Insulin R. Insulin
Histamin R. Histamin
Contoh :
Benzodiazepin dan barbiturat pada reseptor
GABA memperkuat aksi GABA pada reseptor
tersebut
Agonis kolinergik
bekerja tidak langsung dengan memblok
metabolisme asetilkolin oleh kolinesterase
sehingga obat-obat ini meningkatkan
konsentrasi asetilkolin di semua sinaps
kolinergik. Dibagi 2 golongan:
Ester : Betanekol, karbakol, sevimelin, metakolin
Alkaloid : arekolin, muskarin, pilokarpin
ANTAGONISME
Antagonisme : peristiwa manakala suatu senyawa
menurunkan aksi suatu agonis atau ligan dalam
menghasilkan efek
Senyawa tersebut dinamakan sebagai antagonis
JENIS ANTAGONISME
(Berdasarkan mekanisme thd makromolekul reseptor
agonis)
Antagonisme tanpa melibatkan makromolekul reseptor
agonis
Antagonisme melibatkan makromolekul reseptor agonis
MEKANISME ANTAGONISME YANG TIDAK
MELIBATKAN MAKRO MOLEKUL RESEPTOR
3. Antagonisme fungsional atau fisiologi
Antagonisme akibat dua agonis bekerja pada dua macam
reseptor yang berbeda dan menghasilkan efek saling
berlawanan pada fungsi fisiologik yang sama
Antagonisme fungsional, jika dua macam reseptor yang
berbeda tersebut berada dalam sistem sel yang sama.
Contoh : antagonisme antara senyawa histamin dengan
obat 1-adrenergik (fenilefrin) pada pembuluh darah,
vasodilatasi vs vasokonstriksi
Antagonisme fisiologi, jika dua macam reseptor tersebut
berada pada sistem yang berbeda. Contoh : antagonisme
glikosida jantung (kenaikan TD) dengan dihidralazin
(penurunan TD)
HUBUNGAN STRUKTUR KIMIA AGONIS
DAN ANTAGONIS
1. Metabolit dan Antimetabolit
Penambahan gugus alkil akan membuatnya lebih resistenterhadap
enzim pemetabolismenya (kolinesterase dan MAO)
2. Agonis dan Bloker Selektif
Turunan Amonium Me3 Me2Et Me(Et)2 Et3
Kuarterner
a.i Aff. a.I Aff. a.I Aff. a.i Aff.
Lipofil Hidrofil
Hati
Depo jaringan Ginjal
Empedu
lemak
Konjugat hidrofil
1B1 17-Estradiol
2F1 ~ 1.3 Ipomeanol
4A Prostaglandin
1A1 2.5 R-Warfarin
2A6 2.5 Halothane
2B6 3.4 Cyclophosphamide, Testosterone
2E1 4.1 Acetaminophen, Halothane
1A2 8.2 Acetaminophen, Coffeine, Phenacetine
No protein 3D structure,
Docking;
With Ligand.
Protein 3D structure, With
Pharmacophore mapping,
ligand
3D similarity, QSAR
SBDD
LBDD
DEFINISI QSAR (Quantitative Structure
Activity Relation)
Hubungan antara struktur kimia dan aktivitas
biologis yang dinyatakan secara matematis
Efek obat tidak hanya ditentukan oleh
pengaturan ruang (geometri) dan hubungan
antar atom dalam molekul, tetapi juga
termasuk sifat fisika-kimia yang melekat pada
molekul tersebut
MAKSUD DAN TUJUAN
SENYAWA UJI
FARMAKOLOGIS
STRUKTUR AKTIVITAS
BIOLOGIS
QSAR
SENYAWA Aktivitas
BARU Lebih Baik
Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivtas
Dapat menggunakan beberapa model
Yang sering digunakan ada 3 model:
Model Hansch
Model Free-Wilson yang sering juga disebut
model de novo
Metode QSAR-3D atau CoMFA (Comparative
Molecular Field Analysis)
Model Hansch menggunakan nilai parameter
substituen pada aktivitas yg dinyatakan
sebagai sifat fisika-kimia.
Model Free-Wilson menggunakan parameter
sumbangan masing-masing substituen yg
aditif dan tetap pada aktivitas
METODE HANSCH
Metode Hansch mengkorelasikan aktivitas
biologis dengan deskriptor sifat fisikokimia,
meliputi:
Parameter lipofilisitas
Parameter elektronik
Parameter sterik
Persamaan Model Hansch
log BR = a + b + c Es + d
a, b, c,dan d diperoleh dengan menerapkan regresi
linear
Penambahan atau pengurangan atom/ gugus,
atau radikal, senyawa induk menyebabkan
perubahan sifat fisika-kimia dan reaktivitas
kimia
Sifat fisika-kimia meliputi lipofilisitas,
elektronik, dan sterik
Hubungan kuantitatif senyawa 1 hingga n
dianalisis dengan regresi linear
Dalam analisis regresi: var. bebas sifat fisika
kimia, sedangkan var. tergantung aktivitas
HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT FISIKA KIMIA
DENGAN PROSES ABSORBSI, DISTRIBUSI DAN
EKSKRESI OBAT
Permukaan sel hidup dikelilingi oleh cairan sel
yang bersifat polar. Molekul obat yang tidak
terlarut dalam cairan tersebut tidak dapat
diangkut secara efektif ke permukaan
reseptor.
Harus ada molekul obat yang tidak terdisosiasi
pada saat mencapai reseptor dan jumlahnya
mencukupi untuk menimbulkan efek
Fase yang menentukan terjadinya
aktivitas biologis suatu obat
Fase farmasetika
pabrikasi, pengaturan dosis, formulasi,
pemecahan bentuk sediaan, dan terlarutnya zat
aktif
Fase farmakokinetika
ADME; berperan dalam menyediakan obat yang
mencapai reseptor.
Fase farmakodinamika
fase terjadinya interaksi obat-reseptor dalam
jaringan target
Apa yang terjadi pada obat setelah
masuk sirkulasi sistemik?
Disimpan
Terikat protein plasma (albumin)
Obat aktif berikatan dengan reseptor
menimbulkan respon biologis
Metabolisme bioaktivasi, bioinaktivasi, dan
biotoksifikasi
Diekskresikan dalam bentuk bebas
dalam sirkulasi sistemik, hanya sebagian kecil
obat yang tetap utuh dan mencapai reseptor.
Sebagian besar obat akan berubah atau terikat
pada biopolimer.
Tempat dimana obat berubah atau terikat
sehingga tidak dapat mencapai reseptor
disebut site of loss.
beberapa contoh site of loss: protein darah,
depo-depo penyimpanan, sistem enzim, dan
ekskresi
Depo penyimpanan adalah site of loss yang
fungsinya menyimpan obat sebelum
berinteraksi dengan reseptor.
Ikatan obat dengan depo penyimpanan
bersifat reversibel. Bila kadar obat dalam
darah menurun maka obat akan dilepaskan
kembali ke darah
Contoh: jaringan lemak, hati, ginjal dan otot
Hubungan Struktur, Sifat Fisika-Kimia
dengan Proses Absorbsi Obat
1. Absorbsi obat melalui saluran cerna
Absorbsi obat dalam saluran cerna terutama
tergantung pada ukuran partikel obat, kelarutan
dalam lemak/air, dan derajat ionisasi
a. Bentuk sediaan
bentuk sediaan, ukuran partikel dan
penggunaan bahan tambahan
b. Sifat kimia fisika obat
Penisilin V dalam bentuk garam kalium lebih
mudah larut dibandingkan penisilin bentuk
bebas.
Novobiosin bentuk amorf lebih mudah larut
dibandingkan bentuk kristal
c. Faktor biologis
variasi keasaman saluran cerna, sekresi cairan
lambung, peristaltik, luas permukaan saluran
cerna, waktu pengosongan lambung dan
waktu transit dalam usus, serta banyaknya
pembuluh darah pada tempat absorbsi
d. Faktor lain
umur, diet, adanya interaksi dengan senyawa
lain dan adanya penyakit tertentu
Saluran cerna bersifat permeabel selektif
terhadap bentuk tak terdisosiasi yang bersifat
larut dalam lemak.
Semakin besar kelarutan dalam lemak,
semakin besar pula absorbsi obat tersebut
dalam membran biologis.
2. Absorbsi obat melalui mata
Tempat absorbsinya adalah membran
konjungtiva dan kornea.
Kecepatan absorbsi ditentukan oleh derajat
ionisasi dan koefisien partisi obat.
3. Absorbsi obat melalui paru
Ditentukan oleh:
Kadar obat dalam alveoli
Koefisien partisi darah/udara
Kecepatan aliran darah paru
Ukuran partikel obat; 10 m
4. Absorbsi obat melalui kulit
Penggunaan obat secara topikal biasanya
ditujukan untuk mendapatkan efek lokal.
Namun terdapat juga sediaan topikal yang
ditujukan untuk memberikan efek sistemik,
misalnya preparat hormon.
Absorbsinya sangat ditentukan oleh kelarutan
obat dalam lemak, karena kulit berfungsi
sebagai membran lemak biologis
Hubungan Struktur, Sifat Fisika-Kimia dengan
Proses Distribusi
Kecepatan dan besarnya distribusi obat dalam
tubuh dipengaruhi oleh:
1. Kelarutan dalam lemak
2. Sifat membran biologis
3. Kecepatan distribusi darah dalam jaringan
dan organ lain
4. Ikatan obat dengan site of loss
5. Adanya transport aktif dari beberapa obat
6. Massa atau volume jaringan
Struktur membran biologis
Membran sel bersifat semipermeabel
Ketebalan total 8 nm
Fungsi: Sebagai penghalang
Tempat biotransformasi energi
Komponen membran sel
1. Lapisan lipid bimolekul
Tebal lapisan ini 35 , terdiri atas kolesterol netral dan
fosfolipid terionkan (fosfatidileanolamin, fosfatidilkolin,
fosfatidilserin, dan spingomielin)
2. Protein
Dengan ukuran bervariasi. Sifat: ampifil karena memiliki
gugus polar dan nonpolar.
3. Mukopolisakarida
Terdapat dalam keadaan terikat dengan lemak
(glukolipid) atau dengan protein (glukoprotein)
Model Membran Sel
Davson-Danielli
Robertson
Singer dan Nicholson
DIFUSI PASIF
1. Difusi Pasif melalui Pori
Membran sel mempunyai poti dengan diameter
sekitar 4 . Dapat dilewati oleh molekul hidrofil,
diameter < 4 , jumlah C kurang dari 3 atau BM
< 150.
Sel glomerulus kapsula Bowman memiliki pori
dengan diameter 40, sehingga dapat dilewati
oleh protein dengan BM ad 5000
2. Difusi Pasif dengan Melarut pada
Lemak Penyusun Membran
Overton (1901) memberikan konsep kelarutan
senyawa organik dalam lemak berhubungan
langsung dengan penembusan membran
biologis.
Obat-obat modern umumnya adalah elektrolit
lemah, derajat ionisasi ditentukan oleh pKa dan
pH lingkungan;
pKa = pH + log Cu/Ci (u/ asam lemah)
pKa = pH + log Ci/Cu (u/ basa lemah)
Hubungan koefisien partisi lemak/air terhadap absorbsi
beberapa turunan barbiturat
3. Difusi Pasif Terfasilitasi
Molekul obat dg diameter > 4 dapat
menembus membran sel karena adanya
tekanan osmosis.
Proses ini dapat difasilitasi oleh adanya
pembawa membran. Diduga molekul obat
membentuk kompleks dengn molekul
pembawa yg bersifat mudah larut dalam
lemak.
Molekul pembawa bisa berupa enzim atau ion
yg muatannya berlawanan dengan muatan
obat.
Hubungan Struktur, Sifat Fisika-Kimia
dengan Proses Ekskresi
1. Ekskresi obat melalui paru
Ditentukan oleh koefisien partisi darah/udara.
Siklopropan dan nitrogen oksida memiliki
koefisien darah/udara kecil.
Eter dan halotan memiliki koefisien partisi
darah/udara besar.
2. Ekskresi obat melalui ginjal
Filtrasi Glomerulus
Terjadi untuk molekul obat dengan diameter 40,
mudah larut dalam cairan plasma atau hidrofil
Resorbsi pasif pada tubulus ginjal
Tergantung ukuran partikel dan koefisien partisi
lemak/air, da pH urin (normal 4,8 7,5).
Obat-obat asam lemah; as. Salisilat, fenobarbital, as.
Benzoat dan sulfonamid. Obat-obat basa lemah;
kuinarin klorokuin, nikotin, prokain, amfetamin dan
antihistamin. Pd pH urin normal umumnya berada
dalam bentuk tak terdissosiasi. Apa yg terjadi jika pH
urin dibuat asam/ basa?
Transport aktif melalui Tubulus Ginjal
obat dpt bergerak dari plasma ke urin melalui
membran tubulus ginjal dg mekanisme
transport aktif.
terjadi pada obat-obat asam lemah maupun
basa lemah dalam bentuk trionisasi
kombinasi probenisid dengan penisilin akan
meningkatkan kerja penisilin karena
probenisid akan menghambat transport aktif
penisilin shg kadar penisilin dalam darah tetap
tinggi
3. Ekskresi Obat melalui Empedu
Obat dengan BM < 150 dan yg telah
dimetabolisme menjadi senyawa yg lbh polar
akan diekskresikan dari hati melewati empedu
menuju usus dengan mekanisme transport aktif.
Obat tersebut biasanya berada dalam bentuk
terkonjugasi dengan glukuronat, sulfat atau
glisin. Di usus, biasanya konjugat tersebut
langsung diekskresikan melalui tinja, atau
dihidrolisis oleh bakteri menjadi senyawa
nonpolar shg diabsorbsi kembali (siklus
enterohepatik)
Cth obat yg mengalami siklus enterohepatik:
estrogen, indometasin, digitoksin dan
fenolftalin.
Yg langsung diekskresikan: penisilin,
rifampisin, streptomisin, tetrasiklin dan
hormon steroid