Anda di halaman 1dari 42

Bagus Burhan

J500090067

1
PENDAHULUAN

Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi


lokal dan anestesi umum. Pada anestesi lokal hilangnya
rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran, sedangkan pada
anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang
kesadaran.
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik,
analgesi, dan relaksasi otot.
Cara pemberian anestesi umum:
1. Parenteral (intramuskular/intravena).
2. Perektal.
3. Anestesi inhalasi,
2
PENDAHULUAN

Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh


seorang dokter anestesi adalah menjaga berjalannya
fungsi organ tubuh pasien secara normal tanpa pengaruh
yang berarti akibat proses pembedahan tersebut.

Salah satu usaha untuk menjaga jalan nafas adalah


dengan melakukan tindakan intubasi.

3
LAPORAN KASUS

Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 37 th
Alamat : Baki, Sukoharjo
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
No. Rekam Medis : 149303
Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2014

4
Anamnesis

Keluhan Utama
Tenggorokan terasa mengganjal, terutama saat makan.

Keluhan Tambahan
Tidur mengorok dan terkadang terbangun karena
tersedak.

5
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Sukoharjo tanggal 27
Januari2014 tenggorokan terasa mengganjal terutama saat
makan dan ingin melakukan operasi amandelnya.
HRMRS : Pasien mengeluh nyeri dan sulit menelan
kurang lebih sejak 10 hari lalu. Pasien juga
menyampaikan bila tidur pasien mengorok dan terkadang
terbangun karena tersedak. Keluhan ini sudah dirasakan
sejak pasien SMP. Keluhan ini biasanya kambuh-
kambuhan sampai kurang lebih 3 kali dalam 1 bulan.
Pasien menyampaikan biasanya kambuh karena minum es
atau kecapean. Pasien tidak mengeluh sesak nafas, batuk,
dan pilek.
6
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Serupa : diakui, keluhan sudah dirasakan sejak


SMP. Pasien biasanya mengeluh demam, nyeri telan, bila
tidur tersedak dan mengorok. Biasanya keluhan sudah
membaik dengan berobat ke dokter tanpa operasi.
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : disangkal
Riwayat Sakit Jantung : disangkal
7
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Asma : disangkal


Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : disangkal
Riwayat Sakit Jantung : disangkal

8
Riwayat obat-obatan yang pernah atau
sedang digunakan
Obat kortikosteroid : disangkal
Obat antihipertensi : disangkal
Obat antidiabetik : disangkal
Obat penyakit jantung : disangkal

Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya

Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya : diakui,


yaitu operasi sesar dan tidak ada masalah sebelum,
selama dan setelah operasi.
9
Kebiasaan sehari-hari
Merokok : disangkal
Konsumsi alkohol : disangkal

10
Anamnesis Sistem
Sistem serebropinal : sakit kepala (-), pusing (-), demam (-)
Sistem respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)
Sistem kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-),
sianosis (-)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-
), BAB normal
Sistem urogenital : BAK (+) lancer, nyeri saat BAK (-)
Sistem muskuloskeletal : tidak ada hambatan dalam
bergerak
Sistem integumentum : suhu raba hangat (+), gatal (-),
ruam (-)

11
STATUS INTERNA
KU : Sedang, Kompos Mentis
Vital Sign
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 72 x/menit, S : 36.5C, RR: 16 x/
menit

Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), edema palpebra (-/-), pupil
anisokor (-)
Hidung : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : Gigi palsu (-), trismus (-), arcus faring : hiperemis
Tonsil : Pembesaran T3-T4, warna (merah muda), kripte
(melebar), detritus (+)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), peningkatan JVP (-/-),
deviasi trakea (-/-)
Inspeksi
Simetris, ketinggalan gerak (-/-), tidak ada retraksi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Auskultasi : BJ I - II bising (-)

Abdomen
Inspeksi : Sikatrik (-), purpura (-), massa (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas
Edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing finger (-/-) 14
Pemeriksaan Penunjang

15
Pemeriksaan Penunjang

16
Diagnosis
Tonsilitis Kronis

Kesimpulan
Berdasarkan status fisik preanestesia, pasien tersebut
diklasifikasikan dalam ASA II (Pasien memiliki kelainan
sistemik dengan peningkatan angka lakosit). ACC operasi
dengan general anestesi.

