Anda di halaman 1dari 39

PARTISIPASI SWASTA DALAM INVESTASI

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Ir. Akhmad Suraji, MT.,PhD., IPM


Peneliti & Pengajar Manajemen Konstruksi & Infrastruktur
UNAND, UGM dan UII
POKOK BAHASAN
1. RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR 2015 - 2019
2. KEBUTUHAN DAN KAPASITAS PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
3. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI SEKTOR
SWASTA,
4. TEORI IMPLEMENTASI KERJASAMA
PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)
5. PROSES KERJASAMA PEMERINTAH DAN
BADAN USAHA UNTUK INVESTASI
INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR YANG HARUS DIBANGUN 2015-2019

Jalan baru 2.650 Km Pembangunan Jalur KA 3.258


Jalan tol 1.000 Km km di Jawa, Sumatera,
Pemeliharaan jalan 46.770 Sulawesi dan Kalimantan
Km terdiri dari:
- KA Antar kota 2.159 km
Pembangunan 15 Bandara - KA Perkotaan 1.099 km
baru
Pengadaan 20 Pesawat Pembangunan Pelabuhan
Perintis Penyeberangan di 60 lokasi
Pengembangan Bandara Pengadaan kapal
untuk pelayanan Cargo penyeberangan (terutama
Udara di 6 Lokasi perintis) sebanyak 50 unit

Pembangunan 24
Pelabuhan baru Pembangunan BRT di 29 kota
Pengadaan 26 Kapal Pembangunan angkutan
Barang Perintis massal cepat di kawasan
Pengadaan 2 Kapal perkotaan (6 Kota
Ternak metropolitan, 17 Kota besar)
Pengadaan 500 unit kapal
Rakyat 3
INFRASTRUKTUR YANG HARUS DIBANGUN 2015-
2019

Pembangunan 49 Waduk Baru dan 33 Pembangunan Rusanawa 5.257


PLTA Twinblok (515.711 rumah tangga)
Pembangunan/Peningkatan jaringan Bantuan stimulan perumahan swadaya
irigasi 1 Juta Ha 5,5 Juta rumah tangga
Rehabilitasi 3 Juta Ha Jaringan Irigasi Penanganan kawasan kumuh 37.407 Ha
Fasilitasi kredit perumahan untuk MBR
Jangkauan Pitalebar/broadband di 2,5 Juta rumah tangga
100% kab/kota
Pembangunan SPAM di perkotaan 21,4
Indeks e-government mencapai 3,4
juta sambungan rumah (268.680
(skala 4,0)
liter/detik)
Pengmbangan e-pengadaan, e- Pembangunan SPAM di perdesaan 11,1
kesehatan, e-pendidikan, dan e- juta sambungan rumah (22.647 desa)
logistik

Pembangunan sistem air limbah


komunal di 227 kota/kab dan terpusat
di 430 kota/kab
Pembangunan IPLT untuk pengelolaan
lumpur tinja perkotaan di 409 kota/kab
Pembangunan TPA sanitary landfill dan
fasilitas 3R di 341 kota/kab dan fasilitas
3R terpusat & komunal di 294 kota/kab
Pengurangan genangan seluas 22.500
Ha di kawasan permukiman 4
Perkiraan Kebutuhan Pendanaan Infrastrukur
RPJMN 2015-2019
Rp Triliun
Sektor APBN1 APBD BUMN2 Swasta3 Total
Jalan 340.0 200.0 65.0 200.0 805.0
Kereta Api 150.0 - 11.0 122.0 283.0
Perhubungan Laut4 498.0 - 238.2 163.8 900.0
Udara 85.0 5.0 50.0 25.0 165.0
Darat (termasuk ASDP) 50.0 - 10.0 - 60.0
Transportasi Perkotaan 5 90.0 15.0 5.0 5.0 115.0
Ketenagalistrikan 6 100.0 - 445.0 435.0 980.0
Energi (Migas) 3.6 - 151.5 351.5 506.6

