Anda di halaman 1dari 10

TATA CARA

MENGURUS
JENAZAH
Ns. Helsy Desvitasari, M.Kep

Sumber : Abu Utsman Kharisman


Syarh Kitab al-Janaiz Min Bulughul Maram
Mengingat Kematian
O Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah bersabda: perbanyaklah
mengingt pmutus kenikmatan, yaitu :
mati riwayat at-Tirmizi dan an-NasaI
dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban
(dishahihkan syaik al-Albany dalam
Shahihul Jami
Penjelasan
O Mati adalah pemutus kenikmatan hidup di
dunia.
O Pahala yg terus mengalir hingga hari kiamat
(H.R Muslim, H.R al Bazzar )
1. Mengajarkan ilmu, mendalamkan
sungai, menggali sumur, menanam
kurma, membangun masjid,
meninggalkan anak yg akan beristigfar
untuknya setelah matinya.
Larangan Megharap Kematian
O Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah sekali-kali seseorang di antara
kamu menginginkan mati karena kesusahan
yang menimpanya, bila ia benar- benar
menginginkannya hendaknya ia berdoa: Ya
Allah hidupkanlah aku selama kehidupan itu
lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika
sekiranya itu lebih baik bagiku." Muttafaq
Alaihi.
Lanjutan
O Seseorang muslim tidaklah boleh
mengharapkan kematian karena
kesempitan hidup di dunia yang ia alami.
Karena bagi seorang mukmin, semakin
panjang usianya, semakin bertambah
kebaikan baginya. Kalaupun ia tergelincir
pada dosa, bertambahnya usia adalah
kesempatan untuk memperbanyak taubat.
Manajemen skaratul maut

1. Dari Abu Said dan Abu Hurairah


Radliyallaahu 'anhuma bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tuntunlah orang yang hampir mati di
antara kamu dengan Laa ilaaha illallah."
Riwayat Muslim dan Imam Empat.
Penjelasan
O Disunnahkan untuk menuntun orang yang akan
meninggal dunia dengan mendiktekan ucapan
Laa Ilaaha Illallaah. Perbuatan itu disebut
dengan talqin. Talqin yang disyariatkan adalah
yang dibacakan pada orang yang masih hidup
dan akan meninggal dengan harapan agar akhir
ucapannya adalah kalimat Laa Ilaaha Illallaah.

Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa
Ilaaha Illallaah, maka ia masuk Jannah
(surga)(H.R Abu Dawud dan al-Hakim)
Lanjutan
O Proses menuntun orang yang akan meninggal tersebut
hendaknya dilakukan secara lemah lembut dan tidak
menyulitkan. Jangan menyesakkan dia dengan
menuntut secara berurutan dan terus menerus. Hal itu
bisa membuatnya tertekan dan menyulitkan. Jika
ketika dituntunkan orangnya sudah mengucapkan Laa
Ilaaha Illallah, maka biarkanlah. Jangan kita tuntun
lagi. Kalau ia kemudian mengucapkan hal lain, tuntun
kembali dengan ucapan Laa Ilaaha Illallaah dengan
harapan itu adalah ucapan terakhirnya.
Lanjutan
O Tambahan Faidah: Jika tidak menyulitkan, sebaiknya
menghadapkan orang yang akan meninggal dunia ke
arah kiblat. Bisa dengan berbaring pada sisi kanan
dengan kepala menghadap kiblat, atau telentang
dengan posisi kepala agak ditinggikan dan kaki di
arah kiblat. Jumhur Ulama berpendapat bahwa hal
itu sunnah, dan hadits-hadits yang terkait dengan itu
bisa sampai pada derajat hasan (saling menguatkan
dengan berbagai jalur periwayatan yang ada).
Namun jika hal itu menyulitkan, tidak mengapa
menghadap ke arah mana saja.

Anda mungkin juga menyukai