Penatalaksanaan
Terapi operatif : Tonsilektomi

17
Tindakan Anestesi
Pre-operatif

Informed consent/persetujuan tindakan anestesi dan operasi,


memberi tahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan
dan kemunghkinan risiko yang akan terjadi.
Dilakukan visite preop dan dilakukan pemeriksaan vital sign :
TD 120/80 mmHg, N 72 x/menit, RR 16 x/menit, S 36,5 0C.
Dilakukan pemeriksaan fisik dan status mental pasien untuk
menentukan ASA dan rencana obat-obatan dan teknik anestesi
yang akan dilakukan, pada pasien ini di rencanakan general
anestesi dengan intubasi, ASA II.
Pasien diberi tahu untuk puasa (makan dan minum) 8 jam pada
malam hari sebelum pelaksanaan operasi, mulai puasa jam
23.00.
Pasien diinjeksi dengan dexametason 1 Amp IV jam 22.00 dan
jam 06.00.
18
Tindakan Anestesi
Peri-operatif
Pukul 8.55 : pasien masuk ke ruang operasi, diposisikan diatas
meja operasi, diukur kembali tekanan darah, nadi, RR dan
SpO2.
TD : 126/82 mmHg, HR : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 :
95%.
Persiapan obat :
Midazolam, dosis premedikasi : 0.1 mg/kgBB
Propofol, dosis induksi ; 2 3 mg/kgBB
Atracurium, dosis intubasi : 0.5 0.6 mg/kgBB
Asam tranexamat 500 mg
Adona 10 cc
Premedikasi
Pukul 9.00 : Pasien dipremedikasi dengan menggunakan
Midazolam 2 mg IV sebagai obat sedasi untuk menenangkan
pasien. 19
Tindakan Anestesi
Peri-operatif
Induksi & intubasi endotrakeal
Pukul 9.10 : Pasien diinduksi dengan menggunakan Propofol
100 mg. Untuk merelaksasikan otot pernafasan menggunakan
atracurim 25 mg. Tingkat kedalamam anestesi dinilai dari
hilangnya refleks bulu mata.
Setelah itu pasien disuction, memasang orofaringeal airway
(goedel) lalu sungkupkan dengan sungkup muka yang telah
terpasang pada mesin anestesi yang menghantarkan gas
sevoflurane dengan fresh flow gas O2 dari mesin ke jalan
nafas pasien sambil melakukan bagging selama kurang lebih 3
menit untuk menekan pengembangan paru dan juga menunggu
kerja dari pelemas otot (diberikan atracurium 25 mg) sehingga
mempermudah dilakukannya intubasi.
Slight maneuver, meminta bantuan asisten untuk menekan
cartilage cricoidea.
20
Tindakan Anestesi
Peri-operatif
Induksi & intubasi endotrakeal
Pompa 12 kali/60 detik dengan tujuan menciptakan keadaan
hipernventilasi sehingga pasien memiliki persediaan O2 Di otak.
Memegang laringoskopi dengan tangan kiri sampai terlihat glottis
dan plica vocalis.
Memasukkan ETT ukuran 5 (seukuran jari kelingking) yang udah
diberi jelly lalu menghubungkan ke pompa, mendengarkan suara
apek paru. Setelah itu menggembungkan cuff dengan spuit
Memplester (memfiksasi) ETT dan goedel dilepas.
Mengalitkan sevoflurane, O2 dan N2O sebagai anestesi. Ventilasi
dilakukan dengan bagging dengan laju nafas 12 x/menit dengan
volume tidal sebesar 350.
Mata ditutup dengan kassa dan plester.
Setelah stadium anestesi cukup dalam, operasi dapar dimulai.
Pukul 9.20 : operasi dilakukan 21
Tindakan Anestesi
Maintenance
Selama tindakan ensetesi berlangsung, tekanan darah, nadi, RR
dan SpO2 dikontrol. Pasien dimaintenance dengan N2O 3 lpm,
O2 3 lpm, dan sevoflurane 2,5 volume %.
Selama operasi berlangsung, tidak terjadi perdarahan yang cukup
banyak, sehingga hanya diberikan cairan kristaloid.
Pukul 9.30 pasien diinjeksi asam tranexamat 1 Amp : 500 mg
Pukul 9.30 pasien diberikan ketorolac 1 Amp : 30 mg.
Pukul 9.37 pasien diberikan atracurim 1 Amp : 25 mg
Pukul 9.50 Operasi selasai dan pasien diberikan infus RL 1 FL +
drip adona 10 cc : 50 mg
Pukul 10.00 pasien diberikan neostigmine 0.5 ml/ml dan
dexametason 1 ml/5mg
Pukul 10.20 ETT pasien dilepas dan mulai di face mask dengan
O2 3lpm dan pasien mulai sadar dengan kesadaran somnolen.
22
Tindakan Anestesi

Post operatif
Pasien dipindahkan ke recovery room dengan kesadaran
dapat dibangunkan tapi tidur kembali.