Teknologi Komunikasi dan Informatika 12.5 15.3 27.0 223.0 277.8

Sumber Daya Air 275.5 68.0 7.0 50.0 400.5


Air Minum dan Limbah 227.0 198.0 44.0 30.0 499.0
Perumahan 384.0 44.0 12.5 87.0 527.5

TOTAL INFRASTRUKTUR 2,215.6 545.3 1,066.2 1,692.3 5,519.4

Persentase 40.14% 9.88% 19.32% 30.66% 100.00%

1) Dukungan pendanaan APBN yang diharapkan


2) Dukungan pendanaan BUMN yang diharapkan.
3) Kemampuan maksimal swasta melalui percepatan kerjasama pemerintah dan swasta termasuk business to
business
4) Kenaikan karena pertambahan komponen tol laut serta biaya rutin
5) Alokasi tersebut terdiri untuk kegiatan Angkutan Perkotaan Berbasis Rel dan Jalan.
6) Kemampuan PT PLN hanya sekitar 250 T, selebihnya memerlukan PMN 5
Perkiraan Sumber Pendanaan untuk Pembangunan Infrastruktur
(2015-2019)

USD 164.83 milyar


APBN +APBD
APBN +APBD
( 41.25 % )

USD 88.83 milyar


BUMN (22.23 %)
Pendanaan
Non-
USD 145.92 milyar
Pemerintah Swasta ( 36.52%)
Kebijakan untuk Memenuhi Gap Pendanaan
Meningkatkan Peran Swasta dan Percepatan proyek Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (PPP)
Percepatan proses pengadaan dengan melakukan revitalisasi dan harmonisasi peraturan
perundangan tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS): Perpres 67/2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Perpres
78/2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur, PP 50/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah
Percepatan proses & kepastian pengambilan keputusan proyek KPS: championship at the
top untuk pelaksanaan KPS melalui pembentukan Pusat KPS dibawah Presiden dalam rangka
memperjelas komitmen Pemerintah dan rujukan kebijakan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan KPS
Memperkuat jejaring KPS dengan membentuk Pusat KPS dan simpul-simpul KPS (di setiap
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah)
Kepastian pendanaan melalui penganggaran dana penyiapan, Transaksi serta dukungan
dan jaminan proyek KPS pada setiap Kementerian /Lembaga /Pemerintah Daerah
Percepatan perijinan bagi proyek KPS melalui perijinan terpadu

Penugasan kepada BUMN

Penugasan BUMN untuk proyek-proyek strategis seperti waduk, PLTA, jalan tol trans sumatera,
angkutan pelayaran
Penyediaan dana Penyertaan Modal Negara untuk BUMN yang ditugaskan dalam
percepatan pembangunan infrastruktur

Jaminan Ketersediaan Tanah

Pembentukan Bank Tanah


Alokasi khusus untuk pengadaan tanah
Penyediaan Skema Pembiayaan untuk Mendukung Percepatan Proyek
Infrastruktur
Availability Payment/PBAS, Dana Penyiapan Proyek (PDF) Transaksi, Viability Gap Fund
(VGF), Bank Infrastruktur
7
SKEMA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR ALTERNATIF
1 Penugasan BUMN (seperti penugasan PT Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera
Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan direct-lending yang
dijamin oleh pemerintah
2 Infrastruktur swasta (private infrastructure)
Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based
3 infrastructure)
Obligasi Daerah yang digunakan untuk membiayai proyek investasi di bidang infrastruktur
4 yang menghasilkan penerimaan
5
Obligasi Infrastruktur (Infrastructure Bond) yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk
pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
6
Obligasi Negara Syariah (Sukuk Negara) yang digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur

7 Private Finance Initiative (PFI) multi-year contract 15 hingga 30 tahun

8 Performance-Based Annuity Scheme (PBAS)


Pembangunan infrastruktur melalui alternatif pendanaan menggunakan metode
performance-based annuity scheme (PBAS) didanai oleh pihak swasta yang kemudian
nantinya pemerintah akan membayar dengan cara mencicil secara tahunan setelah proyek
selesai.

