Anda di halaman 1dari 26

BATASAN

Kelainan bawaan yang mengenai laki-laki dan


perempuan dimana didapatkan kegagalan
pertumbuhan normal rektum dan / atau anus

INSIDEN : 1/5000 kelahiran


:=2:3
Atresia Ani atau Atresia Rekti adalah
ketiadaan atau tertutupnya rektal
secara kongenital.

Atresia memiliki nama lain yaitu anus


imperforata.
Belum diketahui pasti, namun ada yang sumber
yang mengatakan kelainan dapat disebabkan
oleh :
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada
kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul.
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka. Terjadi stenosis anal
karena adanya penyempitan pada kanal
anorektal.

Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan


migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7
dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal.
Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar
anus menyebabkan fecal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami
obstrksi.
Wingspread (1984)
1.) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran.
2.) Perut kembung
3.) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
muntah biasanya berwarna hijau
4.) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu
rektal pada bayi.
5.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula
atau anus yang letaknya salah.
Dilakukan setelah 24 jam setelah
kelahiran
Teknik : invertogram/wangenstein
reis/knee chest position
Jenis foto: anteroposterior dan lateral
Yg dinilai : letak udara di dalam rektum
dalam hubungannya dengan garis
pubococcygeus dan jaraknya terhadap
lekukan anus
Rektum menembus m. Levator ani
sehingga jarak antara kulit dan ujung
rektum paling jauh 1 cm.
Rektum tidak mencapai m. Levator ani,
dengan jarak antara ujung buntu rektum
sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.
Biasanya disertai dengan fistula
kesaluran kencing atau genital.
A. Membran anal, (1)udara direktum (2). tulang belakang sakrum

B. Atresia ani letak rendah (mungkin dengan fistel keperineum anterior)

C. Atresia ani letak tinggi (mungkin sekali dengan fistula ke uretra atau buli
buli)

D. Atresia rectum. (1) udara direktum (2) tulang belakang sakrum (3) atresia
rectum (4) anus
LETAK TINGGI
Prinsippengobatan operatif pada
malformasi anorektal dengan
tindakan bedah PosteroSagital
AnorectoPlasty atau PSARP.
Kolostomi adalah
membuat ostomi di
kolon, dibentuk bila usus
tersumbat oleh tumor
(Harahap, 2006)

3 jenis kolostomi, yaitu:


Kolostomi loop atau loop
colostomy, biasanya
dilakukan dalam
keadaan darurat .
End colostomy, terdiri dari satu stoma
dibentuk dari ujung proksimal usus
dengan bagian distal saluran
pencernaan.

Double-Barrel colostomy terdiri dari dua


stoma yang berbeda stoma bagian
proksimal dan stoma bagian distal
Kolostomi merupakan perlindungan
sementara. Ada dua tempat kolostomi yang
dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi
yaitu transversokolostomi (kolostomi dikolon
transversum) dan sigmoidostomi (kolostomi
disigmoid). Bentuk kolostomi yang mudah dan
aman adalah stoma laras ganda (Double
barrel).
Prinsip operasi:
1. Bayi diletakkan tengkurap
2. Sayatan dilakukan diperineum pada garis
tengah, mulai dari ujung coccygeus
sampai batas anterior marka anus.
3. Tetap bekerja digaris tengah untuk
mencegah merusak saraf.
4. Ahli bedah harus memperhatikan
preservasi seluruh otot dasar panggul.
5. Tidak menimbulkan trauma struktur lain.
Dengan menggunakan klasifikasi diatas
dapat dievaluasi fungsi klinis:
Kontrol feses dan kebiasaan buang air besar
Sensibilitas rektum
Kekuatan kontraksi otot sfingter pada colok
dubur
Evaluasi psikologis
Fungsi kontinensia tidak hanya tergantung
pada kekuatan sfingter atau sensasi saja,
tetapi tergantung juga pada bantuan
orang tua dan kooperatif serta keadaan
mental penderita.
Dorland, (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih
Bahasa: Dyah Nuswantari Edisi : 25. Jakarta: EGC
Lawrence W, (2003). Anorectal Anomalies, Current Diagnosis
& Treatment. Edisi : 11, Mc. Graw Hill Professional, United
States, hal 1324 1327.
Moritz M.Z, (2003), Operative Pediatric Surgery, Mc.Grow Hill
Professional, United State.
Reksoprodjo S, Malformasi Anorektal, Kumpulan Ilmu Bedah,
FKUI, Jakarta hal 134 139.
http://ilmubedah.wordpress.com/2010/02/23/atresia-ani/.
Diakses pada tanggal 27 Februari 2012.
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4892. Diakses pada
tanggal 27 Februari 2012
Sjamsuhidayat R, (2000), Anorektum, Buku Ajar Bedah, Edisi
revisi, EGC, Jakarta, hal 901 908.

Anda mungkin juga menyukai