23
TINJAUAN PUSTAKA
OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan
kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat
amnesia, memberikan analgesi).
2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan
sadar dari anestesi.
3. Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi.
4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual,
dan muntah pascaanestesi.
5. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, nafas cepat, dan
lain-lain).
6. Mengurangi keasaman lambung.
24
TINJAUAN PUSTAKA
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada
tindakan anestesi sebagai berikut:

Analgetik narkotik : Morfin. Dosis premedikasi dewasa 5 10 mg (0,1


0,2 mg/kgBB) intramuskular diberikan untuk mengurangi kecemasan
dan ketegangan pasien menjelang operasi, menghindari takipnu.
Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul
spasme serta kolik biliaris dan ureter. Kadang-kadang terjadi konstipasi,
retensi urin, hipotensi, dan depresi napas.

Petidin. Dosis premedikasi dewasa 50 75 mg (1 1,5 mg/kgBB)


intravena diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernapasan serta
merangsang otot polos. Dosis induksi 1 2 mg/kgBB intravena.

25
TINJAUAN PUSTAKA

Barbiturat: Pentobarbital dan sekobarbital. Diberikan untuk


menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100 200 mg, pada anak dan bayi 1
mg/kgBB secara oral atau intramuskular. Keuntungannya adalah masa
pemulihan tidak diperpanjang. Yang mudah didapat adalah fenobarbital
dengan efek depresan yang lemah terhadap pernapasan dan sirkulasi
serta jarang menyebabkan mual muntah.

Antikolinergik: Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi


kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4 0,6 mg
intramuskular bekerja setelah 10 15 menit.

26
TINJAUAN PUSTAKA

Diazepam. Diazepam (Valium) merupakan golongan benzodiazepin.


Pemberian dosis rendah bersifat sedatif, sedangkan dosis besar bersifat
hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5 10
mg oral (0,2 0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis
sedasi pada analgesi regional 5 10 mg (0,04 0,2 mg/kgBB)
intravena. Dosis induksi 0,2 1 mg/kgBB intravena.

Midazolam. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai


awal dan lama kerja lebih pendek. Belakangan ini midazolam lebih
disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis
diazepam.

27
TINJAUAN PUSTAKA
OBAT PELUMPUH OTOT
Depolarisasi Nondepolarisasi
1. Ada fasikulasi otot 1. Tidak ada fasikulasi otot
2. Berpotensi dengan antikolinesterase 2. Berpotensi dengan hipokalemia,
3. Tidak menunjukkan kelumpuhan hipotermia, obat anestetik inhalasi,
yang bertahap pada perangsangan eter, halotan, enfluran, isofluran.
tunggal atau tetanik. 3. Menunjukkan kelumpuhan yang
4. Belum dapat diatasi dengan obat bertahap pada perangsangan tunggal
spesifik. atau tetanik.
5. Tidak menunjukkan kelumpuhan 4. Dapat diantagonis oleh
yang bertahap pada perangsangan antikolinesterase.
tunggal atau tetanik. 5. Kelumpuhan berkurang dengan
pemberian obat pelumpuh otot
28
nondepolarisasi dan asidosis.
TINJAUAN PUSTAKA

Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi

Trakurium (atrakurium besilat). Keunggulannya adalah metabolisme


terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal,
tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang, dan tidak
menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna. Mula
kerja pada dosis intubasi 2 3 menit sedangkan lama kerja pada dosis
relaksasi 15 35 menit. Dosis intubasi 0,5 0,6 mg/kgBB intravena.
Dosis relaksasi otot 0,5 0,6 mg/kgBB intravena

29
TINJAUAN PUSTAKA

Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi

Prostigmin (neostigmin metilsulfat). Prostigmin merupakan


antikolinesterase yang dapat mencegah hidrolisis dan menimbulkan
akumulasi asetilkolin.Prostigmin mempunyai efek nikotinik,
muskarinik, dan merupakan stimulan otot langsung.Efek muskarinik
diantaranya bradikardia, hiperperistaltik, spasme saluran cerna,
pembentukan sekret jalan napas dan liur, bronkospasme, berkeringat,
miosis, dan kontraksi vesika urinaria. Dosis 0,5 mg bertahap sampai 5
mg, biasa diberi bersama atropin dosis 1 1,5 mg.

30
TINJAUAN PUSTAKA

Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi


Suksametonium (suksinil kolin). Mula kerja 1 2 menit dengan lama
kerja 3 5 menit. Dosis intubasi 1 1,5 mg/kgBB intravena. Kemasan
berupa serbuk putih 0,5 1 gram dan larutan suntik intravena 20, 50,
atau 100 mg/mL.