8
SKEMA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR ALTERNATIF
9 Pengenaan tarif/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)
Pungutan untuk jalan di tempat-tempat tertentu dengan cara membayar secara
elektronik.
10 Pembiayaan strategis (strategic funding)
Kombinasi konfifurasi pembiayaan secara terintegrasi antara pemerintah, skema KPS,
B2B dan kontrak EPC
11 Viability Gap Fund (VGF)
Meningkatkan kelayakan finansial potensial Proyek PPP dan membuat tarif pengguna
akhir dari Proyek PPP lebih terjangkau
12 Availability Payment
Pembayaran secara berkala atas tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan
kualitas dan/ kriteria berdasarkan perjanjian kerjasama
13 Sale-and-Lease-Back
Penjualan aset untuk membiayai pembangunan atau kontrak sewa jangka panjang
untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur

14 Efek Beragun Aset (Asset-Backed Security)


Dana untuk pembangunan infrastruktur bisa diperoleh dengan menciptakan kredit investasi
kolektif efek beragun aset (KEK EBA) dengan jaminan (underlying) proyek infrastruktur
tersebut
Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha
Tujuan menggunakan skema KPBU meliputi:
Mencukupi kebutuhan pendanaan
penyediaan infrastruktur secara Mendorong prinsip pakai-bayar
berkelanjutan melalui pengerahan oleh pengguna, atau dalam hal
dana swasta. tertentu mempertimbangkan
kemampuan membayar pengguna.
Penyediaan Infrastruktur yang
berkualitas, efektif, efisien, tepat
Memberikan kepastian
sasaran dan tepat waktu.
pengembalian investasi Badan
Usaha melalui pembayaran secara
Menciptakan iklim investasi yang berkala oleh pemerintah kepada
mendorong partisipasi Badan Usaha Badan Usaha.
dalam penyediaan infrastruktur.

KEMITRAAN BERSAING EFEKTIF


PRINSIP KPS PENGENDALIAN DAN
KEMANFAATAN PENGELOLAAN EFISIEN
RISIKO Slide - 10
Perpres No. 38 / 2015 tentang KPBU
Peraturan Presiden No. 38 / 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur telah ditanda-
tangani oleh Presiden pada 20 Maret 2015 yang menggantikan Perpres
No. 67 / 2005 beserta perubahannya.

Berikut merupakan poin-poin perubahan pada Perpres No. 38 / 2015:

1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama 7. Pengadaan Tanah


(PJPK) 8. Dukungan Pemerintah
2. Jenis Infrastruktur 9. Pengadaan Badan Usaha
3. Hybrid Financing 10.Financial Close
4. Proyek KPBU prakarsa Badan Usaha 11.Bentuk Pengembalian Investasi
5. Penganggaran Penyiapan Proyek oleh PJPK 12.Simpul KPBU
6. Success Fee Mechanism

Slide - 11
Jenis Infrastruktur pada
Perpres No. 38 / 2015 tentang KPBU
Transportasi Konservasi
Energi

Jalan Perkotaan

Sumber Daya Air dan Irigasi


Pendidikan

Air Minum Sarana dan Prasarana


Olahraga serta Kesenian
Sistem Pengelolaan Air
Limbah Terpusat
Kawasan
Sistem Pengelolaan Air
Limbah Setempat
Pariwisata
Sistem Pengelolaan
Persampahan
Lembaga
Telekomunikasi dan Pemasyarakatan
Informatika
Kesehatan
Ketenagalistrikkan

