J500090067
1
PENDAHULUAN
3
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 37 th
Alamat : Baki, Sukoharjo
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
No. Rekam Medis : 149303
Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2014
4
Anamnesis
Keluhan Utama
Tenggorokan terasa mengganjal, terutama saat makan.
Keluhan Tambahan
Tidur mengorok dan terkadang terbangun karena
tersedak.
5
Anamnesis
8
Riwayat obat-obatan yang pernah atau
sedang digunakan
Obat kortikosteroid : disangkal
Obat antihipertensi : disangkal
Obat antidiabetik : disangkal
Obat penyakit jantung : disangkal
10
Anamnesis Sistem
Sistem serebropinal : sakit kepala (-), pusing (-), demam (-)
Sistem respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)
Sistem kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-),
sianosis (-)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-
), BAB normal
Sistem urogenital : BAK (+) lancer, nyeri saat BAK (-)
Sistem muskuloskeletal : tidak ada hambatan dalam
bergerak
Sistem integumentum : suhu raba hangat (+), gatal (-),
ruam (-)
11
STATUS INTERNA
KU : Sedang, Kompos Mentis
Vital Sign
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 72 x/menit, S : 36.5C, RR: 16 x/
menit
Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), edema palpebra (-/-), pupil
anisokor (-)
Hidung : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Gigi palsu (-), trismus (-), arcus faring : hiperemis
Tonsil : Pembesaran T3-T4, warna (merah muda), kripte
(melebar), detritus (+)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), peningkatan JVP (-/-),
deviasi trakea (-/-)
Inspeksi
Simetris, ketinggalan gerak (-/-), tidak ada retraksi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Auskultasi : BJ I - II bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Sikatrik (-), purpura (-), massa (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas
Edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing finger (-/-) 14
Pemeriksaan Penunjang
15
Pemeriksaan Penunjang
16
Diagnosis
Tonsilitis Kronis
Kesimpulan
Berdasarkan status fisik preanestesia, pasien tersebut
diklasifikasikan dalam ASA II (Pasien memiliki kelainan
sistemik dengan peningkatan angka lakosit). ACC operasi
dengan general anestesi.
Penatalaksanaan
Terapi operatif : Tonsilektomi
17
Tindakan Anestesi
Pre-operatif
Post operatif
Pasien dipindahkan ke recovery room dengan kesadaran
dapat dibangunkan tapi tidur kembali.
23
TINJAUAN PUSTAKA
OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan
kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat
amnesia, memberikan analgesi).
2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan
sadar dari anestesi.
3. Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi.
4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual,
dan muntah pascaanestesi.
5. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, nafas cepat, dan
lain-lain).
6. Mengurangi keasaman lambung.
24
TINJAUAN PUSTAKA
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada
tindakan anestesi sebagai berikut:
25
TINJAUAN PUSTAKA
26
TINJAUAN PUSTAKA
27
TINJAUAN PUSTAKA
OBAT PELUMPUH OTOT
Depolarisasi Nondepolarisasi
1. Ada fasikulasi otot 1. Tidak ada fasikulasi otot
2. Berpotensi dengan antikolinesterase 2. Berpotensi dengan hipokalemia,
3. Tidak menunjukkan kelumpuhan hipotermia, obat anestetik inhalasi,
yang bertahap pada perangsangan eter, halotan, enfluran, isofluran.
tunggal atau tetanik. 3. Menunjukkan kelumpuhan yang
4. Belum dapat diatasi dengan obat bertahap pada perangsangan tunggal
spesifik. atau tetanik.
5. Tidak menunjukkan kelumpuhan 4. Dapat diantagonis oleh
yang bertahap pada perangsangan antikolinesterase.
tunggal atau tetanik. 5. Kelumpuhan berkurang dengan
pemberian obat pelumpuh otot
28
nondepolarisasi dan asidosis.
TINJAUAN PUSTAKA
29
TINJAUAN PUSTAKA
30
TINJAUAN PUSTAKA
31
TINJAUAN PUSTAKA
32
TINJAUAN PUSTAKA
33
TINJAUAN PUSTAKA
Etil Klorida. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat
hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5 2 menit dengan waktu
pemulihan 2 3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil
klorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai anestesi
umum, namun hanya untuk induksi dengan memberikan 20 30 tetes
pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka (open drop), etil
klorida disemprotkan ke sungkup dengan volume 3 20 mL yang
menghasilkan uap 3,5 5 % sehingga pasien tidak sadar dan
kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat lain seperti eter. Etil
klorida juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku.
34
TINJAUAN PUSTAKA
Eter (dietil eter). Merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga
pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Pada penggunaan secara
open drop uap eter akan turun kebawah karena 6 10 kali lebih berat
dari udara. Keuntungan penggunaan eter adalah murah dan mudah
didapat, tidak perlu digunakan bersama obat-obat lain karena telah
memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang
lebar, dan alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugiaannya adalah
mudah meledak/terbakar, bau tidak enak, mengiritasi jalan napas,
menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan mual dan
muntah serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Dosis induksi 10 20
% volume uap eter dalam oksigen atau campuran oksigen dan N2O.
35
TINJAUAN PUSTAKA
36
TINJAUAN PUSTAKA
OBAT ANESTESI INTRAVENA
Natrium thiopental (thiopental, pentotal). Indikasi pemberian
tiopental adalah induksi anestesi umum, operasi atau tindakan
yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jarit luka, dilatasi serviks
dan kuretase), sedasi pada analgesi regional, dan untuk mengatasi
kejang-kejang eklamsia atau epilepsi. Kontraindikasinya adalah
status asmatikus, porfiria, syok; anemia, disfungsi hepar, asma
bronkial, versi ekstraksi, miastenia gravis, dan riwayat alergi
terhadap tiopental. Keuntungan penggunaan tiopental adalah
induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium, masa pemulihan
cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas, sedangkan
kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan,
depresi kardiovascular, cenderung menyebabkan spasme laring,
relaksasi otot perut kurang dan bukan analgetik. Dosis induksi
tiopental 2,5% adalah 3 6 mg/kgBB intravena. dosis sedasi 0,5
1,5 mg/kgBB 37
TINJAUAN PUSTAKA
38
TINJAUAN PUSTAKA
39
TINJAUAN PUSTAKA
INTUBASI ENDOTRAKEAL
40
TINJAUAN PUSTAKA
TUJUAN INTUBASI
Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau
melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea.
Tujuan dilakukannya intubasi yaitu sebagai berikut :
a. Mempermudah pemberian anesthesia.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan
kelancaran pernapasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung (pada keadaan
tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut.4
41
TERIMA KASIH 42