31
TINJAUAN PUSTAKA

OBAT ANESTESI INHALASI


Dinitrogen oksida (N2O). Penggunaan dalam anestesi
umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60% :
40%, 70% : 30%, dan 50% : 50%. dosis untuk mendapatkan
efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% : 80%,
untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%.
N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien
pneumotoraks, pneumomediastinum, obstruksi, emboli
udara, dan timpanoplasti.

32
TINJAUAN PUSTAKA

Halotan. Merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4 5 kali eter atau


2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat
dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan
cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah, tidak
mudah terbakar dan meledak. Kerugiannya adalah sangat poten, relatif
mudah terjadi over dosis, analgesik dan relaksasi yang kurang, harus
dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal,
menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial,
menggigil pasca anestesi, dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah
terjadi dengan gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan
kematian. Dosis induksi 2 4 % dan pemeliharaan 0,5 2 %.

33
TINJAUAN PUSTAKA

Etil Klorida. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat
hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5 2 menit dengan waktu
pemulihan 2 3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil
klorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai anestesi
umum, namun hanya untuk induksi dengan memberikan 20 30 tetes
pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka (open drop), etil
klorida disemprotkan ke sungkup dengan volume 3 20 mL yang
menghasilkan uap 3,5 5 % sehingga pasien tidak sadar dan
kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat lain seperti eter. Etil
klorida juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku.

34
TINJAUAN PUSTAKA

Eter (dietil eter). Merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga
pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Pada penggunaan secara
open drop uap eter akan turun kebawah karena 6 10 kali lebih berat
dari udara. Keuntungan penggunaan eter adalah murah dan mudah
didapat, tidak perlu digunakan bersama obat-obat lain karena telah
memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang
lebar, dan alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugiaannya adalah
mudah meledak/terbakar, bau tidak enak, mengiritasi jalan napas,
menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan mual dan
muntah serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Dosis induksi 10 20
% volume uap eter dalam oksigen atau campuran oksigen dan N2O.

35
TINJAUAN PUSTAKA

Sevofluran merupakan obat anestetik turunan eter berhalogen yang


paling disukai untuk induksi inhalasi. Induksinya enak dan cepat
terutama pada anak. Dosis induksi 6 8 % volume. Dosis rumatan 1 2
% volume.

36
TINJAUAN PUSTAKA
OBAT ANESTESI INTRAVENA
Natrium thiopental (thiopental, pentotal). Indikasi pemberian
tiopental adalah induksi anestesi umum, operasi atau tindakan
yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jarit luka, dilatasi serviks
dan kuretase), sedasi pada analgesi regional, dan untuk mengatasi
kejang-kejang eklamsia atau epilepsi. Kontraindikasinya adalah
status asmatikus, porfiria, syok; anemia, disfungsi hepar, asma
bronkial, versi ekstraksi, miastenia gravis, dan riwayat alergi
terhadap tiopental. Keuntungan penggunaan tiopental adalah
induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium, masa pemulihan
cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas, sedangkan
kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan,
depresi kardiovascular, cenderung menyebabkan spasme laring,
relaksasi otot perut kurang dan bukan analgetik. Dosis induksi
tiopental 2,5% adalah 3 6 mg/kgBB intravena. dosis sedasi 0,5
1,5 mg/kgBB 37
TINJAUAN PUSTAKA

Ketamin adalah suatu rapid acting non barbiturat general


anestetik.indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan
mengendalikan jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindangan
ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi besar, dan asma.
Kontraindikasinya adalah tekanan sistolik adalah 160 mmHg dan
Diastolik 100 mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal
jantung. Dosis induksi 1 4 mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata
2 mg/kgBB untuk lama kerja 15 20 menit, dosis tambahan 0,5
mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuskular 6 13
mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja 10 25 menit.

38
TINJAUAN PUSTAKA

Diprivan (diisopropil fenol, propofol). Propofol


menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh
GABA. Dosis induksi 1 2,5 mg/kgBB. Dosis rumatan 500
g/kgBB/menit infus. Dosis sedasi 25 100
g/kgBB/menit infus. Sebaiknya menyuntikkan obat
anestetik ini pada vena besar karena dapat menimbulkan
nyeri pada pemberian intravena.

39
TINJAUAN PUSTAKA
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut


atau hidung.2

Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi orotrakeal (endotrakeal) dan


intubasi nasotrakeal.

Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam


trakea melalui rima glottidis dengan mengembangkan cuff, sehingga
ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara
dan bifurkasio trakea.3

40
TINJAUAN PUSTAKA

TUJUAN INTUBASI
Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau
melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea.
Tujuan dilakukannya intubasi yaitu sebagai berikut :
a. Mempermudah pemberian anesthesia.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan
kelancaran pernapasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung (pada keadaan
tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut.4
41
TERIMA KASIH 42

Anda mungkin juga menyukai