Minyak dan Gas Bumi dan Perumahan Rakyat


Energi Terbarukan Slide - 12
Tantangan dalam Mencapai Target-Target Pembangunan
Nasional
Percepatan mekanisme ketersediaan (delivery mechanism) proyek
1. Indefinite Delivery Contract (IDC) kemungkinan dilaksanakannya prakualifikasi di awal untuk menghindari adanya
pengadaan ulang (re-tender).
2. Pembentukan Project Management Office (PMO) dan Project Management Unit (PMU)
Procurement Agent
Enginering Procurement and Construction (EPC)
Desain and Built
3. Pembentukan Simpul Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di setiap Kementerian/Lembaga/Daerah
sebagai unit yang bertanggung jawab pada pengembangan kebijakan dan pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha.
4. Perkuatan koordinasi dengan Donor untuk mengantisipasi permasalahan tata kelola Proyek PHLN (NOL Proyek , dll)
5. Perkuatan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah baik dalam pendanaan maupun kebijakan
lainnya.
6. Perkuatan DAK infrastruktur (Transportasi Sumber Day Air, Perumahan, Air Minum dan Sanitasi) melalui
peningkatan alokasi dan fokus pada upaya mendukung prioritas nasional.
Ketersediaan Sumber Daya Manusia.
1. Outsourcing untuk pengadaan barang melalui Procurement Agent
2. Insinyur
3. Kontraktor; dan
4. Operator (untuk pengoperasian dan pemerliharaan infrastruktur setelah selesai dibangun)
Ketersediaan Bahan Material (seperti: semen, baja, dan aspal dll).
Pembagian Peran pada KPS
Prinsip & Manfaat Kerjasama dalam Penyediaan Proyek

Peran Swasta
Peran Pemerintah Hasil yang ingin
dicapai: Pengelola risiko
Visi, Misi, Arah, Tujuan
Investasi yang layak Pendekatan pada
Penetapan Output pemanfaatan umur
Value for Money Aset
Kepastian Pengaturan
(kerangka hukum, Tersedia Inovasi dan
keuangan, tax), infrastruktur publik Kreativitas
yang berkualitas dan
Komitmen & pembagian efisien Desain yang optimal
risiko dan terpadu
Tersedia tingkat
Komitmen pembayaran layanan yang Pendanaan
Penyediaan tanah berkualitas tinggi Tambahan
(konsesi jangka panjang), Desain & operasional pendapatan dengan
Optimalisasi
Kelayakan proyek (publik yang terpadu
pemanfaatn aset
& swasta) Inovasi (uptodate)
Penyedia layanan

14
Prinsip Utama KPS Ilustrasi alokasi risiko

Risiko diasumsikan oleh pihak yang lebih baik dalam mengatasi risiko

Pemerintah Pembagian Risiko Swasta

Regulasi/Politik Kerusakan/Damage Pembangunan


Lingkungan Force Majeure Desain
Proses Tender Inflasi Konstruksi
Pembangunan Nilai Tukar Operasi
Ekonomi Pemeliharaan
Inflasi dan Suku Bunga
Nilai Residual

Alokasi risiko setiap proyek menentukan tingkat bankability dan VfM bagi
Pemerintah
15
ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN
TAHAPAN KPBU

16
JENIS INFRASTRUKTUR PADA
KEMENTERIAN PUPR

TRANSPORTASI
UTILITAS PERKOTAAN

JALAN SISTEM PENGELOLAAN


PERSAMPAHAN

SUMBER DAYA AIR & IRIGASI


PERUMAHAN RAKYAT

AIR MINUM
SISTEM PENGELOLAAN
AIR LIMBAH SETEMPAT
SISTEM PENGELOLAAN AIR
LIMBAH TERPUSAT

17
PEOPLE

KERANGKA 1. PENGETAHUAN
2. PEMAHAMAN
IMPLEMENTASI 3. PELAKSANAAN

COORDINATION
1. POLICY
2. PLANNING CAPACITY
3. PRIORITY COMMITMEN
4. PREPARATION T PROSES
5. PENDANAAN
6. POLITICAL SUPPORT
7. PERJANJIAN 1. PROSEDUR PROCUREMENT
8. PERATURAN 2. PERIZINAN INVESTASI
3. PENGADAAN LAHAN
4. PEMBANGUNAN

