatan Selang (1870)
60

IMPLEMENT
ASI


PEMBAHAS
AN

67

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai