Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO A BLOK 27

LEPTOSPIROSIS
1. Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : V
Tampak sakit berat, kesadaran somnolen, TD 110/70, Nadi 100x/menit, pernafasan 20X/menit, suhu tubuh 39C.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? 789
Pemeriksaan Nilai normal Interpretasi
Tampak sakit Tampak sehat Abnormal
berat
Kesadaran Compos Mentis Abnormal
Somnolen
Tekanan darah 120/80 mmHg Normal
110/70
Nadi 100x/menit 60-100x/menit normal
Pernapasan 12-20x/menit normal
20x/menit
Suhu tubuh 390C 36,5-37,50C Meningkat (demam)

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik? 456


1. Keadaan Spesifik : V
Mata : konjungtiva palpebral pucat, tampak konjungtiva ijection, ikterik, fotopobia,.
Abdomen: Hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae.
Ekstremitas : nyeri tekan musculus gastrocnemius dextra et sinistra.
Bagaimana interpretasi dari keadaan spesifik? 123
Konjungtiva pucat abnormal (diduga adanya hemolitik anemia)
Konjuntival injection abnormal
Ikterik abnormal (diduga adanya hemolitik anemia)
Fotofobia abnormal (diduga karena adanya gangguan pada anterior chamber
dari mata)
Hepar teraba hepar membesar
Nyeri tekan otot abnormal
Bagaimana mekanisme abnormal dari keadaan spesifik?
Hasil laboratorium : V
Bagaimana interpretasi dari hasil lab? 456

Pemeriksaan Lab Hasil Lab Nilai Normal Interpretasi


Hemoglobin 9,8 mg/dl 14,0-17,4 mg/dl Menurun
Ureum 70 mg/dl 7-20 mg/dl Hiperuremia
Enzim CPK 3 (CPK-3) - Meningkat
Urinalisa Protein +2 (-) negatif Kekeruhan mudah dilihat &
tampak butir-butir dalam
kekeruhan, kadar 0,05-0,2%

Leukosit 13.000/mm3 4.500-11.000/mm3 Leukositosis

Kreatinin 2,8 mg/dl 0,6-1,2 mg/dl Meningkat


Trombosit 250.000/mm3 150.000-400.000/mm3 Normal

Bilirubin indirek 0,5 mg/dl 0.3-1.6 mg/dl Normal


Bilirubin direk 2,8 mg/dl 0-0,3 mg/dl Meningkat
Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil lab? 123
Algoritama penegakan diagnosis 891
1. Aspek Klinis Kriteria diagnosis Faine
a. Diagnosis Banding 567
Pemeriksaan penunjang 234 Diagnosis kerja 678
Pemeriksaan umum : Leptospirois

1. Pemeriksaan darah
Etiologi dan faktor resiko 912
2. Pemeriksaan faal ginjal
Leptospira sp.yang termasuk dalam
3. Pemeriksaan faal hati
ordo Spirochaeta
Pemeriksaan khusus : Leptospira interrogans merupakan
1. Pemeriksaan langsung pathogen tersering
1.1 Mikroskopik dan Imunostaining Orang dengan pekerjaan yang serig

1.2 PCR terpapar dengan air , tanah, hewan,


Daerah banjir
1.3 Biakan
1.4 inokulasi
2. Pemeriksaan tidak langsung/serologi
2.1 MAT
2.2 ELISA
2.3 MSAT
Epidemiologi 345
Menurut WHO jumlah kasus leptospirosis berat lebih dari 500.000 per tahun di seluruh
dunia atau berkisar 10 kasus per 100.000 penduduk di regio tropikal dan 0,1-1,0 per
100.000 penduduk di temperate area. Epidemi penyakit ini berkaitan dengan iklim,
seperti musim hujan dan pekerjaan disektor pertanian dan peternakan.
Di indonesia, leptospira masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di
daerah rawan bajir seperti Jawa Barat, sebagian wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah,
Lampung, Sumatera, dan Nangroe Aceh Darussalam. Kondisi tersebut berpotensi
terjadinya KLB leptospirosis.
Pata tahun 2014, teradi kejadian KLB leptospirosis di kabupaten Kota Baru Kalimantan
Selatan. Juga peningkatan kasus terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan DKI Jakarta setelah
terjadi banir besar cukup lama pada tahun yang sama dengan jumlah kasus 435 dengan
62 kematian.

a. Patogenesis 789
Patofisiologi 123
Leptospira yang terdapat pada air atau tanah yang berasal dari urin tikus dapat masuk ke tubuh manusia melalui lesi kulit atau
mukosa, dari mukosa leptospira masuk ke aliran darah dan menyebar ke berbagai organ seperti ginjal, hati, dan paru. Selanjutnya
tubuh mengeluarkan respon imun dan menyebabkan lisisnya leptospira, leptospira yang lisis melepaskan endotoksin yang memicu
makrofag mengeluarkan mediator inflamasi.
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) ditandai dengan pelepasan sitokin dan hilangnya integritas epitel/endotelium. Peningkatan
permeabilitas menyebabkan ekstavasasi protein dan edema yang merupakan tanda ARDS. Pada kasus fatal, terjadi perdarahan paru
yang luas berkaitan dengan deposisi imunoglobulin septum alveolar.
Pada ginjal, penghambatan pompa Na/K menyebabkan hilangnya kalium dan hipoglikemia yang merupakan tanda gagal ginjal akut
(AKI).
Inhibisi Na/K-ATPase di hati menimbulkan gangguan fungsional hati, penurunan albumin, peningkatan asam lemak non-esterified (NEFA)
dan bilirubin dalam plasma.

Manifestasi Klinis 456


Masa inkubasi leptospirosis sekitar 7-14 hari (rata-rata 10 hari) dengan perjalanan penyakit yang dibagi menjadi 3 fase, yakni fase
leptosporemia, fase imun, dan fase resolusi
Fase leptospiremia (4-9 hari)
Leptospira ditemukan didalam darah dengan gejala demam mendadak, menggigil, nyeir kepala terumata region frontal, mialgia, nyeri
tekan otot (terutama m.gastrocnemius), hiperestesia kulit, mual, muntah, diare, penurunan kesadaran. Dari pemeriksaan fisis dapat
ditemukan bradikardia relative dan ikterus serta injeksi konjungtiva dan fotofobia pada gari ke3-4. Terkadang ditemukan ruam kulit,
splenomegali, hepatomegali dan limfadenopati.
Biasanya (tidak selalu), setelah demam 7 hari akan diikuti keadaan bebas demam 1-3 hari sebelum kemudian kembali demam. Fase ini
disebut fase imun yang ditandai dengan peningkatan titer antibody, demam hingga 40o C, mengigil, kelemahan umum, nyeri leher,
perut, otot kaki, kerusakan ginjal, hati, uremia, ikterus, perdarahan (epistaksis, injeksi konjungtiva, perdarahan gusi). Pada fase ini
dapat terjadi meningitis.
Tatalaksana dan Follow-up 135
Edukasi dan pencegahan 792
Prinsip kerja dari pencegahan primer adalah mengendalikan agar tidak terjadi kontak leptospira dengan manusia, yang meliputi:
Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang terkontaminasi Para pekerja yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi
leptospira, misalnya pekerja irigasi, petani, pekerja laboratorium, dokter hewan, harus memakai pakaian khusus yang dapat
melindungi kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi leptospira. Misalnya dengan menggunakan sepatu bot, masker,
sarung tangan.
Melindungi sanitasi air minum penduduk Dalam hal ini dilakukan pengelolaan air minum yang baik, dilakukan filtrasi dan
deklorinai untuk mencegah invasi leptospira.
Pemberian vaksin Vaksinasi diberikan sesuai dengan leptospira di tempat tersebut, akan memberikan manfaat cukup poten
dan aman sebagai pencegahan bagi pekerja risiko tinggi. Pencegahan dengan serum imun spesifik telah terbukti melindungi
pekerja laboratorium. Vaksinasi terhadap hewan peliharaan efektif untuk mencegah leptospirosis.
Pencegahan dengan antibiotik kemoprofilaksis
Pengendalian hospes perantara leptospira Roden yang diduga paling poten sebagai karier leptospira adalah tikus. Untuk itu
dapat dilakukan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus, pemasangan jebakan, penggunaan bahan rodentisida, dan
menggunakan predator roden.
Usaha promotif, untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan cara edukasi, dimana antara daerah satu dengan daerah
yang lain mempunyai serovar dan epidemi leptospirosis yang berbeda. Untuk mendukung usaha promotif ini diperlukan
peningkatan kerja antar sektor yang dikoordinasikan oleh tim penyuluhan kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan setempat.
Komplikasi 468

Gagal ginjal akut


Gagal ginjal akut yang ditandai dengan oliguria atau poliuria dapat timbul 4-10 hari setelah gejala leptospirosis terlihat.
Gagal hepar akut
Di hepar terjadi nekrosis sentrilobuler fokal dengan proliferasi sel Kupfer disertai kolestasis. Terjadinya ikterik pada leptospirosis disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain karena kerusakan sel hati, gangguan fungsi ginjal yang akan menurunkan ekskresi bilirubin sehingga
meningkatkan kadar bilirubin darah, terjadinya perdarahan pada jaringan dan hemolisis intravaskuler akan meningkatkan kadar bilirubin,
proliferasi sel Kupfer sehingga terjadi kolestatik intra hepatik.
Gangguan respirasi dan perdarahan paru
Adanya keterlibatan paru biasanya ditandai dengan gejala yang bervariasi, diantaranya: batuk, dispnea, dan hemoptisis sampai dengan
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan Severe Pulmonary Haemorrhage Syndrome (SPHS). Paru dapat mengalami perdarahan
dimana patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Perdarahan paru terjadi diduga karena masuknya endotoksin secara langsung sehingga
menyebabkan kerusakan kapiler dan terjadi perdarahan. Perdarahan terjadi pada pleura, alveoli, trakeobronkial, kelainan berupa kongesti
septum paru, perdarahn alveoli multifokal, dan infiltrasi sel mononuklear.
Gangguan kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler pada leptospirosis dapat berupa gangguan sistem konduksi, miokarditis, perikarditis, endokarditis, dan arteritis
koroner.
Pankreatitis akut
Komplikasi yang jarang ditemui pada pasien leptospirosis berat. Pankreatitis terjadi karena adanya nekrosis dari sel-sel pankreas akibat
infeksi bakteri leptospira (acute necrotizing pancreatitis). Selain itu, terjadinya pankreatitis akut pada leptospirosis bisa disebabkan karena
komplikasi dari gagalnya organ-organ tubuh yang lain (multiple organ failure), syok septik, dan anemia berat (severe anemia).
Prognosis 13579
Vitam : dubia
Functionam : dubia ad malam
Sanationam : dubia

SKDI 2468

Anda mungkin juga menyukai