PROJECT
MODIFIED SINTHYA 18
ROESLI (2015)
PROSES BISNIS INVESTASI INFRASTRUKTUR

Analisis Kebutuhan

Potensi pendapatan
Cash flow analysis
Kriteria kepatuhan

Rekomendasi &
Value for Money
Pengusulan

tindak lanjut
Kepada Menteri Keterangan
Daftar Rencana KPBU Kendali/kontrol
Perencana IDEF0 Diagram

Anggaran Respon dan evaluasi Masukan & tanggapan Proses


Input Output

Anggaran
Respon dan evaluasi Kode

Dukungan Pemerintah (jika ada)


Identifikasi dan

Dokumen perencanaan

Penjaminan Pemerintah (jika


Penetapan
Anggaran Pelaksana
KPBU Konsultasi

Izin lingkungan
Publik Tahap
Perencanaan

Peraturan LKPP
Penyiapan
Kajian Prastudi
Kelayakan Konsultasi

ada)
Penetapan KPBU Publik Tahap
Penyiapan Badan Usaha Pelaksana
Kajian Awal
Penjajakan
Dampak
Minat Pasar
Lingkungan &
Identifikasi Penetapan
Awal Terkait Lokasi KPBU Pemenuhan financial closure
Kajian hukum & kelembagaan
Pengadaan Kajian teknis Pengadaan
Tanah Kajian ekonomi & komersial Usulan Badan Usaha
Kajian lingkungan & sosial Dukungan
Kajian modalitas KPBU Penandatangan
Kajian risiko Pemerintah, an Perjanjian
Kajian kebutuhan dukungan Rencana Kerja Sama
Kajian outstanding issues Pengadaan Pelaksanaan
Tanah, Kajian Perjanjian
Lingkungan Kerja Sama
Pengaiihan
Hidup etc.
Kembali Aset

Direktorat
Jendral

Kementerian
PUPR

PJPK

Badan
Penyiapan

Badan Usaha

Simpul KPBU

Gambar 1.1 Diagram IDEF0 Proses Bisnis Pengusahaan Infrastruktur


(Peraturan Menteri Negara PPN No. 4/2015 (disederhanakan) 19
TAHAPAN PELAKSANAAN
TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU KPBU
atas
TAHAP I: TAHAP II: TAHAP III:
PERENCANAAN PROYEK KERJA SAMA PENYIAPAN PROYEK KERJA SAMA TRANSAKSI PROYEK KERJA SAMA

1. Penyusunan rencana dan anggaran dana KPBU; 1. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding);
1. Penyiapan Kajian KPBU;
2. Identifikasi dan Penyusunan Usulan Rencana KPBU; 2. Penetapan lokasi KPBU;
2. Pengajuan Dukungan Pemerintah;
3. Penganggaran dana tahap perencanaan; 3. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU;
3. Pengajuan Jaminan Pemerintah; dan
4. Pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana 4. Penandatanganan perjanjian KPBU; dan
4. Pengajuan Penetapan Lokasi.
KPBU;
5. pemenuhan pembiayaan (Financial Close).
5. Penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan
6. Pengkategorian KPBU.

Output:
Dokumen Perjanjian KPBU
Output: Dokumen Pelelangan Umum
Output:
Studi Pendahuluan Dokumen Persetujuan Prinsip
Prastudi Kelayakan Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan
Daftar Prioritas Proyek Dokumen Perjanjian Penjaminan
Dokumen Perjanjian Regres

Konfirmasi/Persetujuan Pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau


Proses Permohonan Kebutuhan Dukungan Jaminan Pemerintah
Penetapan lokasi oleh gubernur
Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah Proses alokasi, pencairan, pengawasan & pemantauan Pemberian
Pengajuan penetapan lokasi Dukungan Pemerintah dan/atau pemantauan & evaluasi pelaksanaan
Perjanjian Penjaminan & Perjanjian Regres

Kajian Lingkungan Hidup / PJPK Izin Lingkungan

PROSES PENGADAAN TANAH

PERAN SERTA INSTANSI/LEMBAGA


BAPPENAS, Menteri/Kepala BAPPENAS, PJPK, BKPM, Kemenkeu, BUPI, BAPPENAS, PJPK, KEMENKEU, BUPI, BKPM,
Lembaga/Kepala Daerah/direksi BPN, KLH KEMEN. AGRARIA DAN TATA RUANG, dan
BUMN/direksi BUMD KLH

20
TAHAP PERENCANAAN KPBU
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS NO. 4 TAHUN 2015
KERANGKA TAHAPAN PENGEMBANGAN PROYEK
INFRASTRUKTUR PUBLIK

22
KEPUTUSAN BEKERJASAMA DENGAN BADAN USAHA

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan sumber pendanaan:


a. Keterbatasan anggaran pemerintah;
b. Keunggulan swasta dalam hal: disain, konstruksi, atau operasi dan pemeliharaan
(efisiensi, kreatifitas, teknologi, manajemen operasional, manajemen keuangan);
c. Tingkat kehandalan dan keandalan pelayanan yang diperlukan (contoh: rumah
pompa, pengendalian banjir);
d. Skala Ekonomi
e. Apakah pelaksanaan proyek dengan anggaran pemerintah selalu lebih murah?

Value for Money sebagai aktor penentu partisipasi Badan Usaha dalam penyediaan
infrastruktur meliputi beberapa kriteria, yaitu:
a. sektor swasta memiliki keunggulan dalam pelaksanaan KPBU termasuk dalam
pengelolaan risiko;
b. terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik dalam jangka
panjang;
c. alih pengetahuan dan teknologi; dan
d. terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dan efisiensi dalam proses pengadaan.

23
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KPBU
Identifikasi KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan
dengan Badan Usaha:
a. dilaksanakan oleh Direktur Jenderal/Deputi atau Direksi BUMN
untuk KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Pusat;
b. dilaksanakan oleh Kepala Perangkat Daerah atau Direksi
BUMD untuk KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah.

Direktur Jenderal/Deputi/Kepala Perangkat Daerah/Direksi


BUMN/Direksi BUMD menyusun Studi Pendahuluan yang memuat
paling kurang:
a. rencana bentuk KPBU;
b. rencana skema pembiayaan KPBU dan sumber dananya; dan
c. rencana penawaran KPBU yang mencakup jadwal, proses,
dan cara penilaian.

24
STUDI PENDAHULUAN
PADA TAHAP PERENCANAAN

Studi Pendahuluan pada tahap perencanaan


meliputi kajian mengenai:
a. analisis kebutuhan (need analysis);
b. kriteria kepatuhan (compliance criteria);
c. kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang
(Value for Money) partisipasi badan usaha;
d. analisa potensi pendapatan dan skema
pembiayaan proyek; dan
e. rekomendasi dan rencana tindak lanjut.

25
PENGANGGARAN KPBU

Anggaran Kebutuhan KPBU

menteri/kepala lembaga/kepala daerah/bumn/bumd


menganggarkan dana perencanaan, penyiapan, transaksi, dan
manajemen KPBU sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

26
Slide - 26
DAFTAR RENCANA KPBU (PPP BOOK)
Disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas
PPP BOOK disusun berdasarkan:
a. usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan
Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah yang
diindikasikan membutuhkan Dukungan dan/atau Jaminan
Pemerintah; dan
b. hasil identifikasi Kementerian PPN/Bappenas berdasarkan
prioritas pembangunan nasional.
Kementerian PPN/Bappenas melakukan seleksi dan penilaian
terhadap rencana Penyediaan Infrastuktur yang akan dikerjasamakan
melalui mekanisme KPBU berdasarkan kelengkapan dokumen
pendukung.
Berdasarkan tingkat kesiapannya, KPBU dalam PPP BOOK dibagi
menjadi 2 kategori yaitu:
1. KPBU siap ditawarkan
2. KPBU dalam Proses Penyiapan
27
TAHAP PENYIAPAN KPBU
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS NO. 4 TAHUN 2015
PRA STUDI KELAYAKAN PADA TAHAP PENYIAPAN

Kajian awal Prastudi Kelayakan, terdiri dari:


a. kajian hukum dan kelembagaan;
b. kajian teknis;
c. kajian ekonomi dan komersial;
d. kajian lingkungan dan sosial;
e. kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur
f. kajian risiko;
g. kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah; dan
h. kajian mengenai masalah yang perlu ditindaklanjuti (out standing
issues).
Kajian akhir Prastudi Kelayakan, terdiri dari penyempurnaan data
dengan kondisi terkini dan pemutakhiran atas kelayakan dan
kesiapan KPBU yang sebelumnya telah tercakup dalam kajian awal
Prastudi Kelayakan, termasuk penyelesaian hal-hal yang perlu
ditindaklanjuti.

29
1. KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN
Kajian peraturan Perundang-undangan, bertujuan:
1) memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
2) menentukan risiko hukum dan strategi mitigasinya;
3) mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-undangan,
atau penerbitan peraturan perundangundangan yang baru;
4) menentukan jenis-jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan; dan
5) menyiapkan rencana dan jadwal untuk memenuhi persyaratan peraturan dan
hukum.

Analisa Kelembagaan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:


1) memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi
Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK
dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi
infrastuktur;
2) melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping)
dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang
berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;
3) menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan
penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, dan penyelesaian kajian akhir
Prastudi Kelayakan, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada
PJPK;
4) menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan
5) menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan. 30
2. KAJIAN TEKNIS

Kajian teknis terdiri atas:


1) Analisis teknis
2) Penyiapan tapak, termasuk jalur (apabila diperlukan)
3) rancang bangun awal, yang memuat rancangan teknis
dasar KPBU termasuk lingkup KPBU yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing
sektor
4) Kajian spesifikasi keluaran (out put)

31
3. KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL

Kajian ekonomi dan komersial mencakup substansi sebagai berikut:


1) analisis permintaan (demand), yang bertujuan untuk memahami
kondisi pengguna layanan.
2) analisis pasar (market), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketertarikan industri dan kompetisi.
3) Analisis struktur pendapatan KPBU, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang optimal bagi
KPBU dengan mempertimbangkan hasil analisis permintaan,
kemampuan pembiayaan Kementerian/Lembaga/Daerah yang
bersangkutan, serta tingkat kelayakan KPBU selama masa KPBU.
4) Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS), yang bertujuan untuk
memastikan manfaat sosial dan ekonomi serta keberlanjutan KPBU
yang berkaitan dengan efektivitas, ketepatan waktu, penggunaan
dana, dan sumber daya publik selama masa KPBU.
5) Analisis Keuangan, bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial
KPBU

32
4. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Kajian Lingkungan
1) AMDAL
2) UKL-UPL

Kajian Sosial
1) menentukan dampak sosial KPBU terhadap masyarakat dan menyusun rencana mitigasinya;
2) menentukan lembaga yang bertanggung jawab untuk pembebasan tanah dan pemukiman
kembali;
3) menentukan pihak-pihak yang akan terkena dampak oleh proyek dan kompensasi yang akan
diberikan, bila diperlukan;
4) memperkirakan kapasitas lembaga untuk membayar kompensasi dan melaksanakan rencana
pemukiman kembali, bila diperlukan; dan
5) menentukan rencana pelatihan dalam rangka melaksanakan program perlindungan sosial untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat yang terkena dampak.

Rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali (Land Acquisition and


Resettlement Action Plan/LARAP)
1) menyiapkan dokumen perencanaan pengadaan tanah terlebih dahulu;
2) PJPK bertanggung jawab untuk menyiapkan dokumen perencanaan pengadaan tanah yang
merupakan persyaratan untuk memperoleh penetapan lokasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
3) Izin Lingkungan diperlukan untuk memperoleh surat penetapan lokasi, selain dokumen rencana
pengadaan tanah; dan
4) rencana pemukiman kembali, yang merupakan bagian dari rencana pengadaan tanah, disusun
33
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
5. KAJIAN BENTUK KPBU DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR
pemilihan bentuk KPBU dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1) kepastian ketersediaan Infrastruktur tepat pada waktunya;
2) optimalisasi investasi oleh Badan Usaha;
3) maksimalisasi efisiensi yang diharapkan dari pengusahaan Infrastruktur oleh Badan
Usaha;
4) kemampuan Badan Usaha untuk melakukan transaksi;
5) alokasi risiko; dan
6) kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan teknis dari sektor swasta
kepada sektor publik.
Bentuk KPBU harus mencakup sekurang-kurangnya:
1) lingkup KPBU, mencakup sebagian atau seluruh proses kegiatan KPBU, seperti
membiayai, merancang, membangun, merehabilitasi, mengoperasikan, memelihara, dan
lainnya;
2) jangka waktu dan penahapan KPBU;
3) identifikasi keterlibatan pihak ketiga, seperti off-taker, penyedia bahan baku, dan lainnya;
4) skema pemanfaatan Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah selama perjanjian
KPBU;
5) status kepemilikan aset KPBU selama jangka waktu perjanjian KPBU dan pengalihan aset
setelah berakhirnya perjanjian KPBU; dan
6) bentuk partisipasi pemerintah dalam Badan Usaha Pelaksana KPBU, seperti penyertaan 34
modal atau bentuk lainnya.
6. KAJIAN RISIKO

Kajian risiko dilakukan dengan memenuhi ketentuan, sebagai berikut:


a.analisis risiko bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para
pemangku kepentingan.
b.analisis risiko dilakukan dengan cara:
1) melakukan identifikasi risiko;
2) mengukur besaran risiko;
3) menentukan alokasi risiko; dan
4) menyusun mitigasi risiko.

35
7. KAJIAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN/ATAU JAMINAN
PEMERINTAH

Analisis Dukungan Pemerintah


a. bertujuan untuk mengidentifikasi perlu atau tidaknya Dukungan Pemerintah
guna meningkatkan kelayakan keuangan KPBU.
b. dukungan Pemerintah dapat diberikan dalam bentuk:
1) dukungan kelayakan KPBU (Viability Gap Fund) yang diatur lebih lanjut
oleh Peraturan Menteri Keuangan;
2) insentif perpajakan; dan/atau
3) dukungan Pemerintah dalam bentuk lainnya sesuai dengan peraturan
perundang undangan.

Analisa Jaminan Pemerintah


analisis Jaminan Pemerintah yang bertujuan untuk mengidentifikasi perlu atau
tidaknya Jaminan Pemerintah untuk mengurangi risiko Badan Usaha yang dapat
diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUPI sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
36
8. KAJIAN MENGENAI HAL-HAL YANG PERLU
DITINDAKLANJUTI

Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti, meliputi:


a. identifikasi isu-isu kritis yang harus ditindaklanjuti;
b. menyusun rencana penyelesaian isu-isu kritis pada
huruf a, termasuk strategi penyelesaian dan
penanggung jawab; dan
c. jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
persiapan KPBU.

37
KONSULTASI PUBLIK DAN
PENJAJAKAN MINAT PASAR
Konsultasi Publik
PJPK menetapkan Konsultasi Publik yang dapat dilakukan pada setiap tahap
penyiapan KPBU untuk melakukan penjelasan dan penjabaran terkait dengan
KPBU dan sekurang-kurangnya menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan yang
menghadiri Konsultasi Publik; dan
2. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan
implementasinya dalam KPBU.

Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding)


1. PJPK dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) antara
lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan
promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan
internasional, serta pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap
pelaksanaan KPBU;
2. Penjajakan Minat Pasar dapat dilakukan lebih dari satu kali.

38
SEMOGA BERMANFAAT

TERIMAKASIH

39

Anda mungkin juga menyukai